Ejakulasi tertunda adalah suatu kondisi medis dimana pria sulit atau tidak bisa berejakulasi, yaitu mengeluarkan semen dari penis. Ejakulasi tertunda ini adalah salah satu bentuk disfungsi seksual pada pria.
Kondisi ini seringkali membuat pasien dan pasangannya khawatir, terutama bila mereka sedang berusaha untuk memiliki keturunan.
Daftar isi
Ejakulasi tertunda adalah gangguan kesehatan yang umum. Kondisi ini terjadi bisa seorang pria butuh waktu rangsangan seksual yang lama agar bisa ejakulasi. Pada beberapa kasus, ejakulasi bahkan tidak bisa terjadi samasekali. [1, 2, 3, 4]
Ejakulasi adalah proses yang terjadi ketika semen disimpan di dalan urethra (saluran urin) kemudian dikeluarkan melalui kontraksi yang ditekan oleh otot panggul. [3]
Kebanyakan pria mengalami ejakulasi tertunda dari waktu ke waktu, tetapi ada juga yang menderita masalah ini seumur hidupnya.
Meskipun gangguan ini tidak menyebabkan risiko yang serius, tetapi bisa mengakibatkan stress dan masalah dalah kehidupan seks dan hubungan pribadi. Kabar baiknya, ejakulasi tertunda bisa diobati.
Istilah ejakulasi tertunda digunakan untuk menjelaskan kelainan ejakulasi dalam segala bentuk yang menyebabkan terhambat atau tidak terjadinya ejakulasi. Sebuah studi menyatakan bahwa kriteria seorang pria untuk dianggap memiliki masalah ejakulasi tertunda adalah: [2, 4]
Ejakulasi tertunda masih termasuk disfungsi seksual pria yang jarang terjadi. Perkiraannya, hanya sekitar 1% pria yang aktif secara seksual mengalami disfungsi ini seumur hidup, dan 5% mengalaminya dari waktu ke waktu.
Ada banyak penyebab potensial dari disfungsi seksual ini, termasuk masalah psikologis, kondisi kesehatan kronis, serta reaksi terhadap obat-obatan.
Penyebab psikologis dari ejakulasi tertunda bisa terjadi karena: [1, 2, 4]
Beberapa zat kimia bisa mempengaruhi syaraf-syaraf yang terlibat dalam terjadinya ejakulasi, termasuk: [1, 2]
Pembedahan atau trauma juga bisa menyebabkan ejakulasi tertunda. Penyebab fisikal dari gangguan ini bisa termasuk: [1, 2, 4]
Masalah ejakulasi yang bersifat sementara bisa menyebabkan kecemasan dan depresi, kemudian hal ini bisa mengarah pada disfungsi yang berulang, bahkan ketika penyebab fisikalnya telah diatasi. [1]
Ejakulasi tertunda bisa menyebabkan masalah kepercayaan diri selain juga merasa tidak cukup, gagal, dan perasaan negatif lainnya. Pria yang mengalami kondisi ini mungkin akan menghindari kedekatan dengan wanita akibat frustrasi dan takut gagal.
Komplikasi lain yang bisa terjadi termasuk: [1, 4]
Sayangnya, masih belum ada pemeriksaan standar untuk mendiagnosa ejakulasi tertunda. Karena ada banyak faktor organik dan psikologis yang mungkin menjadi penyebab dari disfungsi ini, maka pemeriksaan riwayat kesehatan dan fisik secara menyeluruh perlu dilakukan. [1, 2, 4]
Pemeriksaan fisik dan penjelasan mengenai gejala-gejala yang dialami pasien penting untuk mendirikan diagnosis awal. Jika masalah kesehatan kronis diduga sebagai penyebabnya, maka akan dilakukan tes lanjutan, termasuk tes darah dan urin.
Tes-tes tersebut akan mencari tahu apakah terjadi infeksi dalam tubuh, ketidakseimbangan hormon, dan sebagainya.
Tes untuk disfungsi ini juga termasuk melihat reaksi penis terhadap vibrator, untuk menentukan apakah masalahnya bersifat psikologis atau fisik. [1, 4]
Riwayat fungsi seksual pasien adalah kunci untuk mendiagnosa ejakulasi tertunda. Evaluasi dimulai dengan mengesampingkan disfungsi lain yang sering diduga sebagai ejakulasi tertunda, misalnya disfungsi ereksi, turunnya libido, nyeri saat ejakulasi, disfungsi seksual pada pasangan, atau konflik orientasi seksual. [2]
Pengobatan akan tergantung dari penyebab terjadinya ejakulasi tertunda. Jika masalah ini sudah berlangsung seumur hidup pasien, atau dia belum pernah ejakulasi, maka urologist akan memastikan apakah ini karena kelainan bawaan lahir atau bukan. [1]
Jika dokter menemukan bahwa penyebabnya adalah efek samping dari penggunaan obat, maka penyesuaian terhadap dosis dan tata cara konsumsi obat tersebut akan dilakukan. Setelah itu gejala-gejala akan dimonitor.
Beberapa jenis obat telah digunakan untuk membantu mengatasi ejakulasi tertunda, tetapi tidak ada yang secara spesifik disetujui untuk disfungsi ini. Obat-obatan tersebut termasuk: [1]
Mengatasi kecanduan obat dan alkohol, jika memang menjadi penyebab, juga bisa membantu mengatasi ejakulasi tertunda. Hal ini bisa dilakukan melalui program pemulihan di rumah sakit maupun terapi kelompok.
Konseling psikologis bisa membantu mengatasi depresi, kecemasan, dan rasa takut yang mungkin memicu terjadinya ejakulasi tertunda. Terapi seks, baik sendiri maupun bersama pasangan, juga bisa membantu dalam hal mencari tahu penyebab disfungsi seksual yang dialami pasien.
Ejakulasi tertunda umumnya bisa diatasi dengan mengatasi penyebab mental atau fisiknya. Hal yang sama juga berlaku bila penyebabnya adalah konsumsi atau penggunaan obat. Tetapi, jangan berhenti minum bat rutin tanpa konsultasi lebih dulu dengan dokter. [1]
Beberapa “pekerjaan rumah” yang biasanya diberikan oleh dokter pada pasien untuk dilakukan dalam rangka memperbaiki kemampuan ejakulasi, termasuk: [4]
Kadang-kadang, hipnotis juga bisa menjadi terapi bantuan. Hipnotis bisa berguna bila salah satu pihak dalam pasangan tidak bersedia untuk berpatisipasi dalam terapi. [4]
1. Christine Case-Lo, Graham Rogers, M.D. Delayed Ejaculation. Healthline; 2019.
2. Ibrahim A. Abdel-Hamid, Omar I. Ali. Delayed Ejaculation: Pathophysiology, Diagnosis, and Treatment. The World Journal of Men's Health; 2017.
3. Michael A. Perelman Ph.D. Why Delayed Ejaculation Is More Common Than Folks Realize. Psychology Today; 2018.
4. Sovrin M. Shah, MD, David Zieve, MD, MHA, Brenda Conaway. Delayed ejaculation. Medline Plus; 2020.