Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Eosinofilia adalah kondisi dimana terdapat peningkatan kadar eosinofil di dalam darah. Eosinofil adalah salah satu jenis sel darah putih yang merupakan komponen dari sistem imun seluler, yang berperan
Daftar isi
Eosinofilia adalah sebuah kondisi ketika kadar eosinofil dalam tubuh terlalu tinggi di mana hal ini terjadi karena salah satunya seseorang menderita penyakit mematikan [1,2,9,12].
Kadar melebihi 500 eosinofil per mL (mikro liter) menandakan bahwa seseorang sedang mengalami eosinofilia [1,2,3].
Terdapat tiga tahap dan jenis kondisi eosinofilia, ringan, sedang, dan berat tergantung seberapa tinggi kadar eosinofil dan bentuk gejala yang timbul [1,2].
Apa itu eosinofil?
Eosinofil masih tergolong dalam leukosit atau sel darah putih yang diproduksi di sumsum tulang [1,2,3,4].
Eosinofil benar-benar ‘matang’ setelah 8 hari diproduksi oleh tubuh di sumsum tulang [4].
Ketika sudah ‘matang’ maka perannya sebagai penjaga sistem imun tubuh dapat berjalan dengan maksimal [5].
Fungsi utama eosinofil dalam tubuh adalah sebagai pelawan parasit serta bakteri sehingga eosinofil dibutuhkan tubuh ketika peradangan sedang terjadi [5].
Kadar normal eosinofil perlu terus dipertahankan agar fungsinya dalam tubuh tetap berjalan dengan baik.
Tinjauan Eosinofilia adalah ketika kadar eosinofil terlalu tinggi atau di atas kadar normalnya. Kondisi ini terbagi menjadi tiga jenis, yaitu tahap ringan, sedang dan berat.
Eosinofilia dapat disebabkan oleh beragam kondisi atau gangguan kesehatan.
Umumnya, eosinofil dengan kadar lebih dari normal disebabkan oleh penyakit asma dan alergi nasal.
Namun selain itu, beberapa faktor yang mampu menyebabkan eosinofilia dan patut diwaspadai antara lain :
Eosinifilia disebabkan paling umum oleh infeksi parasit, seperti trichinosis, schistosomiasis, ascariasis, dan strongyloidiasis [1,2,3,5,6].
Beberapa jenis kanker mampu menyebabkan eosinifilia, seperti salah satunya kanker darah [2,3,6].
Leukemia eosinofilik yang tergolong sebagai leukemia myeloid akut yang langka sekalipun dapat menjadi pemicu eosinofilia.
Polisitemia vera dan trombositemia esensial, hingga limfoma sel-T dan sel-B merupakan penyebab lain kenaikan abnormal kadar eosinofil [7,8].
Atopi berhubungan dengan rhinitis atau alergi, asma, serta eksim karena atopi merupakan reaksi tertentu yang terjadi pada tubuh [1,2,3,5,6].
Alergi makanan adalah salah satu penyebab kadar eosinofil meningkat.
Pada anak, atopi sering terjadi dan hal ini mampu menyebabkan eosinofilia ringan hingga sedang.
Penggunaan obat tertentu mampu menjadi pemicu eosinofilia yang bahkan kerap tak disadari oleh si penderita [1,2].
Antibiotik seperti cephalosporin dan penicillin, anti-inflamasi nonsteroid seperti ibuprofen dan aspirin, serta antikejang berkaitan dengan eosinofilia [2].
Namun, eosinofilia karena reaksi tubuh terhadap obat-obatan tersebut tergolong jarang.
Granulomatosis eosinofilik dengan polyangiitis adalah salah satu kondisi penyebab eosinofilia [1,2,3].
Namun biasanya, penderita sindrom ini juga sudah lebih dulu memiliki penyakit lain seperti penyakit paru.
Penderita penyakit paru memiliki risiko tinggi mengembangkan penyakit ini, termasuk peradangan pada pembuluh darah.
Sindrom ini merupakan sebuah kondisi kelompok gangguan pada tubuh yang ditandai dengan kadar eosinofil tinggi di atas normal [1,2,3,5,7].
Karena kadar abnormal eosinofil tersebut, berbagai kerusakan organ dapat terjadi dan menimbulkan keluhan secara fisik.
Organ-organ yang dapat terpengaruh umumnya saluran pencernaan, paru-paru dan kulit.
Beberapa kondisi lain yang juga mampu menjadi penyebab tingginya kadar eosinofil secara tak wajar adalah [3,9,10,11] :
Gangguan eosinofilik sering disebut dengan istilah yang mencerminkan letak organ yang bermasalah.
Tinjauan Kanker, infeksi, penyakit pernapasan, penyakit kulit, penyakit saraf, penyakit sendi dan otot, gangguan darah, reaksi obat, alergi, penyakit jantung dan penyakit autoimun mampu meningkatkan kadar eosinofil yang kemudian menjadi sebab eosinofilia terjadi.
Ketika salah satu saja komponen sel darah putih meningkat lebih dari kadar normalnya, gangguan pada fungsi tubuh akan terjadi.
Untuk kadar eosinofil yang terlampau tinggi, beberapa gejala berikut ini adalah yang paling umum ditimbulkan [1,2,3,12] :
Gejala yang terjadi pada penderita eosinofilia tergantung dari faktor kondisi medis yang menyebabkannya.
Tinjauan Gejala eosinofilia yang dialami oleh penderita tergantung dari penyebab dan organ yang terpengaruh.
Ketika gejala eosinofilia timbul, maka sebaiknya penderita segera memeriksakan diri ke dokter.
Metode-metode pemeriksaan yang umumnya dilakukan oleh dokter antara lain adalah :
Pemeriksaan fisik adalah metode diagnosa awal yang diterapkan oleh dokter untuk mengetahui gejala fisik apa saja yang terjadi pada pasien [1,2,3,9].
Dokter juga akan menanyakan sejumlah pertanyaan terkait riwayat medis, terapi dan penggunaan obat pasien.
Dokter kemungkinan juga ingin mengetahui apa saja riwayat kesehatan keluarga pasien.
Tes darah adalah pemeriksaan penting yang perlu ditempuh pasien untuk mengetahui kadar eosinofil dalam darah [1,2,3,9,12].
Namun jika diperlukan sebagai penegak diagnosa, dokter akan melakukan tes darah lengkap.
Tes pemindaian seperti sinar-X atau rontgen pun direkomendasikan oleh dokter agar dapat mengetahui kondisi organ dalam pasien secara rinci [1,12].
Biasanya, rontgen dada dianjurkan oleh dokter kepada pasien agar ada tidaknya masalah paru dapat terdeteksi.
Selain itu, USG perut juga kemungkinan dokter rekomendasikan apabila pasien diketahui memiliki keluhan di bagian pencernaan [1].
Untuk mengetahui apakah eosinofilia terjadi karena gangguan organ tertentu, maka melalui tes pemindaian dapat memastikannya.
Beberapa tes penunjang yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi penyebab eosinofilia adalah [1,2,3,12] :
Tidak ada tes khusus untuk menentukan apakah eosinofilia disebabkan oleh penggunaan obat tertentu [13].
Untuk mengetahui apakah kenaikan kadar eosinofil disebabkan oleh obat, maka ketika masih dalam masa penggunaan obat penderita dapat memeriksakan diri.
Usai berhenti dari penggunaan obat, periksakan kembali kondisi tubuh untuk mengetahui hasilnya.
Dokter dapat mengasumsikan bahwa eosinofilia terjadi karena penggunaan obat apabila usai berhenti menggunakannya kadar eosinofil justru kembali pada kadar normal [13].
Bila memiliki kondisi medis tertentu namun tak dapat melanjutkan penggunaan obat, pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai alternatif obat yang lebih aman.
Dari hasil pemeriksaan, dokter baru akan dapat menentukan tahap kondisi pasien.
Terdapat tiga jenis kondisi eosinofilia, yaitu ringan, sedang dan berat tergantung dari seberapa tinggi kadar eosinofil dalam tubuh [2,12].
Tinjauan Tes fisik, tes riwayat medis, tes darah, tes pemindaian, skrining darah perifer, tes urine, tes feses, tes fungsi hati, dan biopsi merupakan rangkaian metode pemeriksaan untuk pasien eosinofilia.
Penanganan pasien eosinofilia dilakukan oleh dokter usai mengetahui pasti penyebab yang mendasari.
Pengobatan akan disesuaikan dengan penyebabnya dan berikut ini adalah deretan metode perawatan eosinofilia :
Untuk kasus eosinofilia ringan, dokter perlu memantau perkembangan gejala pasien karena selalu ada potensi kondisi berkembang menjadi lebih buruk [2,3,9].
Oleh sebab itu, pasien biasanya diminta untuk menempuh tes laboratorium beberapa kali agar perkembangan kondisi dapat terlihat.
Jika dari hasil percobaan berhenti menggunakan obat tertentu diketahui bahwa kadar eosinofil kembali normal, maka itu artinya eosinofilia disebabkan oleh obat yang sebelumnya dikonsumsi [13].
Untuk kasus seperti ini, dokter akan meminta pasien berhenti menggunakan obat pemicu kenaikan kadar eosinofil.
Diskusikan dengan dokter mengenai obat pengganti yang lebih aman dan konsultasikan efek sampingnya.
Bagi penderita alergi, eksim atau asma, melanjutkan pengobatan dengan benar dapat membantu mengatasi eosinofilia [1,2,3,12].
Terapi untuk salah satu dari kondisi tersebut perlu dimaksimalkan untuk meminimalisir risiko perburukan gejala dan komplikasi berbahaya.
Obat golongan antiparasitik dapat diresepkan oleh dokter apabila diketahui secara pasti bahwa eosinofilia disebabkan oleh infeksi parasit [14].
Apabila diketahui bahwa pasien eosinofilia mengidap sindrom hypereosinophilic, dokter biasanya menangani dengan pemberian resep obat golongan steroid [1,2,3,9,12,14].
Prednisone adalah salah satu obat golongan steroid yang efektif dalam menangani kondisi tersebut.
Pasien eosinofilia yang berkaitan dengan alergi pun sangat dianjurkan untuk menghindari alergen [1].
Jika eosinofilia tidak berhubungan dengan antibiotik, kondisi alergi maupun infeksi biasanya diatasi melalui pemberian antibiotik.
Pada kasus eosinofilia yang sudah sangat serius dan kondisi berada pada bentuk yang paling agresif, dokter akan merekomendasikan transplantasi sel induk [1,2,3].
Beberapa kasus parah eosinofilia dapat diatasi melalui tindakan medis ini.
Seberapa baik prognosis eosinofilia?
Prognosis eosinofilia tergantung dari tahap kondisi pasien, ringan, sedang atau berat [1,12].
Semakin ringan kondisi eosinofilia, semakin besar pula peluang pasien untuk sembuh dengan baik.
Namun, semakin berat kondisi eosinofilia, semakin besar potensi pasien mengalami komplikasi.
Tingkat risiko kefatalan eosinofilia tergantung dari penyebab eosinofilia, adanya kerusakan organ atau tidak, tahap kondisi, dan seberapa dini penanganan yang diperoleh pasien [1].
Tinjauan Penanganan eosinofilia tergantung dari penyebabnya. Untuk kasus eosinofilia ringan pasien akan diobervasi. Untuk kasus eosinofilia karena reaksi obat, maka pasien diminta berhenti menggunakan obat tersebut. Selain itu, menghindari alergen, pengobatan penyakit penyebab eosinofilia, obat steroid dan anti-parasitik, serta transplantasi sel induk merupakan metode penanganan lainnya.
Eosinofil di dalam setiap tubuh manusia pada dasarnya memroduksi sitokin proinflamasi [1,3].
Terdapat enzim proteolitik yang berperan sebagai perusak dinding sel inang.
Jika kondisi eosinofilia tak segera mendapatkan penanganan yang tepat, maka risiko kerusakan jaringan tubuh sangat tinggi [1].
Bila sampai pada tahap fatal, kematian bukan tidak mungkin menjadi akibat dari penyakit ini.
Tinjauan Kerusakan jaringan tubuh serta risiko kematian dapat terjadi bila eosinofilia tak mendapat penanganan cepat.
Karena eosinofilia dapat terjadi karena berbagai faktor, maka upaya utama yang dapat dilakukan sebagai pencegahan antara lain [15] :
Tinjauan Menjaga kebersihan lingkungan dan diri sendiri, menghindari hal-hal pemicu alergi atau gangguan pernapasan, serta tidak mengonsumsi makanan maupun air mentah adalah beberapa cara utama mencegah eosinofilia.
1. Sruthi Kanuru & Amit Sapra. Eosinophilia. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Anna Kovalszki, MD & Peter F. Weller, MD. Eosinophilia. HHS Public Access; 2017.
3. Giuseppe A. Ramirez, Mona-Rita Yacoub, Marco Ripa, Daniele Mannina, Adriana Cariddi, Nicoletta Saporiti, Fabio Ciceri, Antonella Castagna, Giselda Colombo, & Lorenzo Dagna. Eosinophils from Physiology to Disease: A Comprehensive Review. BioMed Research International; 2018.
4. Robert S Zeiger, Michael Schatz, Qiaowu Li, Wansu Chen, Deepak B Khatry, David Gossage, & Trung N Tran. High blood eosinophil count is a risk factor for future asthma exacerbations in adult persistent asthma. The Journal of Allergy and Clinical Immunology. 2014.
5. Lu Huang & Judith A. Appleton. Eosinophils in helminth infection: defenders and dupes. HHS Public Access; 2017.
6. Rochmadina Suci Bestari, Supargiyono, Sumarni & Suyoko. Derajad Eosinofilia pada Penderita Infeksi Soil-Transmitted Helminth (STH). Biomedika; 2015.
7. Minodora Desmirean, Dalma Deak, Ioana Rus, Delia Dima, Sabina Iluta, Alexandra Preda, Tiberiu Moldovan, Andrei Roman, Ciprian Tomuleasa, & Bobe Petrushev. Paraneoplastic hypereosinophilia in a patient with peripheral T cell lymphoma, not otherwise specified. Medicine Pharmacy Reports; 2019.
8. Ashwin A. Pillai; Salman Fazal; & Hani M. Babiker. Polycythemia. National Center for Biotechnology Information; 2020.
9. Lanny J. Rosenwasser, MD. Approach to Patients with Eosinophilia. Missouri Medicine; 2011.
10. C M Oakley & G J Olsen. Eosinophilia and heart disease. British Heart Journal; 1977.
11. Marina Titlić, Katica Kodzoman, & Dragan Loncar. Neurologic manifestations of hypereosinophilic syndrome--review of the literature. Acta Clinica Croatica; 2012.
12. Cleveland Clinic medical professional. Eosinophilia. Cleveland Clinic; 2018.
13. Ian Maidment & Caroline Williams. Drug-induced eosinophilia. The Pharmaceutical Journal; 2000.
14. Sun-Young Yoon, MD, PhD, Seunghee Baek, PhD, So Y. Park, MD, PhD, Bomi Shin, MD, Hyouk-Soo Kwon, MD, PhD, You S. Cho, MD, PhD, Hee-Bom Moon, MD, PhD, & Tae-Bum Kim, MD, PhD. Clinical course and treatment outcomes of toxocariasis-related eosinophilic disorder. Medicine; 2018.
15. Anonim. Precautions to be taken to Avoid Eosinophilia. KIMSHealth Hospital; 2020.