Daftar isi
Epidural hematoma adalah perdarahan yang terjadi di antara bagian dalam tengkorak dan selubung luar otak (disebut dura) [1].
Epidural hematoma merupakan salah satu kondisi yang mengancam jiwa, yang mungkin memerlukan intervensi segera [2].
Epidural hematoma ini juga dapat dikaitkan dengan morbiditas dan mortalitas yang signifikan jika tidak segera ditangani dengan tepat [2].
Oleh karena itu, mengetahui gejala, penyebab hingga pencegahannya menjadi penting. Simak penjelasannya dibawah ini.
Berikut ini merupakan beberapa fakta terkait dengan epidural hematoma yang perlu untuk diketahui [6]:
Gejala epidural hematoma diketahui berbeda beda bergantung pada tingkat keparahannya [3].
Gejala epidural hematoma ini waktu kemunculannya beragam, dapat langsung muncul beberapa menit setelah cedera atau bahkan baru muncul setelah beberapa jam mengalami cedera kepala [3].
Adapun gejala gejala umum dari epidural hematoma antara lain [1, 3] :
Gejala epidural hematoma yang parah bahkan dapat menyebabkan [3] :
Epidural hematoma sering kali disebabkan oleh patah tulang tengkorak selama masa kanak-kanak atau remaja [1].
Di mana, membran yang menutupi otak tidak melekat erat ke tengkorak seperti pada orang tua dan anak-anak di bawah 2 tahun [1].
Patah tulang tengkorak ini dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah arteri yang kemudian mengeluarkan darah ke ruang antara dura dan tengkorak [1].
Selain pendarahan arteri, pendarahan vena juga dapat menjadi penyebab timbulnya epidural hematoma [4].
Pendarahan ini kemudian menyebabkan mengumpulnya darah yang menekan otak (tekanan intraktinal) yang meningkat dengan cepat [1].
Patah tulang tengkorak ini umumnya terjadi karena kecelakaan sepeda motor, sepeda, skateboard, papan seluncur salju, atau kecelakaan mobil [1].
Adapun faktor risiko atau orang orang yang memiliki risiko lebih tinggi terkena epidural hematoma antara lain [3, 4] :
Segera periksakan diri kedokter jika mengalami gejala berikut ini [1] :
Lebih dari itu, epidural hematoma adalah cedera kepala yang berpotensi mengancam jiwa jika tidak ditangani, karena menimbulkan konsekuensi serius, termasuk kematian [5].
Untuk itu, jika mengalami cedera kepala maka sangat disarankan segera memeriksakan diri kedokter untuk mengurangi risiko komplikasi jangka panjang [5].
Semakin cepat epidural hematoma diketahui maka akan semakin baik untuk mencegah keparahan dan komplikasi jangka panjang yang mungkin ditimbulkan.
Berikut ini merupakan beberapa komplikasi yang mungkin dapat ditimbulkan oleh penyakit epidural hematoma [1] :
Jika dokter mencurigai seseorang menderita hematoma epidural, maka hal pertama yang akan dilakukan yaitu tes pencitraan, seperti CT scan, MRI, atau elektroensefalogram [4].
Dengan melakukan tes tersebut maka hasil pemindaiannya akan membantu dokter melihat adanya perdarahan di otak [4].
Dari hasil penglihatan tersebut, akan diketahui tingkat pendarahan di otak atau keparahan epidural hematoma.
Tingkat keparahan kondisi dan gejala epidural hematoma umumnya akan dijadikan patokan dalam penentuan pengobatan dan perawatan yang direkomendasikan [3].
Selain itu, cedera atau kondisi kesehatan lain juga dapat mempengaruhi pengobatan epidural hematomanya [3].
Adapun, pengobatan yang dilakukan untuk epidural hematoma secara umum antara lain :
Operasi merupakan salah satu metode pengobatan yang umumnya akan direkomendasikan dalam kebanyakan kasus oleh dokter [3].
Adapun tujuan dari operasi ini adalah untuk mengangkat epidural hematoma yang umumnya juga melibatkan kraniotomi [3].
Dalam proses pembedahannya, sebagian tengkorak akan dibuka agar dapat menghilangkan hematoma dan mengurangi tekanan pada otak [3].
Namun, untuk epidural hematoma yang hematoma sangat kecil dan tidak menimbulkan penekanan pada otak, maka dapat dilakukan prosedur penyedotan hematoma melalui lubang kecil di tengkorak [3].
Sebelum kraniotomi atau aspirasi, dokter mungkin akan meresepkan obat untuk mengurangi peradangan dan tekanan intracranial, seperti agen hiperosmotik atau obat pengurang pembengkakan seperti mannitol, gliserol dan larutan garam hipertonik [3, 5].
Selain itu, dokter mungkin meresepkan atau merekomendasikan obat pereda nyeri atau obat anti inflamasi untuk memudahkan pemulihan seseorang [5].
Setelah hematoma dihilangkan, dokter mungkin akan meresepkan obat anti kejang, untuk mencegah komplikasi dari cedera kepala [3].
Penggunaan obat dalam perawatan epidural hematoma ini mungkin perlu diminum selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun [3].
Pengobatan epidural hematoma diketahui juga dapat dilakukan dengan menggunakan terapi rehabilitasi [3].
Baik dalam bentuk terapi fisik, terapis okupasi, atau terapis lain yang dapat membantu mengelola gejala dan kecacatan yang disebabkan oleh epidural hematoma, seperti [3, 5]:
Dalam terapi rehabilitasi ini umumnya akan merekomendasikan latihan untuk meningkatkan kemampuan fisik, bersama dengan strategi penanggulangan lainnya [3].
Proses pemulihan epidural hematoma ini diketahui membutuhkan waktu setidaknya selama enam bulan pertama setelah pengobatan dilakukan atau bahkan hingga dua tahun [3].
Untuk membantu proses pemulihan tersebut, maka dokter umumnya akan merekomendasikan untuk melakukan perawatan rumahan seperti [3]:
Untuk mencegah terjadinya epidural hematoma maka yang perlu dilakukan adalah dengan mencegah cedera dikepala [2].
Cedera dikepala ini umumnya dapat terjadi sebagai akibat dari kecelakaan baik karena aktivitas harian, olahraga maupun kendaraan bermotor.
Namun, untuk menghindari terjadinya kecelakaan diketahui tidak selalu mungkin dapat dilakukan [3].
Meskipun demikian, walaupun tidak selalu mungkin dihindari menurunkan risiko cedera dengan melakukan beberapa tindakan pencegahan keamanan sederhana tetap dapat dilakukan [3].
Adapun tindakan pencegahan keamaan sederhana yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko cedera antara lain [1, 2, 3] :
Tindakan pencegahan dasar ini jika dilakukan dapat membantu melindungi kepala dan otak dari cedera [3].
Dengan risiko cedera kepala dan otak yang menurun maka diharapkan epidural hematoma yang disebabkan cedera kepala dan otak dapat dicegah.
1. Anonim. Epidural hematoma. Medilineplus; 2020.
2. Anonim. Intracranial hematoma. Mayo Clinic; 2020.
3. Anna Giorgi & University of Illinois. Epidural Hematoma. Healthline; 2016.
4.Ali Khairat; Muhammad Waseem. Epidural Hematoma. National Centre for Biotechnology Information, National Institute of Health; 2020.
5. Jenna Fletcher & Alana Biggers. What is an epidural hematoma?. Medical News Today; 2017.
6. Ali Khairat & Muhammad Waseem. Epidural Hematoma. National Centre for Biotechnology Information, National Institute of Health; 2020.