Tonsilitis atau yang lebih dikenal dengan radang amandel yang berfungsi sebagai pertahanan lokal dan immunesurvallance (sistem kekebalan tubuh). Tonsilitis bagian dari pembengkakan atau radang yang mengenai pada tonsil palatina [1] yang disebabkan oleh virus atau bakteri. Jika kita membuka mulut, terlihat sangat jelas terdapat tonsil dibagian kiri dan kanan. Sebenarnya keberadaan tonsil atau amandel ini berperan sebagai penghalau bakteri/virus yang masuk ke dalam tubuh kita.
Kadang kebanyakan dari kita terlalu menyepelekan penyakit tonsilitis menganggap bahwa penyakit ini hanya sekedar sakit tenggorokan biasa, radang tenggorokan, atau gejala flu [1] [2] .Tetapi, jika kita telisik lebih dalam penyakit ini perlu kita waspadai juga mengingat apabila telah pada tahap kronis bisa-bisa menular dan membahayakan fungsi organ tubuh yang lainnya. Berikut ini 8 gejala penyakit tonsilitis yang dapat membahayakan tubuh sebagai berikut:
Daftar isi
Timbulnya peradangan ini diakibatkan oleh asam lambung yang naik ke saluran pencernaan itu bisa menyebabkan pengkisan yang cukup tajam. Gejalanya rasa nyeri, gatal, terasa kering tenggorokannya dan biasanya disertai dengan lendir-lendir yang terbentuk di tenggorokan [1] [3] .
Sehingga kita sering ingin membuang lendir tersebut. Peradangan sendiri akutnya mulai dari 2 sampai 3 hari hingga 5 hari. Tetapi, misalnya ada komplikasi atau penyebabnya dari asam lambung itu akan terjadi peradangan cukup panjang bisa sampai 5 sampai 7 hari kedepan. Jika seperti asam lambung tidak ditangani terlebih dahulu.
Fungsi tonsilitis pada dasarnya yaitu untuk menahan bakteri/virus yang masuk kedalam tubuh. Tetapi, sebaliknya tonsilitis ini tidak mampu menahan bakteri akhirnya mengalami pembengkakan. Pembengkakan ini disebabkan karena terlalu banyak mengkonsumsi makanan yang pedas, minuman dingin yang kurang higienis, bahkan bisa saja seseorang sering meminum alkohol [2].
Seseorang yang mengalami penyakit tonsilitis, ia juga akan mengalami pembengkakan pada area tonsil. Akibatnya asupan makanan yang harusnya ditelan justru tersendat dan terhalang oleh pembengkakan tonsilitis [3].
Pada fase awal penyakit tonsilitis hanya menyerang di area tengorokan saja kemudian ketika ia berlanjut bisa juga menyebar ke hidung [3] bisa juga sampai ke telinga ini yang menyebabkan saluran sendi antara telinga dan sekitaran tenggorokan mengalami ketidakseimbangan sehingga membuat seseorang kesulitan untuk berbicara.
Demam tinggi biasanya lebih sering menyerang anak-anak. Kondisi tubuh anak-anak belum sekuat tubuh orang dewasa imun mereka masih rendah. Sehingga saat penyakit ini menyerang tentu akan membuat tubuh menjadi menggigil dikarenakan serangan dari infeksi bakteri/virus streptococcus [4] yang masuk kedalam tubuh.
Infeksi pada rongga mulut membuat seseorang mengeluarkan air liur yang berlebih. Disisi lain, mungkin ada efek samping dari mengkonsumsi obat-obatan atau makan-makanan yang panas [4]. Untuk menjaga agar air liur kita tetap stabil usahakan perbanyak minum air putih minimal 2 liter sehari.
Selain itu juga, hindari makanan pedas dengan cara beralih memakan makanan yang berserat tinggi seperti roti, gandum, sayur-sayuran dan rajinlah untuk menggosok gigi agar kelenjar saliva dalam pH yang stabil ini juga dapat mengurangi resiko karies gigi. Hal ini perlu menjadi poin penting yang patut kita perhatikan demi kesehatan[4].
Apabila penyakit tonsilitis seseorang tidak segera diobati bisa saja telinga bagian tengah ini juga akan ikut infeksi. Ini bisa terjadi karena memang komplikasi ini berhubungan antara telinga-hidung-tenggorokan [1] [5].Nah, jadi jika seandainya radang tonsilitisnya tidak diobati nanti akan menyebabkan infeksi sekunder (telinga tengah) itu yang sering terjadi.
Ada cara alternatif untuk meredakan infeksi telinga yaitu mengompres di bagian telinga dengan handuk hangat lakukan cara ini setiap hari. Tetapi, jika hal ini belum cukup meredakan infeksinya, kita bisa lakukan cara lain dengan meminum obat antibiotik seperti paracetamol sesuai dengan arahan dan anjuran dokter [5].
Saat tonsilitis mengalami pembengkakan aliran nafas akan terganggu, nafas kita akan tidak normal kemudian kita akan mengalami sleap apnea artinya nafas akan terhenti sejenak ini bisa mengganggu pola tidur dan menjadi terasa mendengkur [5].
Bagaimana Cara Mengobatinya?
Bilamana kita mengalami 8 gejala diatas sebaiknya segera berobat ke dokter. Tetapi, bilamana kita mengalami penyakit tonsilitis yang cukup parah biasanya ini sudah tercampur dengan penyakit komplikasi cara penanganannya tentu saja memerlukan antibiotik yang tingkatnya lebih tinggi dan bilamana diperlukan misalnya terjadi abses atau bisul akibat tonsilitis maka diperlukan tindakan dengan mengeluarkan nanah yang terkumpul diarea leher [6] .
Perihal penyakit tonsilitis dapat ditangani di rumah sakit terdekat anda. Jangan lupa untuk selalu mengkonsumsi makanan yang sehat, bergizi, kurangi minum obat-obatan, terapkan pola hidup sehat dan terus konsultasi kesehatan secara rutin ke dokter minimal satu bulan sekali.
Penyakit tonsil bisa mengenai siapa saja baik itu wanita maupun pria. Untuk yang lebih sering terkena penyakit tonsilitis yaitu anak-anak usia 5 sampai 16 tahun. Ukuran tonsil pada anak-anak lebih besar, tetapi seiring berjalannya waktu tonsilitis ini akan menyusut. Pada anak-anak disebabkan oleh alergi antibiotik, stomatitis aphtosa, atau luka panas dalam [1].
Namun, biasanya yang sering dialami kebanyakan orang adalah penyakit tonsilitis berulang, artinya tonsilitis yang sering kambuh berulang kali. Bisa dialami 5-7 kali dalam setahun, yang perlu kita waspadai juga ada namanya tonsilitis akut dan kronis. Tentu ini berbeda, dimana tonsilitis akut dirasakan nyerinya kurang lebih selama 10 hari. Gejala tonsilitis akut bisa dari sulit menelan, demam, kelenjar sekitar tonsilitis membengkak, nafas terasa bau, dan batuk berdahak.
Sedangkan tonsilitis kronis dapat dirasakan nyerinya kurang lebih 10 hari. Gejalanya biasanya dirasakan dengan nyeri dibagian rahang, kesulitan membuka mulut, dan bisa munculnya batu disekitar tonsilitis. Tonsilitis kronis ini lebih berbahaya.
[1] Abdoul Wahab Haidara, Youssouf Sidibé, Djibril Samake, Amady Coulibaly, Mamadou Karim Touré, Bréhima Bolonpé Coulibaly, Siaka Soumaoro, Boubacary Guindo, Kassim Diarra, Kalifa Coulibaly, Boubacar Sanogo, Mohamed Kéïta, Alhousseini Ag Mohamed. et al. Scirp.org. Tonsillitis and Their Complications: Epidemiological, Clinical and Therapeutic Profiles. International Journal of Otolaryngology and Head & Neck Surgery, 2019
[2] Abdullah D Alotaib. Research gate. net. Tonsillitis in Children Diagnosis and Treatment Measures. 2017
[3] Alston K, Sklar R, Stead T S, et al. Cureus. Bilateral Tonsillitis With Peritonsillar Abscess. 2021
[4] S Bathala and R Eccles. Cambridge.org. A review on the mechanism of sore throat in tonsillitis. 2013
[5] Zautner AE, Krause M, Stropahl G, Holtfreter S, Frickmann H, et al. Journal.pone. Intracellular Persisting Staphylococcus aureus Is the Major Pathogen in
Recurrent Tonsillitis. 2010
[6] Huseyin Keskin. Jptcp.com. A NEW TREATMENT MODALITY TO REDUCE ACUTE TONSILLITIS HEALING TIME. 2019