Daftar isi
Gondongan merupakan sebuah kondisi ketika infeksi virus menyerang kelenjar parotis dan mengakibatkan peradangan [1,6,9,10].
Kondisi yang umumnya dialami oleh anak-anak ini ditandai oleh timbulnya bengkak di bagian pipi.
Penyakit yang juga dikenal dengan istilah mumps atau parotitis ini adalah jenis penyakit menular.
Tinjauan Gondongan adalah sebuah kondisi infeksi pada kelenjar parotis dan mengakibatkan radang di sana akibat virus.
Kelenjar parotis yang berada di bawah telinga berperan sebagai penghasil air liur sehingga sangat vital bagi tubuh manusia.
Namun ketika kelenjar parotis mengalami radang akibat infeksi paramyxovirus, gondongan seketika terjadi [1,4].
Penyebaran virus ini sungguh cepat dan terlampau mudah, terutama melalui lendir dari hidung atau mulut, termasuk juga air liur yang juga disebut dengan istilah droplet [1].
Virus dapat menyebar lebih mudah melalui beberapa kondisi, seperti [1,5,6]:
Terdapat sejumlah faktor yang mampu meningkatkan risiko gondongan, yaitu antara lain [1,2,4,5] :
Tinjauan Infeksi paramyxovirus merupakan sebab utama radang yang terjadi pada kelenjar parotis. Namun beberapa faktor risiko seperti faktor usia (usia anak), belum memperoleh vaksin MMR, berada di wilayah wabah gondongan, hingga kekebalan tubuh lemah dapat meningkatkan risiko gondongan.
Gejala gondongan umumnya adalah pembengkakan pada kelenjar parotis, namun juga disertai dengan sejumlah keluhan lainnya, seperti [1,6,8] :
Pada beberapa kasus, gejala yang timbul bersifat ringan dan mirip dengan gejala flu.
Namun, ada pula yang mengalami gondongan tanpa gejala.
Hanya saja pada umumnya, gejala gondongan baru akan timbul 14-25 hari dari paparan dan serangan infeksi virus.
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Karena gondongan lebih rentan terjadi pada usia anak-anak, para orang tua perlu lebih memerhatikan kondisi sang buah hati.
Apabila anak mengalami keluhan gejala seperti yang telah disebutkan, terutama seperti di bawah ini, segera ke dokter untuk diperiksakan dan ditangani dengan cepat [9].
Pemeriksaan dan penanganan dini akan mencegah penyebaran virus, namun selama sebelum diperiksa dan ditangani pastikan untuk beristirahat lebih banyak.
Jika memang diperlukan, gunakan ibuprofen, yaitu obat pereda nyeri yang akan mengurangi ketidaknyamanan akibat peradangan [11].
Acetaminophen juga merupakan obat yang bisa digunakan sementara belum mendapat penanganan dari dokter.
Selalu ada kemungkinan bahwa gejala yang dialami penderita bukan gondongan melainkan kondisi lainnya.
Pembengkakan kelenjar air liur dapat disebabkan oleh infeksi virus yang berbeda atau kelenjar yang mengalami sumbatan di mana hal ini juga dapat menyebabkan demam pada tubuh penderita.
Segera periksakan agar dapat mengetahui penyebab pasti dari gejala dan lebih cepat ditangani.
Tinjauan Pembengkakan dan nyeri di area kelenjar parotis adalah gejala utama gondongan. Namun, keluhan lain biasanya menyertai, seperti bengkak pada pipi, susah mengunyah, susah menelan, demam, nyeri otot, nyeri sendi, nyeri perut, penurunan nafsu makan, sakit kepala, mulut kering, hingga tubuh cepat lelah dan sering lemah.
Jika menemui dokter setelah gejala yang mengarah pada kondisi gondongan timbul, biasanya dokter akan melakukan beberapa metode diagnosa sebagai berikut :
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan terkait kondisi yang dialami oleh pasien, seperti gejala apa saja yang dirasakan [1,5,6,7,8,9].
Tidak hanya itu, dokter juga memerlukan informasi terkait riwayat medis pasien dan riwayat imunisasi.
Dokter kemungkinan akan menanyakan pula ada tidaknya riwayat interaksi dengan penderita gondongan atau riwayat berkunjung ke suatu wilayah dengan tingkat kasus gondongan tinggi.
Setelah memastikan riwayat gejala dan kesehatan pasien secara menyeluruh, hal ini akan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik [10].
Dokter biasanya segera memeriksa bagian leher serta pipi pasien yang cenderung membengkak pada kondisi gondongan.
Selain itu, pemeriksaan juga akan dilakukan pada bagian tonsil (amandel) serta tenggorokan pasien.
Sebagai tes penunjang yang akan membantu dokter dalam menegakkan diagnosa yang lebih akurat, tes darah perlu ditempuh oleh pasien [1,6,7,9].
Tes darah bertujuan untuk mendeteksi apakah pasien mengalami infeksi darah.
Tes urine pun menjadi metode tes penunjang yang dokter akan rekomendasikan pada pasien [1,6].
Melalui tes ini akan diketahui apakah infeksi telah menyebar hingga ke saluran kemih pasien.
Tes penunjang lainnya yang kiranya diperlukan adalah tes swab air liur, yaitu dengan mengambil sampel air liur pasien [1].
Dari hasil tes ini, dokter lebih mudah dalam mendeteksi jenis mikroorganisme yang menjadi penyebab gejala gondongan.
Tinjauan Dalam mendiagnosa gondongan, dokter biasanya menggunakan beberapa metode seperti pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan, tes urine, tes darah, dan tes swab air liur.
Tingkat daya tahan tubuh penderita gondongan menentukan seberapa cepat pemulihannya.
Bila imun baik, pemulihan hanya membutuhkan waktu 1-2 minggu dengan cara-cara perawatan mandiri seperti [1,6,9,1011,12] :
Tinjauan Pemulihan gondongan lebih cepat ketika daya tahan tubuh pasien baik dan kuat. Selain itu, pengobatan gondongan tergolong mudah, yaitu banyak beristirahat, menggunakan obat pereda nyeri, serta mengonsumsi makanan bertekstur lunak selama gejala dialami.
Gondongan sangat jarang dalam mengakibatkankan komplikasi, namun bukan berarti tidak ada risiko komplikasi sama sekali.
Pada beberapa kasus walau langka, terdapat potensi komplikasi serius akibat gondongan yang tidak segera mendapat penanganan tepat, yaitu seperti [1] :
Pada ibu hamil, gondongan dapat berakibat fatal pada kondisi janin. Kondisi hamil muda dapat lebih terancam karena risiko keguguran lebih tinggi.
Sementara itu, pada anak penderita gondongan, beberapa risiko komplikasi yang perlu diwaspadai oleh para orang tua adalah :
Pencegahan penyakit gondongan biasanya adalah dengan pemberian imunisasi pada anak-anak yang masih berusia balita.
Imunisasi MMR (measles, mumps, rubella) adalah imunisasi yang diberikan kepada anak-anak yang bertujuan memberikan perlindungan bagi tubuh dari penyakit campak, gondongan dan rubella.
Selain memperoleh vaksin, berbagai upaya pencegahan sebagai berikut dapat dilakukan agar tidak mudah terkena infeksi penyebab gondongan :
Siapa saja yang tidak perlu dan tidak dianjurkan memperoleh vaksin MMR?
Tidak semua orang dapat memperoleh vaksin MMR, beberapa orang tidak memerlukan vaksin MMR, yaitu :
Pada kasus orang-orang yang mengalami jenis penyakit tertentu dengan tingkat keparahan sedang hingga parah, mereka perlu menunggu sampai benar-benar membaik sebelum boleh memperoleh vaksin MMR.
Jika sedang hamil, maka vaksin MMR baru dapat diperoleh setelah melahirkan.
Siapa yang paling memerlukan vaksin MMR?
Beberapa kategori orang mungkin tidak memerlukan vaksin MMR, namun beberapa orang yang sesuai dengan kriteria dan perlu memperoleh vaksin MMR antara lain :
Pada beberapa orang dengan gangguan kesehatan tertentu, berkonsultasilah dengan dokter sebelum memperoleh vaksin MMR, khususnya orang-orang dengan kondisi sebagai berikut :
Tinjauan Pencegahan terbaik gondongan adalah dengan memperoleh imunisasi MMR, khususnya anak-anak balita. Meski begitu, ketahui dengan detail kriteria siapa saja yang boleh dan memerlukan vaksin serta siapa saja yang tidak dianjurkan memperoleh vaksin MMR.
1. Patrick Davison & Jason Morris. Mumps. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Kasper DL, Hauser SL, Lameson JL, Fauci AS, Longo DL, & Loscalzo J. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 19th ed. New York: McGraw Hill; 2015.
3. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, & Satari HI. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi 2. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2012.
4. Katharine N Bossart, Deborah L Fusco, and Christopher C Broder. Paramyxovirus Entry. Madame Curie Bioscience Database; 2020.
5. Jacobo Limeres Posse, Pedro Diz Dios, & Crispian Scully. Viral Diseases Transmissible by Kissing. Elsevier Public Health Emergency Collection; 2017.
6. Anonim. Guidelines for the Prevention and Control of Mumps Outbreaks in Canada. Canada Communicable Disease Report; 2010.
7. Kyuyol Rhie, MD, Heung-Keun Park, MD, Young-Soo Kim, MD, PhD, Jung Sook Yeom, MD, Ji Sook Park, MD, PhD, Ji-Hyun Seo, MD, PhD, Eun Sil Park, MD, PhD, Jae-Young Lim, MD, PhD, Chan-Hoo Park, MD, PhD, Hyang-Ok Woo, MD, PhD, & Hee-Shang Youn, MD, PhD. Factors associated with mumps meningitis and the possible impact of vaccination. Korean Journal of Pediatrics; 2016.
8. Aviral Agrawal, Virendra Singh, Pradeep Kumar, Amrish Bhagol, Anjali Narwal, & Ishwar Singh. Unilateral swelling of cheek. National Journal of Maxillofacial Surgery; 2017.
9. Scott D. Smith, MSc MD CCFP & Ian Gemmill, MD CCFP FCFP FRCPC. Mumps: resurgence of a vanquished virus. Official Publication of the College of Family Physicians of Canada; 2011.
10. J. Brad Wiggers, MD, Tiffany Chan, MD, Wayne L. Gold, MD, & Derek R. MacFadden, MD. Mumps in a 27-year-old man. Canadian Medical Association Journal; 2017.
11. Stephen T Schultz, Hillary S Klonoff-Cohen, Deborah L Wingard, Natacha A Akshoomoff, Caroline A Macera, & Ming Ji. Acetaminophen (paracetamol) use, measles-mumps-rubella vaccination, and autistic disorder: the results of a parent survey. Autism; 2008.
12. Wayne T. A. Enanoria, Fengchen Liu, Jennifer Zipprich, Kathleen Harriman, Sarah Ackley, Seth Blumberg, Lee Worden, & Travis C. Porco. The Effect of Contact Investigations and Public Health Interventions in the Control and Prevention of Measles Transmission: A Simulation Study. PLoS One; 2016.