Penyakit & Kelainan

Gondongan : Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Gondongan?

Gondongan

Gondongan merupakan sebuah kondisi ketika infeksi virus menyerang kelenjar parotis dan mengakibatkan peradangan [1,6,9,10].

Kondisi yang umumnya dialami oleh anak-anak ini ditandai oleh timbulnya bengkak di bagian pipi.

Penyakit yang juga dikenal dengan istilah mumps atau parotitis ini adalah jenis penyakit menular.

Tinjauan
Gondongan adalah sebuah kondisi infeksi pada kelenjar parotis dan mengakibatkan radang di sana akibat virus.

Fakta Tentang Gondongan

  1. Penyakit gondongan adalah jenis penyakit yang sangat umum dan dapat dijumpai di seluruh dunia dengan prevalensi yang bervariasi tergantung dari negaranya [1].
  2. Kurang lebih sepertiga penduduk dunia mengalami gondongan tanpa gejala, namun penyebaran dan penularan tetap terjadi [1].
  3. Negara-negara dengan wabah gondongan cukup sering (3-5 tahun sekali) biasanya disebabkan oleh belum terselenggaranya program imunisasi yang benar sehingga per 100.000 populasinya bisa saja terdapat 100-1.000 kasus gondongan [2].
  4. Rata-rata gondongan dialami oleh anak-anak, namun jarang dijumpai pada bayi dengan tingkat risiko sama tinggi antara perempuan dan laki-laki [3].
  5. Meningitis adalah komplikasi gondongan paling umum dan juga paling banyak dijumpai pada penderita pria daripada wanita, yakni dengan rasio 3:1 [3].
  6. Walau tergolong penyakit umum, di Indonesia prevalensi gondongan belum tersedia secara detail.

Penyebab Gondongan

Kelenjar parotis yang berada di bawah telinga berperan sebagai penghasil air liur sehingga sangat vital bagi tubuh manusia.

Namun ketika kelenjar parotis mengalami radang akibat infeksi paramyxovirus, gondongan seketika terjadi [1,4].

Penyebaran virus ini sungguh cepat dan terlampau mudah, terutama melalui lendir dari hidung atau mulut, termasuk juga air liur yang juga disebut dengan istilah droplet [1].

Virus dapat menyebar lebih mudah melalui beberapa kondisi, seperti [1,5,6]:

  • Berbagi penggunaan alat pribadi, seperti alat minum dan makan, terutama dengan penderita gondongan.
  • Kontak langsung (seperti berciuman) dengan penderita gondongan.
  • Tangan menyentuh benda yang telah disentuh penderita, lalu dengan tangan yang sama dan tanpa dicuci lebih dulu menyentuh hidung, mata atau mulut sendiri.
  • Droplet atau percikan cairan bersin, bicara atau bersin penderita gondongan tidak sengaja terhirup.

Faktor Risiko Gondongan

Terdapat sejumlah faktor yang mampu meningkatkan risiko gondongan, yaitu antara lain [1,2,4,5] :

  • Faktor usia, karena usia 2-12 tahun adalah yang paling rentan terkena gondongan.
  • Orang-orang yang belum memperoleh vaksin MMR sebagai pencegah penyakit campak, gondongan serta rubella.
  • Bepergian atau berkunjung ke suatu daerah dengan wabah atau banyak kasus gondongan.
  • Tinggal di wilayah yang sedang memiliki banyak kasus gondongan.
  • Daya tahan atau kekebalan tubuh lemah, termasuk karena kemoterapi, menggunakan obat kortikosteroid dalam jangka panjang, atau terkena penyakit HIV AIDS.
Tinjauan
Infeksi paramyxovirus merupakan sebab utama radang yang terjadi pada kelenjar parotis. Namun beberapa faktor risiko seperti faktor usia (usia anak), belum memperoleh vaksin MMR, berada di wilayah wabah gondongan, hingga kekebalan tubuh lemah dapat meningkatkan risiko gondongan.

Gejala Gondongan

Gejala gondongan umumnya adalah pembengkakan pada kelenjar parotis, namun juga disertai dengan sejumlah keluhan lainnya, seperti [1,6,8] :

  • Bengkak pada pipi (satu atau kedua sisi akibat pembesaran kelenjar parotis).
  • Sulit dan nyeri saat mengunyah maupun menelan makanan.
  • Demam
  • Nafsu makan menurun.
  • Nyeri pada perut.
  • Nyeri pada sendi.
  • Nyeri pada otot.
  • Sakit kepala.
  • Mulut kering.
  • Tubuh kelelahan dan merasa lemah.

Pada beberapa kasus, gejala yang timbul bersifat ringan dan mirip dengan gejala flu.

Namun, ada pula yang mengalami gondongan tanpa gejala.

Hanya saja pada umumnya, gejala gondongan baru akan timbul 14-25 hari dari paparan dan serangan infeksi virus.

Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?

Karena gondongan lebih rentan terjadi pada usia anak-anak, para orang tua perlu lebih memerhatikan kondisi sang buah hati.

Apabila anak mengalami keluhan gejala seperti yang telah disebutkan, terutama seperti di bawah ini, segera ke dokter untuk diperiksakan dan ditangani dengan cepat [9].

  • Kekakuan pada leher.
  • Sakit kepala berat.
  • Tubuh kejang.
  • Rasa kantuk yang sangat berat.
  • Kesadaran menurun atau bahkan mengalami pingsan.

Pemeriksaan dan penanganan dini akan mencegah penyebaran virus, namun selama sebelum diperiksa dan ditangani pastikan untuk beristirahat lebih banyak.

Jika memang diperlukan, gunakan ibuprofen, yaitu obat pereda nyeri yang akan mengurangi ketidaknyamanan akibat peradangan [11].

Acetaminophen juga merupakan obat yang bisa digunakan sementara belum mendapat penanganan dari dokter.

Selalu ada kemungkinan bahwa gejala yang dialami penderita bukan gondongan melainkan kondisi lainnya.

Pembengkakan kelenjar air liur dapat disebabkan oleh infeksi virus yang berbeda atau kelenjar yang mengalami sumbatan di mana hal ini juga dapat menyebabkan demam pada tubuh penderita.

Segera periksakan agar dapat mengetahui penyebab pasti dari gejala dan lebih cepat ditangani.

Tinjauan
Pembengkakan dan nyeri di area kelenjar parotis adalah gejala utama gondongan. Namun, keluhan lain biasanya menyertai, seperti bengkak pada pipi, susah mengunyah, susah menelan, demam, nyeri otot, nyeri sendi, nyeri perut, penurunan nafsu makan, sakit kepala, mulut kering, hingga tubuh cepat lelah dan sering lemah.

Pemeriksaan Gondongan

Jika menemui dokter setelah gejala yang mengarah pada kondisi gondongan timbul, biasanya dokter akan melakukan beberapa metode diagnosa sebagai berikut :

  • Pemeriksaan Riwayat Gejala dan Kesehatan

Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan terkait kondisi yang dialami oleh pasien, seperti gejala apa saja yang dirasakan [1,5,6,7,8,9].

Tidak hanya itu, dokter juga memerlukan informasi terkait riwayat medis pasien dan riwayat imunisasi.

Dokter kemungkinan akan menanyakan pula ada tidaknya riwayat interaksi dengan penderita gondongan atau riwayat berkunjung ke suatu wilayah dengan tingkat kasus gondongan tinggi.

  • Pemeriksaan Fisik

Setelah memastikan riwayat gejala dan kesehatan pasien secara menyeluruh, hal ini akan dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik [10].

Dokter biasanya segera memeriksa bagian leher serta pipi pasien yang cenderung membengkak pada kondisi gondongan.

Selain itu, pemeriksaan juga akan dilakukan pada bagian tonsil (amandel) serta tenggorokan pasien.

  • Tes Darah

Sebagai tes penunjang yang akan membantu dokter dalam menegakkan diagnosa yang lebih akurat, tes darah perlu ditempuh oleh pasien [1,6,7,9].

Tes darah bertujuan untuk mendeteksi apakah pasien mengalami infeksi darah.

  • Tes Urine

Tes urine pun menjadi metode tes penunjang yang dokter akan rekomendasikan pada pasien [1,6].

Melalui tes ini akan diketahui apakah infeksi telah menyebar hingga ke saluran kemih pasien.

  • Tes Swab Air Liur

Tes penunjang lainnya yang kiranya diperlukan adalah tes swab air liur, yaitu dengan mengambil sampel air liur pasien [1].

Dari hasil tes ini, dokter lebih mudah dalam mendeteksi jenis mikroorganisme yang menjadi penyebab gejala gondongan.

Tinjauan
Dalam mendiagnosa gondongan, dokter biasanya menggunakan beberapa metode seperti pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan, tes urine, tes darah, dan tes swab air liur.

Pengobatan Gondongan

Tingkat daya tahan tubuh penderita gondongan menentukan seberapa cepat pemulihannya.

Bila imun baik, pemulihan hanya membutuhkan waktu 1-2 minggu dengan cara-cara perawatan mandiri seperti [1,6,9,1011,12] :

  • Mengonsumsi obat pereda nyeri dan demam (paracetamol dan ibuprofen).
  • Mengonsumsi makanan yang bertekstur lunak supaya proses mengunyah lebih ringan.
  • Mengonsumsi lebih banyak air putih agar mampu memenuhi kebutuhan tubuh terhadap cairan.
  • Beristirahat lebih banyak dan mendapatkan kualitas tidur terbaik.
  • Mengompres area tubuh yang mengalami pembengkakan menggunakan air dingin atau hangat supaya rasa nyeri dapat berkurang.
  • Mengarantina diri sendiri selama gejala timbul maupun ketika sudah positif didiagnosa gondongan untuk mencegah penyebaran dan penularan penyakit; hal ini berlaku pada penderita anak-anak maupun orang dewasa.
Tinjauan
Pemulihan gondongan lebih cepat ketika daya tahan tubuh pasien baik dan kuat. Selain itu, pengobatan gondongan tergolong mudah, yaitu banyak beristirahat, menggunakan obat pereda nyeri, serta mengonsumsi makanan bertekstur lunak selama gejala dialami.

Komplikasi Gondongan

Gondongan sangat jarang dalam mengakibatkankan komplikasi, namun bukan berarti tidak ada risiko komplikasi sama sekali.

Pada beberapa kasus walau langka, terdapat potensi komplikasi serius akibat gondongan yang tidak segera mendapat penanganan tepat, yaitu seperti [1] :

Pada ibu hamil, gondongan dapat berakibat fatal pada kondisi janin. Kondisi hamil muda dapat lebih terancam karena risiko keguguran lebih tinggi.

Sementara itu, pada anak penderita gondongan, beberapa risiko komplikasi yang perlu diwaspadai oleh para orang tua adalah :

  • Nyeri perut.
  • Kebingungan atau linglung.
  • Demam tinggi.
  • Kesulitan untuk makan dan minum.
  • Pada anak laki-laki, testis membengkak dan terasa nyeri.

Pencegahan Gondongan

Pencegahan penyakit gondongan biasanya adalah dengan pemberian imunisasi pada anak-anak yang masih berusia balita.

Imunisasi MMR (measles, mumps, rubella) adalah imunisasi yang diberikan kepada anak-anak yang bertujuan memberikan perlindungan bagi tubuh dari penyakit campak, gondongan dan rubella.

  • Pemberian vaksin ini dilakukan dua kali, yaitu sewaktu anak usia 15-18 bulan dan kembali diberikan saat anak sudah menginjak usia 5 tahun.
  • Bila vaksin pertama terlewatkan atau belum sempat dilakukan, vaksin masih memungkinkan untuk diperoleh anak sampai usianya 3 tahun. Intinya, vaksin pertama berlaku hingga anak usia 3 tahun.
  • Meski demikian, orang dewasa dapat memperoleh vaksin MMR apabila saat usia anak-anak belum pernah mendapatkannya sama sekali.
  • Hanya saja, pemberian vaksin MMR pada orang dewasa diperbolehkan dan cenderung dianjurkan khususnya bila risiko paparan virus penyebab gondongan sangat tinggi.

Selain memperoleh vaksin, berbagai upaya pencegahan sebagai berikut dapat dilakukan agar tidak mudah terkena infeksi penyebab gondongan :

  • Menghindari kegiatan berbagi penggunaan barang pribadi, seperti alat makan dan mandi.
  • Mencuci tangan dengan benar dan bersih menggunakan sabun serta air secara teratur.
  • Menutup mulut menggunakan tisu ketika batuk maupun bersin.
  • Untuk mencegah penularan atau penyebaran infeksi virus, penderita sebaiknya tinggal di rumah setelah gejala pertama timbul sampai kurang lebih 5 hari ke depan.

Siapa saja yang tidak perlu dan tidak dianjurkan memperoleh vaksin MMR?

Tidak semua orang dapat memperoleh vaksin MMR, beberapa orang tidak memerlukan vaksin MMR, yaitu :

  • Orang-orang dengan kondisi reaksi alergi mematikan, terutama alergi terhadap antibiotik neomycin; hal ini juga termasuk alergi terhadap kandungan dalam vaksin MMR.
  • Orang-orang yang memiliki gangguan sistem imun serius.
  • Wanita hamil dan wanita yang merencanakan kehamilan dalam waktu 4 minggu mendatang.

Pada kasus orang-orang yang mengalami jenis penyakit tertentu dengan tingkat keparahan sedang hingga parah, mereka perlu menunggu sampai benar-benar membaik sebelum boleh memperoleh vaksin MMR.

Jika sedang hamil, maka vaksin MMR baru dapat diperoleh setelah melahirkan.

Siapa yang paling memerlukan vaksin MMR?

Beberapa kategori orang mungkin tidak memerlukan vaksin MMR, namun beberapa orang yang sesuai dengan kriteria dan perlu memperoleh vaksin MMR antara lain :

  • Wanita yang tidak dalam kondisi hamil maupun tidak merencanakan kehamilan dalam waktu dekat.
  • Bekerja di rumah sakit, penitipan anak, sekolah, serta fasilitas kesehatan lainnya.
  • Berencana hendak berwisata ke luar negeri.

Pada beberapa orang dengan gangguan kesehatan tertentu, berkonsultasilah dengan dokter sebelum memperoleh vaksin MMR, khususnya orang-orang dengan kondisi sebagai berikut :

  • Penderita penyakit HIV AIDS.
  • Penderita gangguan atau kelainan darah.
  • Penderita kanker.
  • Baru saja memperoleh vaksin lain sekitar 4 minggu yang lalu.
  • Memiliki riwayat menggunakan obat steroid.
Tinjauan
Pencegahan terbaik gondongan adalah dengan memperoleh imunisasi MMR, khususnya anak-anak balita. Meski begitu, ketahui dengan detail kriteria siapa saja yang boleh dan memerlukan vaksin serta siapa saja yang tidak dianjurkan memperoleh vaksin MMR.

1. Patrick Davison & Jason Morris. Mumps. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Kasper DL, Hauser SL, Lameson JL, Fauci AS, Longo DL, & Loscalzo J. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 19th ed. New York: McGraw Hill; 2015.
3. Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, & Satari HI. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Edisi 2. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2012.
4. Katharine N Bossart, Deborah L Fusco, and Christopher C Broder. Paramyxovirus Entry. Madame Curie Bioscience Database; 2020.
5. Jacobo Limeres Posse, Pedro Diz Dios, & Crispian Scully. Viral Diseases Transmissible by Kissing. Elsevier Public Health Emergency Collection; 2017.
6. Anonim. Guidelines for the Prevention and Control of Mumps Outbreaks in Canada. Canada Communicable Disease Report; 2010.
7. Kyuyol Rhie, MD, Heung-Keun Park, MD, Young-Soo Kim, MD, PhD, Jung Sook Yeom, MD, Ji Sook Park, MD, PhD, Ji-Hyun Seo, MD, PhD, Eun Sil Park, MD, PhD, Jae-Young Lim, MD, PhD, Chan-Hoo Park, MD, PhD, Hyang-Ok Woo, MD, PhD, & Hee-Shang Youn, MD, PhD. Factors associated with mumps meningitis and the possible impact of vaccination. Korean Journal of Pediatrics; 2016.
8. Aviral Agrawal, Virendra Singh, Pradeep Kumar, Amrish Bhagol, Anjali Narwal, & Ishwar Singh. Unilateral swelling of cheek. National Journal of Maxillofacial Surgery; 2017.
9. Scott D. Smith, MSc MD CCFP & Ian Gemmill, MD CCFP FCFP FRCPC. Mumps: resurgence of a vanquished virus. Official Publication of the College of Family Physicians of Canada; 2011.
10. J. Brad Wiggers, MD, Tiffany Chan, MD, Wayne L. Gold, MD, & Derek R. MacFadden, MD. Mumps in a 27-year-old man. Canadian Medical Association Journal; 2017.
11. Stephen T Schultz, Hillary S Klonoff-Cohen, Deborah L Wingard, Natacha A Akshoomoff, Caroline A Macera, & Ming Ji. Acetaminophen (paracetamol) use, measles-mumps-rubella vaccination, and autistic disorder: the results of a parent survey. Autism; 2008.
12. Wayne T. A. Enanoria, Fengchen Liu, Jennifer Zipprich, Kathleen Harriman, Sarah Ackley, Seth Blumberg, Lee Worden, & Travis C. Porco. The Effect of Contact Investigations and Public Health Interventions in the Control and Prevention of Measles Transmission: A Simulation Study. PLoS One; 2016.

Share