Daftar isi
Ketegangan otot interkostal adalah kondisi ketika otot interkostal (otot yang berada di antara tulang rusuk dan menjadi penghubung antar tulang rusuk) mengalami ketegangan [1,2,3,4].
Otot interkostal terdiri dari tiga lapisan, yakni interkostal internal, interkostal eksternal dan interkostal terdalam di mana ketegangan bisa terjadi pada ketiga bagian tersebut [1,2,3,4].
Otot interkostal sendiri sangat vital bagi fungsi tubuh sebab tubuh manusia bagian atas dapat stabil berkat keberadaan otot ini [1,2,3,4].
Otot interkostal juga berperan penting sebagai pendukung jalannya pernafasan agar berjalan dengan lancar [1,2,3,4].
Ketegangan berisiko terjadi, terutama saat peregangan otot secara berlebihan atau ketika otot sebagian robek karena cedera [1,2,3,4].
Otot-otot interkostal yang berada di antara tulang rusuk berfungsi menggerakkan tubuh bagian atas [1,2,3,4].
Dada bisa bergerak ke atas dan bawah secara stabil berkat keberadaan otot-otot ini.
Berikut ini merupakan beberapa faktor penyebab atau faktor risiko dari ketegangan otot interkostal.
Meregangkan otot memang baik, terutama ketika aktivitas mengharuskan posisi tubuh yang sama selama berjam-jam [1,3,4].
Namun, peregangan secara berlebihan mampu merusak otot interkostal karena tekanan yang lebih dari seharusnya [1,3,4].
Saraf yang mendapat tekanan mampu menyebabkan rasa nyeri yang hebat ditambah dengan timbulnya ketegangan otot hingga kejang [1,3,4].
Bahkan ketika tubuh bergerak aktif secara berulang pun mampu meningkatkan risiko otot interkostal menjadi tegang [1,3,4].
Ketegangan otot interkostal dapat pula terjadi karena postur tubuh yang kurang tepat [4].
Terbiasa dengan postur tubuh buruk mampu melemahkan otot interkostal dan menyebabkan nyeri di bagian punggung, dada dan leher [4].
Ketika dibiarkan terlalu lama dan postur tubuh yang buruk terus berulang, beberapa risiko komplikasi seperti nyeri lutut dan skiatika sangat tinggi [4].
Benturan atau pukulan tepat pada dinding dada juga menjadi salah satu sebab otot interkostal mengalami ketegangan [1,2,3,4].
Cedera seperti ini tak hanya dalam bentuk kecelakaan mobil, tapi juga bisa terjadi karena berkelahi maupun olahraga yang melibatkan kontak fisik [1,2,3,4].
Biasanya, cedera ini ditandai dnegan memar di bagian dinding dada [1,2,3,4].
Otot interkostal dapat mengalami ketegangan dan cedera saat memutar tubuh bagian atas secara tiba-tiba [1,3,4].
Jika memutar tubuh dilakukan pula secara berlebihan, maka saraf, otot dan tulang rusuk akan memperoleh banyak tekanan [1,3,4].
Selain peregangan, memutar tubuh tiba-tiba bisa juga dilakukan saat sedang menari, berolahraga, hingga latihan Yoga [1,3,4].
Otot interkostal bahkan bisa tertekan ketika seseorang secara tak sadar tiba-tiba memutar tubuh untuk mengecek adanya barang atau seseorang yang tertinggal di belakang [1,3,4].
Ketika otot interkostal sempat mengalami cedera hingga serat otot mengalami kerusakan, memerlukan waktu 2-6 minggu untuk benar-benar pulih [1,3,4].
Namun ketika otot interkostal tidak mendapat cukup istirahat, ketegangan otot interkostal dapat terjadi [1,3,4].
Atau jika ketegangan otot interkostal sebelumnya sudah terjadi, hal ini akan bertambah buruk karena otot terus digunakan untuk beraktivitas sehari-hari [1,3,4].
Oleh sebab itu, otot interkostal yang sedang dalam kondisi tak baik sebaiknya jangan digunakan untuk berolahraga, peregangan, maupun beraktivitas normal maupun yang berat [1,3,4].
Tidak melakukan pemanasan sebelum olahraga akan lebih mudah membuat otot interkostal tegang [5].
Bahkan ketika sudah pemanasan namun melakukannya secara salah, ini sama berbahayanya bagi otot interkostal [1,3,4,5].
Otot robek adalah risiko yang besar dan membutuhkan waktu lama untuk memulihkannya [5].
Melakukan pemanasan secara tepat merupakan solusi utama agar otot interkostal aman dan terhindar dari robekan, tekanan, dan ketegangan yang memicu nyeri [5].
Rasa nyeri di bagian dada adalah gejala utama dari ketegangan otot interkostal, terutama di bagian bawah tulang rusuk [1,2,3].
Sensasi nyeri menusuk tajam akan dialami beserta ketidaknyamanan di area dada karena serasa tertarik setiap bergerak [1,2,3].
Beberapa gejala lain yang perlu diwaspadai sebagai tanda bahwa ketegangan otot interkostal sedang terjadi adalah [1,2,3] :
Ketika berbagai gejala yang telah disebutkan terjadi dan penderita memiliki kecurigaan terhadap kondisi ketegangan otot interkostal, segera pastikan dengan menempuh beberapa pemeriksaan ini.
Dokter perlu memeriksa fisik pasien untuk mengetahui bagian tubuh sebelah mana yang mengalami nyeri dan seperti apa nyeri yang dialami pasien [2].
Pasien kemungkinan akan diminta menggerakkan tubuh untuk mengetahui tingkat kenyerian dan ketegangan otot [2].
Dalam pemeriksaan fisik, biasanya dokter menyentuh dan menekan pelan area yang sakit, lalu menguji rentang gerak pasien untuk menentukan tingkat keparahan gejala [2].
Dokter akan bertanya kepada pasien mengenai riwayat medis yang dialami [2].
Selain itu, dokter juga akan menanyakan riwayat cedera, hobi, aktivitas fisik, hingga olahraga yang sering dilakukan oleh pasien [1,2].
Dokter kemungkinan akan mengumpulkan informasi terkait riwayat pengobatan pasien agar mampu menegakkan diagnosa [1,2].
Agar hasil lebih pasti, dokter juga akan meminta pasien menempuh sinar-X atau rontgen dada [1,2].
Hal ini untuk mengetahui kondisi paru-paru pasien dan memastikan apakah pasien mengalami cedera [1,2].
Tingkat Keparahan Ketegangan Otot Interkostal
Tingkat keparahan pada kasus ketegangan otot interkostal terbagi menjadi beberapa tahap, yaitu [1,2,6] :
Penanganan utama ketegangan otot interkostal disesuaikan dengan tingkat keparahan kondisi gejala yang pasien alami serta faktor yang menyebabkannya.
Berikut ini adalah opsi umum penanganan ketegangan otot interkostal :
Rasa nyeri akan terasa begitu tak nyaman disertai kesulitan bernafas setiap kali ketegangan otot interkostal terjadi [1].
Oleh sebab itu, pemberian kortikosteroid atau lidocaine akan membantu menjadi pereda nyeri [1].
Obat ini juga diberikan dengan cara disuntikkan agar meredakan peradangan sekaligus menghambat sinyal-sinyal saraf pada lokasi injeksi [1].
Relaksan otot biasanya dokter berikan kepada pasien dengan tujuan mengurangi rasa nyeri [1].
Kontraksi otot juga akan berkurang setelah pasien menggunakan obat ini [1].
Obat anti-inflamasi nonsteroid adalah jenis obat pereda nyeri yang biasanya digunakan untuk meredakan rasa sakit akibat kontraksi otot interkostal [1,2,3].
Naproxen dan ibuprofen terbukti efektif dalam mengurangi radang sekaligus rasa sakit pada otot [1,2,3].
Untuk meredakan nyeri karena kontraksi otot, cara alami yang dapat dilakukan pasien adalah dengan berendam air hangat yang sudah dicampur dengan garam Epsom [1,2,3].
Karena berkandungan magnesium, sensasi nyeri yang dialami pasien karena keterlibatan penerima N-methyl-d-aspartate dapat berkurang [1].
Melatih pernafasan adalah salah satu perawatan yang bisa dilakukan secara mandiri oleh pasien untuk membuat tulang rusuk mengembang dan berkontraksi secara perlahan sehingga kontraksi atau nyeri karena ketegangan tidak terlalu terasa [1,2,3].
Terapi dingin dapat dilakukan dengan mengompres dingin area otot yang terasa nyeri agar nyerinya berkurang [1,2].
Terapi dingin juga dapat digunakan sebagai cara meredakan pembengkakan [1,2].
Secara bergantian, lakukan dengan terapi panas (terapi dengan mengompres hangat area yang nyeri dan bengkak) [1,2].
Terapi hangat/panas mampu meredakan ketegangan dan kekencangan pada otot interkostal [1,2].
Dokter kemungkinan juga akan merekomendasikan kepada pasien terapi fisik atau fisioterapi [1,2,3].
Guna dari terapi ini adalah untuk mengembalikan rentang gerak pasien supaya normal lagi [1,2,3].
Ketidakseimbangan kekuatan tubuh bagian atas juga akan kembali membaik dengan bantuan terapi fisik [1,2,3].
Biasanya, terapi fisik akan meliputi olahraga khusus untuk memulihkan kekuatan dan fisik pasien sekaligus mencegah cedera dan iritasi lebih lanjut [1,2,3].
Ketegangan otot interkostal pada dasarnya merupakan cedera yang umum, terutama saat otot mengalami stres [1].
Penyembuhannya secara umum cukup cepat bila tergolong ringan karena hanya membutuhkan waktu beberapa minggu saja [1].
Dengan demikian, ketegangan otot interkostal dapat dicegah dengan menghindari hal-hal pemicu stres pada otot [1].
Setiap sebelum melakukan olahraga, pastikan melakukan pemanasan dengan benar dan melakukan olahraga rutin juga akan meminimalisir berbagai bentuk cedera serta tekanan pada area dada [1].
1. Kristen Gasnick, PT, DPT & Oluseun Olufade, MD. What is an Intercostal Muscle Strain?. Verywell Health; 2022.
2. Gregory Minnis, DPT, Physical Therapy & Beth Axtell. How to Identify and Treat an Intercostal Muscle Strain. Healthline; 2019.
3. William Morrison, M.D. & Sherry Christiansen. What is an intercostal muscle strain?. Medical News Today; 2020.
4. Hoan Tran, MD. Causes of Intercostal Muscle Strain. Spine-Health; 2017.
5. Taylor Stobie. What Happens When You Don’t Stretch?. Stretch Zone; 2022.
6. Alberto Grassi, Alberto Quaglia, Gian Luigi Canata, dan Stefano Zaffagnini. An update on the grading of muscle injuries: a narrative review from clinical to comprehensive systems. Joints; 2016.