Penyakit & Kelainan

Mata Minus A-Z – Penyebab – Gejala – Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Vina Yolanda Ikhwin Putri, MD
Mata minus atau rabun jauh yang dalam istilah medis dikenal dengan miopia adalah gangguan penglihatan dimana benda yang terletak jauh difokuskan di depan retina sehingga benda tersebut tampak kabur. Penyebab

Mata minus merupakan sebuah kondisi ketika mata dapat secara jelas melihat obyek yang dekat namun akan buram saat melihat obyek jarak jauh.

Istilah awam untuk menyebut mata minus adalah rabun jauh, sedangkan istilah medis yang sering digunakan adalah miopi atau miopia.

Mata minus tidak terjadi secara mendadak karena perkembangan kondisi ini terjadi secara perlahan, meski ada pula yang berkembang sangat cepat .

Mata minus umumnya dapat memburuk di usia anak-anak serta remaja. Jadi saat penglihatan mulai kabur saat melihat suatu obyek yang jauh, kemungkinan besar mata minuslah yang terjadi.

Fakta Tentang Mata Minus

  1. Mata minus adalah masalah kesehatan mata yang paling umum tak hanya di Indonesia, tapi juga di dunia.
  2. Menurut penjelasan dokter mata, faktor risiko utama mata minus dapat berkembang adalah faktor keturunan.
  3. Angka penderita mata minus terus meningkat. Hal ini memicu timbulnya perkiraan bahwa tahun 2050 setengah dari populasi dunia akan mengalami kondisi ini.
  4. Perkembangan kondisi mata minus umumnya terjadi pada anak dengan rentang usia 6-12 tahun.
  5. Dari 66 juta anak usia 5-19 tahun di Indonesia, ada kurang lebih 10% yang memiliki masalah kelainan refraksi mata.
  6. Di Amerika kondisi mata minus diderita oleh kurang lebih 25% penduduk dan tergolong sebagai masalah kesehatan mata yang cukup umum.
  7. Prevalensi kondisi miopi atau mata minus di Afrika adalah 10-20%, di Amerika Serikat dan Eropa sekitar 30-40%, dan di Asia 70-90%.
  8. Menurut survei DepKes RI (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, ada 24,72% penduduk Indonesia yang mengalami kelainan refraksi pada tahun 1993-1996 sehingga menjadikan kondisi ini berada di peringkat pertama 10 penyakit mata paling banyak di Indonesia.
  9. Menurut Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013, angka kebutaan karena gangguan refraksi (termasuk mata minus) dan katarak adalah sebesar 0,4% di Indonesia.
  10. Dari total populasi penduduk Indonesia, kurang lebih 4,6%-nya mengenakan kacamata minus.

Penyebab Mata Minus

Ada dua bagian mata yang berfungsi memfokuskan gambar, yaitu kornea mata (permukaan bening di bagian depan mata) dan lensa (bagian mata yang berada di belakang pupil mata).

Jalur Visual Mata

Normalnya, kedua bagian mata tersebut kelengkungannya sangat halus. Dengan kelengkungan itu, bagian kornea dan lensa mata membiaskan cahaya yang masuk ke mata.

Cahaya yang terbiaskan membuat gambar dengan tingkat ketajaman fokus yang tinggi langsung pada retina mata.

Hanya saja, mata minus dapat terjadi bila seseorang memiliki kornea mata yang terlalu melengkung atau bola mata yang terlalu panjang.

Bila kondisi bola mata serta kornea mata demikian adanya, hal ini berpengaruh pada masuknya cahaya ke mata yang pada akhirnya tidak fokus.

Penglihatan menjadi buram karena kesalahan bias. Ini adalah kondisi ketika suatu obyek tepat di depan retina bukan langsung fokus ke retina.

Berikut ini adalah beberapa faktor yang mampu meningkatkan potensi seseorang mengalami mata minus.

  1. Faktor Genetik : Faktor keturunan berperan besar pada mata minus seseorang, khususnya jika salah satu ataupun kedua orangtua mengalami.
  2. Faktor Pekerjaan/Aktivitas : Orang-orang dengan aktivitas banyak menulis, membaca, serta sering bekerja di depan layar komputer meningkatkan risiko mata minus. Bahkan bermain games di smartphone serta menonton TV dapat menjadi faktor risiko juga.
  3. Faktor Lingkungan : Orang-orang yang jarang menikmati waktu luangnya di luar ruangan dan lebih sering berada di dalam ruangan mampu meningkatkan risiko mata minus.

Jenis-jenis Mata Minus

Jenis Mata Minus Berdasarkan Tingkat Keparahan

Penting untuk mengenali dua jenis mata minus menurut tingkat keparahannya, yaitu antara lain :

  • Miopia Tinggi

Kondisi ini sudah tergolong sangat serius karena terjadi pertumbuhan pada bola mata lebih dari seharusnya dan lebih dari yang diperkirakan.

Karena pertumbuhan tak terkira ini, bola mata menjadi lebih panjang dari depan ke belakang sehingga makin sulit untuk melihat obyek jarak jauh.

Akibat yang paling parah dari kondisi miopi ini adalah risiko tinggi glaukoma, katarak, hingga mengalami retina yang terlepas.

  • Mata Minus Degeneratif

Kondisi miopi degeneratif ini memiliki istilah lain, yaitu miopi ganas. Faktor keturunanlah yang mampu menyebabkan kondisi ini, namun kasus miopi jenis ini tergolong langka.

Ketika sudah pada tahap degeneratif, bola mata akan jauh lebih panjang di mana perkembangannya terjadi begitu cepat di usia remaja atau remaja menginjak dewasa.

Jenis mata minus ini dapat berkembang lebih parah lagi seiring bertambahnya usia menjadi dewasa.

Bukan hanya sulit melihat obyek dari kejauhan, risiko berbahaya lainnya pun cukup tinggi, seperti glaukoma, pertumbuhan abnormal pembuluh darah mata hingga retina yang terlepas.

Jenis Mata Minus Berdasarkan Tingkat Usia Penderita

Selain dua jenis mata minus tersebut, ada pula jenis lainnya menurut rentang usia penderitanya, yaitu antara lain :

  • Miopi Patologis

Mata minus patologis adalah bola mata yang makin panjang secara abnormal dan ekstrem. Umumnya, anak-anak usia 6 tahun sudah mulai dapat mengalami kondisi ini.

  • Miopi Usia Sekolah

Kondisi mata minus jenis ini lebih dan sangat umum karena anak-anak usia 6-18 tahunlah yang lebih rentan mengalaminya.

Jenis miopi ini berkaitan erat dengan lebih sedikit terkena paparan sinar matahari, skor IQ yang di atas rata-rata, serta hobi membaca.

  • Onset Dewasa

Pada jenis ini, mata minus berkembang pada usia awal dewasa, yakni pada orang-orang usia 20-an hingga usia 40 tahunan atau di atasnya.

Umumnya, miopi jenis ini lebih dipengaruhi oleh penglihatan jarak dekat terus-menerus. Hal ini bisa berkaitan dengan pekerjaan yang mengharuskan mata melihat jarak dekat terus-menerus.

Klasifikasi Mata Minus Ringan-Berat

Dioptri adalah satuan yang digunakan dalam pengukuran kemampuan optikal dari lensa di mana 1 dioptri artinya 100 cm atau 1 meter jarak fokus suatu lensa.

Pada kondisi mata minus, semakin besar angka dioptri, hal ini menunjukkan semakin berat kondisi mata minus penderita.

  • < 1-3 dioptri adalah tanda miopia ringan
  • ≥ 3-6 dioptri adalah tanda miopia sedang
  • > 6 dioptri adalah tanda miopia tinggi atau sudah tergolong berat

Gejala Mata Minus

Baik itu mata minus yang berkembang pada usia anak-anak, remaja atau dewasa, beberapa gejala inilah yang paling umum terjadi dan perlu diwaspadai :

  • Sakit kepala.
  • Mata tegang.
  • Sering menyipitkan mata agar bisa melihat secara jelas.
  • Penglihatan sangat jernih saat melihat jarak dekat, tapi akan buram saat melihat jarak jauh.
  • Mata sering lelah.
  • Berkedip terlalu sering
  • Harus berada sangat dekat dengan layar komputer, smartphone, atau TV agar bisa melihat gambar dengan lebih jelas.
  • Sering mengucek mata.
  • Sering tidak menyadari adanya obyek yang jaraknya agak jauh.
  • Pada anak-anak sekolah, biasanya akan sulit membaca papan tulis jika posisi tempat duduknya agak di belakang.
  • Pada orang dewasa, biasanya akan mengalami kesulitan melihat jalan saat berkendara di malam hari.

Kapan harus periksa ke dokter?

Bila melihat obyek dari jarak yang jauh tak sejelas dulu, mata juga mulai sangat buram sehingga mengganggu aktivitas, jangan ragu untuk segera ke dokter.

Bila keraguan mulai muncul terhadap kualitas penglihatan sehari-hari, datanglah pada dokter spesialis mata untuk menempuh pemeriksaan.

Umumnya, pemeriksaan mata dasar akan dokter lakukan, yakni pemeriksaan kesehatan mata dan pemeriksaan refraksi.

Pemeriksaan refraksi dilakukan oleh dokter dengan tujuan untuk mengetahui apakah pasien memiliki kondisi mata minus, mata plus, presbiopi, atau astigmatisme.

Pengobatan Mata Minus

Penanganan yang diberikan oleh dokter bertujuan untuk meningkatkan kualitas penglihatan pasien dengan membantu fokus sinar pada retina.

Pengobatan dengan Kacamata atau Lensa Kontak

Dokter biasanya akan menyarankan pasien untuk mengenakan lensa korektif dalam upaya mencegah kornea makin melengkung dan bola mata makin memanjang.

Dokter dapat meresepkan kacamata ataupun lensa kontak, sesuai juga dengan pilihan serta kebutuhan pasien.

  • Kacamata : Penggunaan kacamata tergolong paling aman dan sederhana dalam membantu penglihatan makin tajam.
  • Lensa Kontak : Bagi pasien yang enggan mengenakan kacamata, lensa kontak dapat menjadi alternatif dengan mengenakannya langsung di mata. Lensa kontak datang dalam bentuk yang lunak dengan desain dan bahan yang beragam.

Namun sebelum memilih mengenakan kacamata atau lensa kontak, pasien sebaiknya sudah menanyakan lebih dulu kepada dokter mata mengenai manfaat serta efek samping masing-masing lensa korektif tersebut.

Pengobatan Selain Kacamata

Selain dengan mengenakan lensa korektif, ada cara pengobatan lainnya yang perlu diketahui yakni sebagai berikut.

  • Obat Tetes : Atropin adalah jenis obat tetes yang dapat melebarkan pupil mata. Penggunaan dosis rendah dapat membantu supaya perkembangan mata minus jadi lebih lambat.
  • Lebih Banyak Berada di Luar Ruangan : Pada usia remaja dan dewasa awal, penting untuk memperoleh sinar matahari cukup karena mampu memperkecil potensi berkembangnya mata minus.
  • LASEK / Laser Epithelial : Operasi laser ini bertujuan untuk memperbaiki kornea agar dapat berfungsi kembali dengan baik.
  • PRK / Photorefractive Keratectomy : Serupa dengan LASEK, hanya saja operasi laser ini perlu membentuk kembali lapisan luar kornea, membuat cekungan rata, barulah melakukan penggantian epitel.
  • LASIK (laser-assisted in situ keratomileusis) : Operasi laser ini bertujuan membentuk kornea supaya fokus sinar ke retina tepat di belakang mata jadi lebih baik.
  • Terapi Penglihatan Terkait Stres : Mata minus yang disebabkan oleh otot tegang dan kejang perlu melakukan terapi latihan mata yang akan membantu mengembalikan fokus mata lebih tajam.

Tips Memilih Kacamata

Alasan utama mengapa dokter menangani banyak masalah mata minus dengan penggunaan lensa korektif seperti kacamata adalah agar fokus cahaya bisa berada di retina, yaitu tempat seharusnya.

Dengan pemakaian kacamata, arah cahaya yang tadinya mengarah pada depan retina, akan benar-benar masuk ke retina.

Kacamata untuk mata minus tersedia dalam berbagai tipe dan desain serta fungsi. Berikut adalah beberapa hal yang bisa diperhatikan ketika memilih kacamata.

  • Bentuk Wajah : Saat memilih frame kacamata, bila wajah berbentuk persegi dengan sudut yang cukup tajam, pilih frame bundar. Sementara wajah yang bundar lebih sesuai dengan frame kacamata persegi.
  • Bentuk Bagian Atas dan Bawah Wajah : Frame kacamata bagian atas yang lebar sesuai untuk pengguna dengan bagian bawah wajah yang lebar, begitu sebaliknya.
  • Kesan yang Ingin Diberikan : Kesan tampilan wajah seperti apa yang diinginkan, pilihlah bentuk kacamata yang bisa memberi kesan tersebut; entah itu berani, provokatif, atau biasa saja.
  • Warna : Warna frame kacamata dapat disesuaikan dengan warna kulit.
  • Resep Dokter : Semakin kuat resep kacamata yang dokter berikan, itu tandanya lensa yang diperlukan semakin tebal.
  • Posisi Mata : Pertimbangkan posisi mata antara pelipis dan hidung karena hal ini berpengaruh pada penempatan lensa sekaligus penampilan wajah secara menyeluruh.
  • Pas di Hidung dan Pelipis : Pilih frame kacamata yang nyaman disangga oleh hidung dan tidak terlalu kencang menekan pelipis.

Jenis Lensa

Pilih jenis lensa yang tepat sesuai kebutuhan aktivitas mata minus. Konsultasikan dengan dokter mengenai jenis lensanya secara mendetil.

  • Lensa Multifokal : Lensa yang berguna dalam memperbaiki penglihatan jauh maupun dekat.
  • Lensa Monofokal : Lensa dengan satu koreksi penglihatan yang bisa memperbaiki penglihatan seluruh jarak.
  • Lapisan Lensa Antireflektif : Lensa yang berguna dalam membuat pantulan cahaya pada kacamata berkurang seperti efek lampu di malam hari maupun sinar terik di siang hari.
  • Perlindungan Ultraviolet : Lensa yang berguna sebagai penghalang sinar ultraviolet agar tidak mengenai mata dan tidak merusak mata.
  • Lensa Fotokromatik : Lensa ini berfungsi sebagai kacamata biasa ketika berada di dalam ruangan dengan cahaya normal. Namun dapat pula berfungsi sebagai kacamata hitam bila berada di area dengan cahaya sangat terang atau silau.

Komplikasi Mata Minus

Perkembangan mata minus bisa saja lambat, namun pada beberapa kasus bisa sangat cepat dan mengubah kondisi mata lebih parah.

Bila tidak segera mendapatkan penanganan, komplikasi-komplikasi inilah yang berisiko tinggi terjadi pada penderitanya.

  • Ketegangan pada Mata : Tanpa bantuan lensa korektif atau perawatan lainnya, penderita mata minus akan lebih sering menyipitkan mata dan memaksanya untuk fokus. Sebagai akibatnya, mata jadi tegang, lelah, ditambah sakit kepala.
  • Kualitas Hidup Menurun : Aktivitas yang seharusnya bisa dilakukan secara maksimal dapat terganggu dengan kondisi mata minus yang tidak ditangani.
  • Masalah Mata : Mata minus yang diabaikan dapat berkembang menjadi glaukoma, ablasi retina, makulopati miopi, hingga katarak serta masalah kesehatan mata lainnya. Bagi pengidap diabetes, berisiko menyebabkan retina diabetik.

Pencegahan Mata Minus

Pencegahan mata minus pada dasarnya dapat dilakukan sejak sangat dini, khususnya pada usia anak-anak serta jika memiliki faktor gentik cukup tinggi.

  • Anak mendapatkan paparan sinar matahari secara cukup, yakni dengan berjemur 2 jam setiap pagi.
  • Agar perkembangan mata minus bisa dicegah atau dihambat, obat tetes mata atropin bisa digunakan rutin di bawah pemantauan dokter.
  • Mengonsumsi lebih banyak asupan yang baik bagi kesehatan mata, seperti sumber vitamin A.
  • Melakukan pemeriksaan kesehatan mata secara rutin, khususnya bila memiliki faktor genetik.
  • Memberikan waktu bagi mata untuk istirahat secara cukup dan tidak memforsirnya.

Walau dapat melakukan langkah pencegahan, mata minus tidak dapat dicegah total. Maka, selalu miliki gaya hidup yang sehat agar kesehatan mata turut terjaga dengan baik.

Anonim. Essilor co id. Myopia: Symptoms, Causes and Treatment.
Rahmi Kurnia Gustin & Saskia Andiny. 2017. Academia. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Miopia Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2017.
Whitney Seltman. 2019. WebMD. What Is Myopia (Nearsightedness)?
Mayo Clinic Staff. 2018. Mayo Clinic. Nearsightedness.
David Turbert & Brenda Pagan-Duran MD. 2019. American Academy of Ophthalmology. Nearsightedness: What Is Myopia?
Gretchyn Bailey & by Gary Heiting, OD. 2018. All About Vision com. Myopia (nearsightedness): causes, treatment.
Anonim. American Optometric Association. Myopia (Nearsightedness).
Anonim. Topology Eye Wear com. Eyewear 101: Finding Your Perfect Frames.
Dyah Ratna Meta Novia & Karta Raharja Ucu. 2015. Republika co id. 6,6 Juta Anak Indonesia Alami Gangguan Mata.
Anonim. Manage Myopia org. Types of Myopia.
Daniel Ian Flitcroft; Mingguang He; Jost B. Jonas; Monica Jong; Kovin Naidoo; Kyoko Ohno-Matsui; Jugnoo Rahi; Serge Resnikoff; Susan Vitale; & Lawrence Yannuzzi. 2019. Investigative Ophthalmology & Visual Science ARVO Journal. IMI – Defining and Classifying Myopia: A Proposed Set of Standards for Clinical and Epidemiologic Studies.

Share