Mimisan ditandai dengan keluarnya darah dari lubang hidung. Mimisan termasuk kondisi yang umum dan biasanya tidak berbahaya. Orang-orang mudah mengalami mimisan sering kali mendapati mimisan terjadi saat mereka tidur malam[1, 2].
Mimisan saat tidur dapat sulit untuk ditangani. Mimisan dapat menyebabkan penderitanya menjadi terganggu saat tidur atau terbangun[1].
Terjadinya mimisan sesekali biasanya tidak perlu dikhawatirkan. Tapi jika mimisan sering sekali terjadi, penderita dapat memiliki suatu kondisi yang perlu diperiksakan ke dokter[2].
Daftar isi
Mimisan (epistaksis) biasanya terjadi karena suatu alasan tertentu. Umumnya masalah dapat diatasi dengan perawatan di rumah[3].
Mimisan saat tidur memiliki penyebab yang sama dengan mimisan di siang hari, di antaranya:
Menurut Ear, Nose, and Throat Journal, mengorek hidung merupakan salah satu penyebab paling umum terjadinya mimisan. Mengorek hidung dapat mengiritasi atau merobek lapisan mukosa hidung sehingga menyebabkan pendarahan[1].
Beberapa orang melakukannya tanpa sadar saat tidur. Jika hal ini sering dilakukan maka hidung lebih rentan mengalami mimisan, terutama pada orang yang memiliki kuku panjang[1, 3].
Ujung kuku dapat merobek pembuluh darah yang terdapat di permukaan dinding dalam hidung. Area di bagian tengah hidung (disebut sebagai septum) terutama lebih rentang terhadap iritasi dan pendarahan saat disentuh[3].
Rumah yang menggunakan pemanas atau AC atau terletak pada daerah beriklim kering, memiliki tingkat kelembapan (humiditas) rendah. Tingkat kelembapan yang turun hingga kurang dari 30%, berpotensi menyebabkan keringnya kulit dan membran mukus, termasuk membran di dalam hidung[3].
Pembuluh darah pada septum sangat sensitif terhadap kekeringan. Menghirup udara kering saat tidur dapat mengakibatkan mukosa hidung mengering, sehingga pembuluh darah terpapar udara. Pembuluh darah dapat retak dan robek, mengakibatkan keluarnya darah[1, 3].
Tanda-tanda bahwa udara di rumah terlalu kering antara lain[3]:
Mengalami cedera pada hidung berpotensi menimbulkan mimisan. Saat tidur, kita dapat mengalami cedera karena berbagai hal, seperti[1]:
Alergi yang mengakibatkan terisak, bersin, dan mata berair juga dapat mengakibatkan mimisan. Alergi dapat menimbulkan gatal pada hidung sehingga penderita menggaruk hidung berkali-kali dan mengakibatkan robeknya pembuluh darah[2].
Terkadang alergi menyebabkan hidung tersumbat sehingga penderita berusaha membersihkan jalan dengan menghembuskan napas berkali-kali, yang mana menyebabkan robeknya pembuluh darah sehingga terjadi mimisan[1, 2].
Infeksi sinus, flu, dan infeksi saluran pernapasan lainnya dapat merusak lapisan bagian dalam hidung yang sensitif. Infeksi dapaat mengakibatkan iritasi pada bagian dalam hidung sehingga lebih rentan mengalami kerusakan dan pendarahan[1, 2].
Mimisan juga dapat terjadi akibat terlalu sering menghembuskan napas untuk membersihkan hidung yang tersumbat karena infeksi menyebabkan produksi mukus berlebih[2].
Infeksi biasanya disertai gejala seperti[2]:
Orang yang mengalami masalah darah, seperti darah sulit membeku, sering mengalami mimisan. Mimisan yang dialami oleh penderita masalah darah berlangsung lebih lama dari normal[1].
Beberapa faktor berikut berpengaruh terhadap kemampuan pembekuan darah[1, 2]:
Orang yang memiliki tekanan darah tinggi juga berisiko mengalami mimisan. Pada dinding bagian dalam hidung terdapat banyak pembuluh darah kapiler. Jika tekanan darah tinggi, pembuluh darah dapat mengalami kerusakan sehingga terjadi pendarahan/mimisan[3].
Beberapa orang cenderung lebih sering mengalami mimisan. Faktor-faktor yang berkaitan dengan peningkatan frekuensi mimisan di antaranya[1]:
Mimisan umum dialami pada balita dan anak-anak usia di bawah 10 tahun. Hal ini karena anak-anak lebih sering mengorek hidung, lebih umum mengalami alergi dan flu, serta cenderung sering jatuh dan cedera.
Mimisan juga lebih sering dialami orang berusia lanjut. Hal ini dikarenakan orang berusia lanjut umumnya memiliki kondisi kesehatan tertentu yang menyebabkan mimisan.
Suatu studi dalam Journal of Heredity menemukan bahwa beberapa keluarga lebih rentan mengalami mimisan daripada orang lain. Meski belum teridentifikasi gen tertentu yang berkaitan, tapi diduga bahwa sering mimisan dapat bersifat menurun dalam keluarga.
Faktor genetik berperan dalam kondisi menurun yang disebut HHT (hereditary hemorrhagic telangiectasia). Kelainan genetik ini memperngaruhi perkembangan pembuluh darah, sehingga menyebabkan penderitanya lebih rentan mengalami mimisan. HHT diturunkan dari salah satu orang tua ke anak.
Beberapa orang yang terlahir dengan gangguan septum. Septum ialah struktur yang memisahkan lubang hidung. Jika septum cacat, maka timbul gejala seperti mimisan, mendengkur, dan kesulitan bernapas.
Mukosa pada dinding dalam hidung berperan sebagai pelumas dan pelembap alami. Orang yang tinggal di lokasi dengan udara kering dapat lebih sering mengalami mimisan karena lapisan mukosa kering saat menghirup napas.
Mimisan sangat umum dialami selama kehamilan. Menurut studi pada Obstetrics and Gynecology, sekitar 1 dari 5 ibu hamil mengalami mimisan. Hal ini terutama disebabkan oleh produksi berlebih homon tertentu selama hamil.
Biasanya untuk mimisan yang terjadi sesekali tidak perlu diperiksakan ke dokter. Sebaiknya memeriksakan diri ke dokter jika[2, 3, 4]:
Lakukan langkah-langkah berikut jika terbangun tidur dengan mimisan[1, 2]:
Setelah mimisan berhenti, penting untuk menjaga kepala tetap di posisi lebih tinggi dari jantung selama beberapa jam. Hindari melakukan aktivitas ekstrim atau membungkuk setelah mimisan berhenti, karena aktivitas tersebut dapat memicu mimisan mulai lagi[1, 2].
Saat merasakan darah kering di dalam hidung, sebaiknya jangan diambil atau ditiup keluar karena dapat menyebabkan mimisan lagi. Setidaknya tunggu hingga 24 jam sampai luka pendarahan menutup[1].
Setelah mimisan berhenti, dapat diaplikasikan minyak ter atau antibiotik pada bagian dalam hidung dengan kapas untuk melembabkan dan membantu pemulihan[2].
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya mimisan saat tidur:
Untuk menjaga lapisan mukosa hidung tetap lembap, kita perlu menjaga hidrasi tubuh dengan minum cukup air. Dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh mengarah pada mengeringnya lapisan mukosa, yang mana meningkatkan risiko mimisan. Minum setidaknya 8 gelas air per hari untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh[1].
Jika menjaga hidrasi tidak cukup membantu bagian dalam hidung tetap lembap, dapat diaplikasikan olesan minyak ter dengan menggunakan kapas. Usahakan untuk melapisi seluruh permukaan dalam hidung yang dapat dicapai, tapi jangan mendorong terlalu jauh[1].
Lakukan pengaplikasian 3 kali per hari atau setiap kali hidung terasa kering. Opsi lain ialah dengan menggunakan spray atau drop salin nasal yang dapat dibeli di apotik[1].
Untuk mengurangi tingkat kekeringan di udara, dapat menggunakan pelembab (humidifier). Pelembab dapat meningkatkan kelembaban ruangan sehingga menjaga lapisan mukosa hidung tetap lembap dan tidak mudah retak[1].
Tingkat kelembaban yang ideal ialah sekitar 30-50%. Pelembab hendaknya dibersihkan secara rutin untuk menghindari tumbuhnya jamur dan bakteri[3].
Sebisa mungkin, usahakan untuk menghindari mengorek hidung. Mengorek hidung berisiko merusak lapisan hidung bagian dalam. Kuku jari tangan sebaiknya dirawat tetap pendek dan gunakan tisu jika perlu membersihkan hidung[1].
Pelan-pelan saat membersihkan hidung atau meniup hidung. Meniup dengan terlalu kuat dapat mengakibatkan kerusakan pembuluh darah. Saat bersin, sebaiknya mulut dibuka untuk mengurangi tekanan di dalam hidung dan mengurangi risiko terjadinya kerusakan pembuluh darah[1].
Rokok dapat mengiritasi pada hidung dan menyebabkan sering mimisan. Sementara konsumsi alkohol yang berlebihan dapat merusak pembuluh darah di dalam hidung serta mempengaruhi keping darah[1].
Oleh karena itu, dianjurkan untuk menghentikan penggunaan atau membatasi konsumsi rokok dan alkohol, terutama jika sering mimisan[1].
Paparan terhadap sunstansi yang mengiritasi dapat merusak lapisan mukosa dan menyebabkan pendarahan. Usahakan untuk menghindari penyebab alergi seperti polen, bulu hewan peliharaan, dan asap[1].
Menjaga kebersihan kamar dengan sering menyapu, menyedot debu, dan mengganti seprai. Untuk penderita alergi, periksakan diri ke dokter untuk diresepkan obat[1].
Jika seringnya mimisan terjadi akibat penggunaan obat tertentu, sebaiknya dikonsultasikan pada dokter. Dokter dapat mengganti obat yang digunakan dengan obat lain[s].
Akan tetapi, untuk pasien yang menggunakan antikoagulan seperti warfarin, kemungkinan tidak dapat dilakukan penggantian obat. Obat antikoagulan penting untuk mencegah terbentuknya bekuan darah di bagian yang tidak dikehendaki. Mimisan merupakan efek samping yang mau tidak mau harus dialami oleh pasien[1].
1. Louise Carter. How To Prevent Nosebleeds While Sleeping At Night. Sleeping Bubble; 2021.
2. Stephanie Watson, reviewed by Elaine K. Luo, M.D. What Causes Nose Bleeds at Night? Healthline; 2019.
3. Anonim. What Causes Nosebleeds While Sleeping? Health Essentials, Cleveland Clinic; 2021.
4. Amanda Barrell. What Causes a Nosebleed at Night? Medical News Today; 2018.