Penyakit & Kelainan

Misophonia: Gejala – Penyebab dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Misophonia adalah suatu kelainan dimana adanya suara tertentu dapat memicu respons emosional atau psikologis yang bagi orang lain mungkin terlihat tidak masuk akal. Respons ini dapat bervariasi dari kemarahan

Apa Itu Misophonia?

Misophonia merupakan kondisi yang memicu kebencian seseorang terhadap sesuatu yang ditandai oleh iritasi, kemarahan, atau serangan. Biasanya disebut juga sebagai sindrom sensitivitas suara selektif. [1]

Kebanyakan orang yang menderita misophonia akan memberikan reaksi dengan cara yang ekstrim dan sering emosional terhadap suara yang memicu hal tersebut. [1]

Tahap reaksinya bermula dari merasa terganggu, melarikan diri, atau bahkan menunjukan kemarahan kepada beberapa orang dengan cara kekerasan. [1]

Kondisi dari misophonia sulit untuk dimengerti dan kondisinya masih jarang diteliti secara mendalam. Istilah dari misophonia tidak pernah diberikan penjelasan sampai tahun 2000. [1]

Kondisi misophonia yang dijelaskan pada tahun 2000, diperkenalkan sebagai sindrom sensitivitas suara selektif. [1]

Kesadaran terhadap gangguan misophonia semakin meningkat sejak terdapat beberapa berita mengenai gangguan tersebut yang ditayangkan secara nasional pada tahun 2011. [1]

Fakta Misophonia

Terdapat beberapa fakta mengenai misophonia, yaitu [2]:

  • Reaksi seseorang dapat menjadi begitu kuat, sehingga hal tersebut dapat menganggu kemampuan dalam menjalani hidup secara normal
  • Misophonia merupakan gangguan kesehatan yang baru diidentifikasi, hal ini menjadi penyebab akan pengobatannya yang terbatas
  • Istilahnya memiliki maksud sebagai “kebencian terhadap suara”, tetapi tidak semua suara dapat menjadi permasalahan bagi orang yang menderita sensitivitas suara

Klarifikasi Misophonia

Pertama kali misophonia dianggap sebagai kelainan dan diperkenalkan dengan istilah misophonia yaitu sekitar tahun 2000. [2]

Misophonia dianggap sebagai kondisi kronis dan kelainan gangguan sejak lahir. Artinya, misophonia dianggap tidak akan berkembang ke dalam kondisi lainnya. [2]

Namun, misophonia tidak termasuk pada daftar DSM-5 dan mengklasifikasikan misophonia sebagai penyakit kesehatan mental di Amerika Serikat. [2]

Terdapat penelitian lainnya yang menyatakan bahwa reaksi misophonia adalah suatu keadaan tak sadar atau tanggapan secara otomatis dari sistem saraf. [2]

Pernyataan tersebut dibuat berdasarkan reaksi fisik pada orang-orang yang mengalami sensitivitas suara. Lalu zat-zat seperti kafein atau alkohol dapat membuat kondisi penderita misophonia menjadi lebih buruk atau lebih baik. [2]

Gejala Misophonia

Gejala utama dari misophonia yaitu terdapat reaksi ekstrim ketika seseorang memberikan tanggapan terhadap beberapa orang yang mengeluarkan suara tertentu. Reaksi yang dimaksud, antara lain [1]:

  • Marah
  • Menghindar
  • Merasa terganggu
  • Merasa muak
  • Menyerang secara verbal atau fisik

Reaksi dari seseorang yang menderita misophonia terhadap beberapa pemicu tersebut disebut dengan otonom, terkadang juga dibandingkan dengan respon tubuh melawan atau lari. [1]

Respon melawan atau lari biasa disebut dengan respons stres akut. Respon tersebut merupakan cara yang biasa terjadi ketika memberikan tanggapan pada situasi yang dianggap mengancam seseorang. [2]

Berikut terdapat beberapa hal yang terjadi merupakan bagian dari respons tersebut, antara lain [1]:

  • Hormon adrenalin dan norepinefrin akan dilepaskan
  • Denyut jantung dan laju pernapasan akan meningkat
  • Otot akan terasa kencang
  • Pupil akan membesar
  • Kewaspadaan dan kesadaran akan meningkat

Terdapat sebuah penelitian yang menyatakan bahwa orang-orang penderita misophonia juga mengalami peningkatan tekanan darah, detak jantung, dan suhu tubuh. [1]

Semua respons dari tubuh merupakan cara bagi tubuh untuk selalu bersiap dalam memberikan respons terhadap sesuatu yang mengancam. [1]

Hal tersebut masih belum jelas mengapa seseorang penderita misophonia memberikan tanggapan dengan cara yang serupa terhadap suara yang menjadi pemicu, tetapi para peneliti percaya bahwa respons tersebut tidak disengaja. [1]

Biasanya seseorang penderita misophonia akan berusaha untuk menghindari suara pemicu respon tubuhnya agar tidak berlebihan. Kemungkinan mereka akan mengisolasikan diri mereka dari masyarakat. [1]

Beberapa orang penderita misophonia memilih cara menggunakan headphone atau mengeluarkan suara lain yang lebih berisik agar suara yang menjadi pemicu tidak terdengar lagi. [1]

Penyebab Misophonia

Peneliti belum mengetahui apa penyebab dari misophonia. Gangguan yang satu ini biasanya juga dapat terjadi pada beberapa orang yang memiliki kondisi dibawah ini, antara lain [3]:

Biasanya juga umum terjadi pada seseorang yang menderita tinnitus. Tinnitus adalah kelainan yang membuat seseorang mendengar suara tertentu, seperti suara dering di telinga yang tidak dapat didengar orang lain. [3]

Terdapat dokter yang menyatakan bahwa banyak orang yang menderita misophonia mengalami kondisi lainnya, gejala yang terjadi pun serupa. [3]

Misalnya, ketika seseorang mengalami kegelisahan dan menderita misophonia akan mengalami detak jantung yang sama, berkeringat, dan lain lain. Lalu seseorang yang merasa stres ketika di rumah atau di tempat kerja, gejalanya sama dengan ketika saat seseorang mendengar suara tertentu. [3]

Seseorang yang menderita misophonia biasanya salah mendapatkan diagnosa sebagai kegelisahan, phobia, dan gangguan lainnya. Tetapi misophonia merupakan suatu gangguan yang unik dengan karakteristik spesialnya tersendiri. [3]

Berikut ini terdapat beberapa karakteristiknya, antara lain [3]:

  • Serangan misophonia biasanya terjadi sebelum masa pubertas, serta gejala pertama sering terjadi ketika seseorang berumur sekitar 9-12 tahun
  • Biasanya penderita misophonia kebanyakan wanita daripada pria
  • Seseorang yang menderita misophonia cenderung memiliki IQ yang tinggi
  • Suara pemicu awal biasanya suara lisan dari orang tua atau anggota keluar. Dari pemicu tersebut akan muncul pemicu baru lainnya dengan seiring berjalannya waktu
  • Kemungkinan terdapat komponen genetik seperti yang sering terjadi dalam keluarga

Diagnosis Misophonia

Terdapat penelitian mengenai diagnosis dari gangguan kesehatan mental seseorang di Amerika Serikat termasuk pada DSM-5, tetapi misophonia tidak termasuk ke dalamnya. Artinya, seseorang tidak dapat didiagnosis berdasarkan kondisinya. [2]

Namun, terdapat International Misophonia Network yang mendirikan jaringan penyedia bagi penderita misophonia dalam membuat daftar spesialis, termasuk pada audiolog, dokter medis, dan psikiater berdasarkan pengetahuan tentang misophonia dan minat untuk membantu seseorang yang menderita misophonia. [2]

Pengobatan Misophonia

Nampaknya belum terdapat pengobatan khusus misophonia, tetapi terdapat beberapa pilihan pengobatan yang kemungkinan dapat menghasilkan keuntungan bagi penderita misophonia, yaitu [1]:

  • Cognitive Behavioral Therapy (CBT): pendekatan pada seseorang yang menderita misophonia dengan mengubah pemikiran negatifnya dan disatukan dengan suara yang menjadi pemicu respon. Terdapat penelitian dari Journal of Affective Disorders menemukan fakta bahwa 50% penderita misophonia yang menggunakan pengobatan CBT mengalami pengurangan yang signifikan terhadap gejala misophonia
  • Obat-obatan: Biasanya akan diberikan resep obat untuk mengobati kondisi yang terjadi secara bersamaan dengan misophonia, seperti kecemasan atau depresi
  • Tinnitus Retraining Therapy (TRT): Melalui pendekatan dengan menggunakan suatu perangkat yang menghasilkan suara agar mengalihkan perhatian, terapi ini untuk mengajarkan penderita misophonia dalam mengabaikan suara pemicu dan teknik relaksasi untuk meminimalkan respons stres otomatis.

Pencegahan Misophonia

Kebanyakan teori tentang faktor risiko dari misophonia berkaitan secara biologis, pencegahan biasanya akan berfokus pada upaya pencegahan dari komplikasi gangguan misophonia daripada pencegahan terhadap gangguan misophonianya sendiri. [4]

1. Kristin Hayes, RN, & Daniel B. Block, MD. What Is Misophonia?. Very Well Mind; 2020.
2. Timothy J. Legg, Ph.D., CRNP, & Danielle Dresden. What is misophonia?. Medical News Today; 2018.
3. Alana Biggers, M.D., MPH, & Julie Ryan Evans. Understanding Misophonia: What Is It?. Healthline; 2017.
4. Roxanne Dryden-Edwards, & Melissa Conrad Stöppler, MD. Misophonia. MedicineNet; 2020.

Share