Daftar isi
Obstruksi saluran napas atas adalah sebuah kondisi ketika saluran pernapasan bagian atas mengalami sumbatan sehingga proses pernapasan tidak dapat berjalan dengan normal dan semestinya [1,3,12].
Sistem pernapasan manusia meliputi trakea, laring dan kerongkongan/tenggorokan, di mana seluruh bagian tersebut terletak di bagian atas [3].
Bila obstruksi atau sumbatan atau hambatan terjadi, oksigen yang seharusnya diterima oleh tubuh menjadi semakin sedikit.
Jika obstruksi saluran napas atas ini terjadi begitu sering atau bahkan terus-menerus, maka sebagai risikonya tubuh kekurangan oksigen.
Kekurangan oksigen pada tubuh mampu menjadi penyebab utama kerusakan otak hingga gangguan pada jantung.
Tinjauan Obstruksi saluran napas atas adalah kondisi ketika saluran napas atas (trakea, laring dan tenggorokan) mengalami sumbatan yang jika tak segera ditangani akan mengakibatkan tubuh kekurangan oksigen.
Ketika saluran napas atas menyempit, tersumbat atau terhambat, ada berbagai macam faktor yang mampu mendasarinya.
Tak sengaja menghirup benda asing berukuran sangat kecil dapat berbahaya bagi pernapasan bagian atas [1,3,5,12].
Benda asing yang berukuran kecil tersebut dapat tersangkut atau terjebak di saluran udara sehingga obstruksi terjadi.
Umumnya, obstruksi saluran napas atas karena kemasukan benda asing terjadi pada anak-anak (khususnya balita).
Tenggorokan atau trakea yang mengalami obstruksi seringkali disebabkan oleh reaksi alergi [3,6,12].
Reaksi alergi dapat disebabkan oleh makanan, obat (penicillin, yaitu sejenis antibiotik maupun obat hipertensi seperti ACE inhibitors), hingga sengatan serangga.
Epiglottitis adalah kondisi ketika epiglotis (katup penutup saluran napas sewaktu dalam aktivitas minum atau makan) mengalami radang [1,3,7,12].
Epiglottitis pada saat radang menyerang akan mengalami bengkak dan karena hal ini aliran udara yang seharusnya menuju paru terhambat.
Radang pada epiglottitis sendiri dapat terjadi misalnya karena menelan makanan atau minuman yang masih panas.
Croup merupakan kondisi ketika pernapasan mengalami infeksi sehingga proses pernapasan terhambat karena aliran udara tak bisa lancar [3,4,8,12].
Umumnya, pembengkakan akan terjadi dan risiko penyakit ini jauh lebih besar pada anak-anak.
Tak hanya beberapa kondisi di atas, sejumlah faktor risiko lain mampu memperbesar potensi seseorang untuk mengalami obstruksi saluran napas atas yaitu antara lain [1,2,3,12] :
Beberapa orang yang memiliki riwayat penyakit stroke sehingga kesulitan menelan setelahnya berpotensi lebih besar dalam mengalami obstruksi saluran napas atas [2].
Orang-orang yang telah kehilangan giginya pun memiliki risiko sama besarnya untuk mengalami sumbatan di saluran napas atas [12].
Tinjauan Penyebab obstruksi saluran napas atas rata-rata adalah kondisi seperti kemasukan benda asing, croup, epiglottitis, dan reaksi alergi. Namun beberapa faktor lain seperti faktor usia (balita dan lansia), keracunan zat kimia tertentu, abses, cedera, infeksi, radang hingga kanker pada sistem saluran napas atas dapat pula menjadi pemicunya
Gejala yang ditimbulkan obstruksi saluran napas atas berbeda-beda pada tiap individu yang mengalaminya.
Faktor penyebab sangat menentukan jenis keluhan yang terjadi, namun secara umum berikut ini adalah gejala obstruksi saluran napas atas yang perlu dikenali dan diwaspadai [3,12] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Bila perubahan warna kulit terjadi, yaitu tampak warna kebiruan pada area bibir atau jari, segera ke dokter atau mencoba mendapatkan bantuan medis darurat [1,3].
Jika gejala tersebut yang timbul, hal ini menandakan bahwa tubuh sedang mengalami kekurangan oksigen yang jika terjadi lebih lama maka dapat berakibat pada kematian.
Tinjauan Sesak nafas dan tenggorokan seperti tercekat adalah gejala utama yang sangat umum terjadi pada kondisi obstruksi saluran napas atas. Namun ketika sudah parah, kulit, jari dan bibir dapat berubah warna kebiruan karena tidak cukupnya oksigen yang diterima oleh tubuh karena saluran napas tidak lancar.
Ketika beberapa gejala mulai dirasakan dan mengganggu kenyamanan beraktivitas, maka tidak perlu menunggu lama untuk memeriksakan diri ke dokter.
Beberapa metode pemeriksaan yang digunakan dokter untuk mendiagnosa pasien dengan gejala obstruksi saluran napas atas antara lain adalah [1,3,12] :
Tinjauan Dokter mengawali diagnosa dengan pemeriksaan fisik, dan jika diperlukan dokter akan meminta pasien menempuh metode pemeriksaan penunjang seperti CT scan, rontgen, bronkoskopi, dan/atau laringoskopi.
Pertolongan darurat atau cepat pada pasien dengan obstruksi saluran napas bagian atas biasanya bertujuan utama untuk menghilangkan obstruksi sehingga aliran udara dapat masuk dan keluar secara normal kembali.
Pada obstruksi saluran napas atas akut, pertolongan perlu diberikan dengan benar atau justru berakibat mengancam jiwa bagi pasien dalam beberapa menit saja.
Beberapa metode perawatan yang umumnya diberikan kepada pasien dengan obstruksi saluran napas bagian atas adalah :
Pada kasus obstruksi saluran napas yang disebabkan oleh epiglottitis, dokter biasanya akan memberikan bantuan oksigen [1,3,12].
Dokter akan memasangkan masker tabung oksigen pada pasien agar pasien dapat bernapas kembali dengan baik.
Obat-obatan seperti antihistamin dan anti-inflamasi biasanya diresepkan oleh dokter bagi pasien yang mengalami obstruksi saluran napas atas karena reaksi alergi atau anafilaksis [3,14].
Kortikosteroid juga menjadi salah satu jenis obat yang diberikan untuk mengatasi obstruksi saluran pernapasan karena croup [10].
Selain itu, penggunaan masker tabung oksigen juga kemungkinan diberikan bila pasien sudah sangat sulit bernafas.
Untuk anak yang sudah berusia 12 bulan ke atas, obstruksi saluran napas atas dapat coba ditangani dengan Heimlich maneuver [3,12,13].
Orang tua dapat melakukannya dengan berada di belakang anak dalam posisi berdiri, lalu peluk bagian pinggangnya.
Memperlancar jalan napas dengan intubasi endotrakeal dan nasotrakeal yang penerapannya dapat dilakukan baik saat pasien dalam kondisi tidak sadar ataupun sedang sadar [1].
Untuk beberapa kasus obstruksi saluran napas atas, operasi kemungkinan perlu ditempuh oleh pasien.
Tujuan operasi seperti trakeostomi atau krikotirotomi adalah supaya membuka jalannya saluran udara dari sumber sumbatan [1,3,9,12].
Trakeostomi adalah prosedur bedah yang dilakukan dokter dengan membuka dinding anterior leher [9].
Setelah itu akan ada tabung khusus yang dimasukkan agar jalan pernapasan pasien dapat terbantu.
Penerapan tindakan bedah ini dapat dilakukan pada kondisi darurat maupun elektif.
Krikotirotomi adalah prosedur bedah di mana dokter akan menggunakan jarum khusus untuk membuka membran krikotiroid sehingga sumbatan di jalan napas pada laring dapat diatasi [9].
Proses krikotirotomi biasanya diterapkan secara cepat pada pasien dengan kondisi darurat.
Jika obstruksi tidak dapat ditangani dengan berbagai metode yang telah disebutkan sebelumnya, maka dokter merekomendasikan kedua prosedur pembedahan tersebut.
Tinjauan Penggunaan masker tabung oksigen, pemberian obat-obatan, serta Heimlich Maneuver adalah cara-cara umum yang dapat membantu mengatasi obstruksi saluran napas atas pasien. Namun jika cukup serius, intubasi endotrakeal dan nasotrakeal serta opsi prosedur bedah seperti trakeostomi dan krikotirotomi akan direkomendasikan oleh dokter.
Obstruksi saluran napas atas yang tidak segera diatasi dapat mengakibatkan komplikasi mengancam jiwa pada penderitanya.
Beberapa komplikasi yang patut diwaspadai dan dicegah antara lain adalah [1,11] :
Tinjauan Kerusakan otak, henti jantung, gagal napas, aritmia, SIDS, hingga kematian menjadi komplikasi mengerikan yang patut diwaspadai pasien apabila obstruksi saluran napas atas tidak segera memperoleh penanganan.
Obstruksi saluran napas atas lebih berpotensi terjadi pada anak-anak balita dan juga para lanjut usia meski tidak menutup kemungkinan orang dewasa muda pun dapat mengalaminya.
Namun agar obstruksi tidak terjadi pada saluran napas atas anak, para orang tua perlu lebih waspada dan melakukan pengawasan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan obstruksi saluran napas atas anak adalah [11] :
Agar bayi tidak mengalami SIDS, orang tua perlu memberikan tempat tidur atau boks bayi yang aman dan memenuhi standar keamanan nasional.
Permukaan tempat tidur bayi yang tepat adalah datar dan keras.
Demi keamanan si kecil, orang tua justru sebaiknya hindarkan tempat tidur yang empuk, mainan dan barang-barang lain di area tempat tidur bayi.
Sementara itu, upaya pencegahan bagi anak yang lebih besar dan juga orang dewasa serta lansia agar tidak mengalami obstruksi saluran napas atas adalah [12] :
Tinjauan - Pencegahan obstruksi saluran napas pada anak dapat dilakukan dengan menjauhkannya dari segala macam benda yang berukuran kecil dan mudah tertelan. Para orangtua juga wajib mengawasi anak-anaknya saat makan maupun bermain. - Sementara untuk para orang dewasa dan lansia, pemasangan gigi palsu dengan ukuran pas, tidak minum alkohol, dan makan perlahan dapat menjadi upaya pencegahan obstruksi saluran napas atas.
1. Mark F. Brady; Bracken Burns. Airway Obstruction. National Center for Biotechnology Information. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020.
2. P M Turkington, J Bamford, P Wanklyn & M W Elliott. Prevalence and Predictors of Upper Airway Obstruction in the First 24 Hours After Acute Stroke. Stroke; 2002.
3. Sidney Braman & Franklin McCool. Upper airway obstruction. Cancer Therapy Advisor; 2017.
4. Kshama Daphtary, MBBS, MD, FAAP. Chapter 30: Acute Upper Airway Obstruction. The Color Atlas of Pediatrics. Second Edition. United States: McGraw Hill Professional; 2014.
5. Haley Dodson & Jeffrey Cook. Foreign Body Airway Obstruction (FBAO). National Center for Biotechnology Information. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020.
6. Anh Dai K Nguyen & James E Gern. Food Allergy Masquerading as Foreign Body Obstruction. Annals of Allergy, Asthma and Immunology; 2003.
7. Charles R Woods, MD, MS, Morven S Edwards, MD, Glenn C Isaacson, MD, FAAP, Gary R Fleisher, MD, & James F Wiley, II, MD, MPH. Epiglottitis (supraglottitis): Clinical features and diagnosis. UpToDate; 2019.
8. David Wyatt Johnson. Croup. British Medical Journal; 2009.
9. Jacob L. Heller, MD, MHA, David Zieve, MD, MHA, & Brenda Conaway. Blockage of upper airway. MedlinePlus; 2019.
10. Jerry Tobing. Penatalaksanaan Sumbatan Jalan Nafas Atas (Jackson IV) dengan Krikotirotomi dan Trakeostomi. Jurnal IKRA-ITH Humaniora Vol 4; 2020.
11. D L Lerner & J J Pérez Fontán. Prevention and Treatment of Upper Airway Obstruction in Infants and Children. Current Opinion in Pediatrics; 1998.
12. Freeborn, Donna, PhD, CNM, FNP & Hurd, Robert, MD. Airway Obstruction: Prevention. University of Rochester Medical Center; 2020.
13. Jerome R. Hoffman, MD. Treatment of Foreign Body Obstruction of the Upper Airway. Western Journal of Medicine; 1982.
14. Donald C. Bolser. Older-Generation Antihistamines and Cough Due to Upper Airway Cough Syndrome (UACS): Efficacy and Mechanism. PubMed Central; 2011.