Sindrom Kematian Mendadak pada Bayi: Penyebab dan Pencegahan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa itu Sindrom Kematian Mendadak pada Bayi?

Sindrom kematian mendadak pada bayi atau Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) merupakan istilah untuk mendeskripsikan kematian mendadak dan tidak terduga pada bayi berusia kurang dari 1 tahun[1, 2].

Kematian sering kali terjadi selama tidur. Diagnosis dibuat jika kematian bayi tetap tidak dapat dijelaskan bahkan setelah investigasi tempat kejadian kematian, autopsi, dan peninjauan riwayat kesehatan[2, 3].

Sindrom kematian mendadak pada bayi disebut juga sebagai crib death (kematian buaian) karena sering terjadi saat tidur. Meski penyebabnya tidak diketahui, diduga bahwa kematian berhubungan dengan kecacatan pada bagian otak bayi yang mengendalikan pernapasan dan bangun dari tidur[4].

Sindrom kematian mendadak pada bayu termasuk kondisi langka, namun merupakan penyebab paling umum kematian pada bayi antara usia 1 hingga 12 bulan. Paling sering terjadi di antara usia 2 dan 4 bulan[5].

Menurut Center for Disease Control and Prevention, sekitar 3.600 bayi di Amerika meninggal secara mendadak dan tidak terduga setiap tahunnya[1].

Penyebab Sindrom Kematian Mendadak pada Bayi

Penyebab pasti dari sindrom kematian mendadak pada bayi tidak diketahui. Penelitian dilakukan berkaitan dengan beberapa kondisi yang diduga sebagai penyebab potensial, meliputi[2, 5]:

  • Suatu bentuk apnea (periode berhentinya pernapasan ketika tidur)
  • Abnormalitas otak pada bagian yang mengendalikan pernapasan

Faktor Risiko

Kombinasi dari faktor-faktor fisik dan lingkungan tidur dapat mengakibatkan bayi lebih berisiko mengalami sindrom kematian mendadak. Faktor risiko ini dapat berbeda antara bayi satu dan bayi lain[4, 6].

Faktor risiko sindrom kematian mendadak pada bayi antara lain[2, 4, 6]:

  • Tidur tengkurap atau miring

Studi menunjukkan bahwa tidur dengan posisi tengkurap dan miring meningkatkan risiko hypercapnia (penumpukan karbondioksida dalam tubuh) dan hypoxia (kekurangan oksigen pada jaringan tubuh).

Selain itu, tidur tengkurap dapat menurunkan laju kehilangan panas bayi dan meningkatkan suhu tubuh bayi, sehingga mengakibatkan tubuh terlalu panas dan mempengaruhi fungsi kardiovaskuler.

Sementara bayi yang tidur dengan posisi miring kemungkinan akan berguling menjadi posisi tengkurap.

  • Lingkungan tidur

Bayi dianjurkan tidur pada permukaan datar dan kaku yang diselimuti seprai yang sesuai. Tempat tidur bayi sebaiknya tidak terdapat selimut lembut, bantal, mainan, dan bumper pad. Selain itu, sebaiknya dipastikan tidak ada gaps antara tepi matras dan boks bayi,

  • Berbagi tempat tidur bersama

Bayi tidak dianjurkan untuk tidur bersama orang tua karena meningkatkan risiko bayi tertahan, jatuh, dan bahaya lainnya. Selain itu, Kasur orang tua sering kali dilengkapi seprai tebal, atau selimut yang dapat menutupi kepala bayi.

  • Usia bayi

Bayi yang berusia kurang dari 6 bulan mewakili sekitar 90% dari semua kematian terkait sindrom kematian mendadak pada bayi. Diduga risiko sindrom kematian mendadak pada bayi paling tinggi di antara usia 1-4 bulan. Selain itu, bayi yang terlahir prematur dengan berat badan lebih kecil memiliki risiko lebih tinggi mengalami kematian mendadak pada bayi.

  • Kecacatan otak

Beberapa bayi terlahir dengan kecacatan pada bagian otak yang membuat mereka rentan mengalami sindrom kematian mendadak. Pada kasus tersebut, bagian otak bayi yang berfungsi mengendalikan pernapasan dan bangun dari tidur belum berkembang sempurna, sehingga fungsi kerjanya terganggu.

  • Infeksi pernapasan

Pada banyak kasus, bayi yang meninggal akibat sindrom kematian mendadak mengalami masuk angin yang mana dapat berpengaruh pada masalah pernapasan.

  • Tembakau

Hampir pada semua studi epidemiologi mengenai sindrom kematian mendadak menunjukkan bahwa merokok merupakan salah satu faktor risiko utama.

Menurut beberapa studi, hingga 1/3 kasus bayi meninggal akibat sindrom kematian mendadak dapat dicegah jika ibu menghindari merokok sepenuhnya selama kehamilan. Paparan asap rokok pada bayi juga berpotensi menimbulkan bahaya.

  • Alkohol

Beberapa studi menunjukkan bahwa konsumsi alkohol selama kehamilan dapat meningkatkan risiko sindrom kematian mendadak pada bayi setelah terlahir.

  • Pemberian ASI

Bayi yang diberikan air susu ibu (ASI) diduga memiliki risiko lebih rendah mengalami sindrom kematian mendadak dibandingkan bayi yang tidak diberikan ASI.

Risiko diduga lebih rendah pada bayi yang diberikan ASI eksklusif dibanding dengan bayi yang diberi tambahan susu formula atau makanan padat.

Beberapa faktor lain yang diduga dapat meningkatkan risiko sindrom kematian pada bayi meliputi[3, 5]:

  • Riwayat sindrom kematian mendadak pada bayi dalam keluarga.
  • Bayi dengan jenis kelamin laki-laki berisiko sedikit lebih besar daripada perempuan.
  • Ibu muda atau berusia kurang dari 20 tahun.
  • Perawatan bayi yang kurang baik.
  • Boks bayi yang tidak aman atau sudah tua.
  • Ras, bayi dari ras Afrika-Amerika dan Amerika asli berisiko dua kali lebih tinggi mengalami sindrom kematian mendadak dari ras lain. Belum diketahui penyebabnya.
  • Ibu yang mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan.

Teori Terjadinya Sindrom Kematian Mendadak pada Bayi

Sementara penyebab dari sindrom kematian mendadak pada bayi masih tidak diketahui, para ahli menduga bahwa sindrom berhubungan dengan adanya masalah pada kemampuan bayi untuk bangun dari tidur, mendeteksi kadar oksigen rendah, atau peningkatan kadar karbondioksida dalam darah[3].

Proses terjadinya sindrom kematian mendadak pada bayi dideskripsikan dengan “Triple-Risk Model”. Berdasarkan teori Triple-Risk Model, sindrom kematian mendadak pada bayi terjadi ketika terdapat tiga kondisi secara bersamaan, meliputi[2, 3]:

  • Abnormalitas tertentu pada bayi

Pemeriksaan post mortem pada korban sindrom kematian mendadak pada bayi menunjukkan abnormalitas pada sinyal serotonergik pada arcuate nucleus dan jaringan yang mengatur pertukaran udara dan tekanan darah dalam merespon hypoxia dan hypercarbia.

Bayi yang terdampak juga menunjukkan penurunan pengikatan reseptor 5-HT 1A di dalam medula, yang mana mempengaruhi berbagai respon otonom melalui sinyal serotonin.

  • Faktor pemicu

Asal usul pasti dari dari pemicu tidak diketahui. Beberapa studi menunjukkan bahwa posisi rawan lebih mengarah pada kekurangan nafas, yang diakibatkan penurunan arousal (proses untuk terbangun), jenis bahan tempat tidur, dan suhu terlalu panas.

Arousal threshold selama tidur lebih tinggi pada bayi berusia kurang dari 6 bulan. Kondisi lain yang diduga termasuk pemicu sindrom kematian mendadak pada bayi yaitu disfungsi kardiak dan infeksi.

  • Tahap perkembangan rentan

Sindrom kematian mendadak pada bayi paling sering terjadi di antara usia 2 dan 4 bulan, yang mana merupakan periode yang ditandai dengan perubahan penting dalam kardiak, pertukaran udara, dan pola tidur-bangun.

Umumnya, korban dari sindrom kematian mendadak pada bayi ditemukan meninggal pada pagi hari. Lebih dari 80% dari kematian akibat sindrom ini terjadi di antara pukul 12 malam hingga pukul 6 pagi[2].

Diagnosis Sindrom Kematian Mendadak pada Bayi

Bayi didiagnosis meninggal akibat sindrom kematian mendadak pada bayi jika tidak terdapat penyebab kematian yang teridentifikasi setelah penyelidikan tempat terjadinya kematian, autopsi, dan pemeriksaan riwayat kesehatan[2, 3].

Sehingga sindrom kematian mendadak pada bayi termasuk diagnosis eksklusi (sindrom kematian mendadak sebagai penyebab kematian ditentukan hanya jika semua penyebab lain ditiadakan)[3].

Tahapan dalam diagnosis sindrom kematian mendadak pada bayi meliputi[2]:

  • Pemeriksaan riwayat kesehatan: dapat dilakukan dengan mewawancarai pengasuh atau orang tua berkaitan dengan faktor-faktor risiko seperti posisi tidur bayi, tempat tidur bersamaan, dan riwayat kesehatan (termasuk sebelum kelahiran).
  • Autopsi untuk mengidentifikasi abnormalitas, cedera, infeksi, atau kecacatan metabolik. Autopsi mengidentifikasi penyebab kematian hanya pada 15% kasus yang diduga sebagai sindrom kematian mendadak pada bayi. Autopsi meliputi pemeriksaan eksternal dan internal, evaluasi radiologis, mikrobiologis, toksikologi, dan studi laboratorium.
  • Pemeriksaan metabolik, meliputi:
    • Profil plasma acylcarnitine
    • Kadar carnitine plasma kuantitatif
    • Analisis asam amino plasma kuantitatif
    • Analisis asam organik urin kuantitatif, dan laktat dan piruvat plasma.
  • Penyelidikan skenario kematian: meliputi pengamatan lingkungan di mana bayi meninggal. Pengamatan dilakukan pada suhu ruangan, suhu awal bayi, jenis sistem ventilasi atau pemanas yang digunakan di rumah, lokasi bayi, kondisi dan kualitas tempat tidur atau crib, jumlah dan lokasi pakaian bayi, ada tidaknya penutup bedding atau benda lembut pada tempat tidur bayi, ada tidaknya tanda pada tubuh bayi, serta reaksi dari pengasuh bayi.

Perbedaan diagnosa

Beberapa kelainan yang menyerupai sindrom kematian mendadak pada bayi antara lain[2]:

Pencegahan Sindrom Kematian Mendadak pada Bayi

Penyebab dari sindrom kematian mendadak pada bayi belum diketahui, sehingga saat ini tidak ada cara pasti untuk pencegahan terjadinya sindrom. Meski demikian, terdapat beberapa kiat yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya sindrom kematian mendadak pada bayi, meliputi[4, 6]:

  • Memastikan bayi pada posisi terlentang untuk tidur

Orang tua dianjurkan memposisikan bayi untuk tidur terlentang, bukan dengan tengkurap atau sisi, setiap kali bayi tidur selama satu tahun pertama kehidupannya. Namun jika bayi sedang bangun dan dapat berguling dengan sendirinya, tidak perlu dipaksa untuk tiduran terlentang.

  • Menjaga tempat tidur sebersih mungkin

Dianjurkan menggunakan kasur yang kaku dan menghindari menempatkan bayi pada bantalan lembut yang tebal seperti kulit lembu atau selimut tebal. Hindari meletakkan bantal-bantal atau mainan di dalam boks bayi. Benda-benda tersebut dapat mengganggu pernapasan jika wajah bayi tertutup.

  • Hindari membuat bayi merasa terlalu panas

Untuk menjaga bayi tetap hangat, dapat digunakan kantung tidur atau pakaian tidur yang tidak memerlukan lapisan tambahan. Jangan menutup kepala bayi.

  • Bayi ditempatkan pada tempat tidur tersendiri

Idealnya, bayi dianjurkan tidur dalam ruangan yang sama dengan orang tua, tapi dalam boks bayi atau ayunan khusus untuk bayi selama setidaknya 6 bulan hingga satu tahun. Tempat tidur orang dewasa tidak aman bagi bayi. Selain itu, bayi juga hendaknya tidak tidur bersama anak-anak atau orang lain.

  • Pemberian ASI eksklusif

Pemberian ASI eksklusif selama setidaknya enam bulan menurunkan risiko sindrom kematian mendadak pada bayi.

  • Imunisasi bayi

Beberapa bukti mengindikasikan bahwa imunisasi dapat membantu mencegah sindrom kematian mendadak pada bayi

  • Hindari penggunaan monitor bayi dan peralatan komersial lain yang mengklaim dapat menurunkan risiko sindrom kematian mendadak

Penggunaan alat-alat tersebut tidak dianjurkan oleh American Academy of Pediatric untuk masalah keamanan dan tidak efektif.

  • Hindari rokok dan alkohol

Konsumsi rokok, alkohol, dan obat-obatan berbahaya oleh ibu mengandung dapat meningkatkan risiko sindrom kematian mendadak pada bayi. Setelah lahir, bayi juga sebaiknya dihindarkan dari paparan asap rokok.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment