Epiglotitis: Penyebab – Gejala dan Cara Pencegahannya

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Apa itu Epiglotitis?

Epiglotitis adalah peradangan yang terjadi pada epiglotis, katup yang berfungsi untuk menutup saluran pernapasan saat menelan, yang disebabkan karena infeksi ataupun faktor penyebab lainnya seperti trauma fisik. Pembengkakan pada epiglotis dapat beresiko untuk menutup jalan napas yang dapat menngakibatkan kesulitan bernapas yang parah. Hal ini nantinya dapat berakibat fatal pada penderitanya. [1]

Nama lain dari epiglotitis yaitu supraglotitis, namun supraglotitis juga melibatkan peradangan pada bagian tulang rawan yang berada di dekat kotak suara. Epiglottis adalah tutup tulang rawan di dasar lidah. [1]

Ketika seseorang menelan, epiglotis akan menghentikan makanan padat dan cairan agar tidak turun melalui kotak suara dan tenggorokan menuju ke paru-paru. Lokasi epiglotis jika membengkak dapat menghalangi jalannya nafas. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan bernapas yang serius. [1]

Epiglotitis biasanya dimulai sebagai peradangan dan pembengkakak yang terjadi antara pangkal lidah dan epiglotis. Dengan adanya peradangan dan pembengkakakn epiglotis berlanjut maka akan terjadi penyumbatan total jalan napas yang dapat terjadi dan mengakibatkan mati lemas. [3]

Bahkan, sedikit penyempitan batang tenggorokan dapat secara dramatis meningkatkan resistensi saluran napas sehingga menyebabkan pernapasan menjadi berat. [3]

Fakta-fakta Epiglotitis

Fakta-fakta epiglotitis yang harus Anda ketahui untuk mengurangi resiko komplikasi: [1, 2]

  • Epiglotitis merupakan peradangan yang dapat diakibatkan oleh berbagai hal termasuk infeksi bakteri, trauma, dan kerusakan akibat kokain.
  • Epiglotitis juga disebutkan sebagai kondisi parah yang terjadi akibat pembengkakan di epiglotis.
  • Risiko orang menjadi tidak bernapas sering terjadi pada beberapa kasus fatal.
  • Cara terbaik untuk mencegah adanya epiglotitis yaitu dengan vaksinasi. Vaksinasi akan melindungi anak dan orang lain yang berada dalam satu komunitas.

Penyebab Epiglotitis

Kebanyakan epiglotitis disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur ataupun virus terutama menyerang  pada orang dewasa. Infeksi tersebut umumnya disebabkan oleh haemophilus influenza, streptococcis pneumonia dan spesies strep lainnya serta beberapa virus yang banyak menyerang organ pernapasan. Ketika seseorang mempunyai masalah pada sistem kekebalan ataupun kekebalan rendah maka akan mudah terserang virus. [3]

Penyebab lain yang menyebabkan epiglotitis yaitu sebagai berikut: [1]

  • Hib yaitu infeksi bakteri yang dapat menyebabkan epiglotitis, meningitis dan juga pneumonia.
  • Bakteri lain seperti bakteri pneumonia yang umunya akan menyerang organ pernapasan bawah, serta golongan streptococcus yang menyebabkan radang pada tenggorokan.
  • Virus varicella zoster yang menyebabkan cacar air.
  • Cedera luka bakar setelah menelan minuman atau makanan panas. Terkadang juga dikarenakan menghirup asap atau uap udara.
  • Pecahan kokain saat asap tersebut bersentuhan dengan epiglotis dan jaringan di sekitarnya.

Semua penyebab tersebut dapat menyebabkan pembengkakan epiglotis dan risiko masalah pernapasan lainnya dengan risiko tinggi.

Gejala Epiglotitis

Gejala epiglotitis biasanya akan berkembang dengan cepat dan memburuk. Untuk usia anak-anak dan dewasa akan berkembang dengan cepat apabila tidak ditangani secara cepat dan tepat. Gejala yang sering terjadi pada umumnya meliputi: [4]

  • Sakit tenggorokan yang parah dan panas.
  • Kesulitan dan rasa nyeri ketika menelan.
  • Kesulitan bernapas, dan dapat berangsur membaik ketika mencondongkan badan ke depan.
  • Pernapasan yang terdengar tidak normal ataupun bernada tinggi.
  • Suhu tubuh yang tinggi sekitar 38o C ataupun lebih.
  • Memiliki suasana hati yang tidak menentu mudah tersingung dan gelisah.
  • Suara teredam atau[un serak dipenuhi air liur.

Gejala utama yang terjadi pada anak kecil yaitu kesulitan untuk bernapas, stridor, dan juga suara yang terus menerus semakin serak. Sedangkan untuk orang dewasa atau anak yang lebih tua akan kesulitan menelan air liur dan juga napas yang berat. [4]

Kapan untuk Pergi ke Dokter?

Ketika seseorang sudah kesulitan bernapas dengan tanda vital yang melambat. Kejang yang akan menyebabkan saluran udara menutup secara tiba-tiba. Ketika saluran udara juga terlah tersumbat total maka orang tersebut membutuhkan perawatan intensif dan harus segera di bawa ke rumah sakit. [2]

Kondisi lain yang mengharuskan Anda untuk segera pergi dan meminta bantuan tenaga medis yaitu: [3]

  • Suara yang teredam.
  • Bermasalah ketika akan menelan makanan.
  • Kesulitan berbicara.
  • Detak jantung yang cepat dan tidak beraturan.
  • Gangguan pernapasan dengan air liur, sesak napas, penampilan yang sangat buruk dan stridor.

Komplikasi Epiglotitis

Komplikasi yang paling berbahaya pada epiglotitis yaitu ketidakmampuan bernapas yang nantinya akan menyebabkan kehilangan nyawa. Hal ini perlu dilakukan penangan secara tepat agar tidak terjadi permasalahan yang lebih serius. [1]

Infeksi yang terjadi dapat menyebabkan kondisi lain seperti: [1]

  • Otitis media atau disebut juga dengan infeksi telinga.
  • Pneumonia.
  • Meningitis.
  • Pericarditis yaitu peradangan pada sekitar jantung

Diagnosis Epiglotitis

Dokter akan melakukan rontgen untuk melihat epiglotis dan tenggorokan menggunakan laringoskopi. Hal ini menjadi cara yang paling mudah untuk mengidentifikasi adanya epiglotitis. [3]

Dokter nantinya mungkin akan menemukan bahwa faring meradang dengan epiglotis bengkak, berwarna merah ceri, kaku dan juga gemuk. [3]

Memanipulasi epiglotis dapat mengakibatkan obstruksi jalan napas yang fatal secara tiba-tiba, dan detak jantung lambat yang tidak teratur dapat dilakukan dengan cara intubasi (meletakkan selang ke tenggorokan dan menempatkan orang tersebut pada mesin yang akan membantu pernapasan). [3]

Ada beberapa tes laboratorium lain yang mungkin akan dilakukan oleh pasien seperti: [3]

  • Tes darah untuk mencari infeksi dan adanya peradangan.
  • Tes untuk mengukur oksigen yang ada di dalam darah.
  • Kultur darah ( sampel darah yang dapat menumbuhkan bakteri)  dan akan menunjukkan penyebab adanya epiglotitis.
  • Tes lain yang juga dilakukan menemukan antibody terhadap bakteri atau virus tertentu.
  • Pada pasien intubasi akan dilakukan epiglottal.

Namun perlu dipahami bahwa semua teknologi modern tidak mudah untuk mendiganosis adanya epiglotitis. Hal ini dikarenakan penyakit ini sering disalahartikan sebagai radang tenggorokan atau croup. Kesalahan lain yang sering terjadi yaitu disebut sebagai difteri, abses peritonsillar dan infeksi mononucleosis. [3]

Pengobatan Epiglotitis

Pengobatan yang disarankan untuk epiglotitis yaitu diperlukan rawat inap rumah sakit, biasanya rawat inap akan tersedia di unit perawatan intensif (ICU). Perawatan melibatkan metode untuk membantu orang tersebut bernapas seperti: [2]

  • Tabung pernapasan (intubasi).
  • Oksigen yang dibasahi (dilembabkan).

Perawatan lain yang juga disarankan termasuk: [2]

  • Antibiotik untuk mengobati infeksi.
  • Obat anti inflamasi yang disebut dengan kortikosteroid berguna untuk mengurangi pembengkakan tenggorokan.

Pencegahan Epiglotitis

Epiglotitis seringkali dapat dicegah dengan vaksinasi yang tepat seperti halnya influenza H tipe b (Hib). Orang dewasa biasanya tidak membutuhkan vaksin kecuali memiliki beberapa masalah kekebalan seperti halnya anemia sel sabit, splenektomi (pengangkatan limpa), kanker, atau penyakit lain yang juga mempengaruhi sistem kekebalan. [3]

Jika orang lain tinggal bersama dengan orang yang terinfeksi Hib, obat pencegahan seperti rifampisin harus diberikan kepada orang lain yang berada dalam satu rumah meliputi: [3]

  • Berusia di bawah 4 tahun dan belum menerima semua vaksinasi Hib.
  • Di bawah 12 bulan dan belum menyelesaikan seri pertama dari vaksin Hib.
  • Di bawah usia 18 tahun dengan sistem kekebalan yang lemah.

Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa orang yang sakit dan anggota rumah tangga lainnya yang tidak memiliki bakteri tersebut. Hal ini disebut sebagai pencegahan pembentukan ‘carrier’ di mana seseorang memiliki bakteri di dalam tubuh namun tidak secara aktif sakit. [3]

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment