Penyakit & Kelainan

Parainfluenza: Gejala – Cara Mengobati dan Mencegah

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apa itu Parainfluenza?

Parainfluenza merupakan sekelompok virus yang disebut dengan human parainfluenza viruses (HPIV). Ada 4 macam virus dalam kelompok ini. Setiap virus menyebabkan gejala dan penyakit yang berbeda. Semua bentuk HPIV dapat menyebabkan infeksi di saluran pernapasan atas atau bawah dari tubuh seseorang. [2]

Gejala dari HPIV mirip dengan batuk pilek pada umumnya. Saat penyakit berlangsung dengan ringan, penderita sering salah mendiagnosisnya dengan penyakit lain. Kebanyakan orang sehat yang terinfeksi virus HPIV dapat sembuh tanpa pengobatan. Walaupun demikian, seseorang dengan sistem imun yang rendah memiliki risiko infeksi yang mengancam nyawa jika terkena HPIV. [2]

Jenis Parainfluenza

Parainfluenza terdiri dari 4 jenis virus,. Semua virus ini menyebabkan infeksi pernapasan, namun tipe infeksi, gejala, dan lokasi infeksinya berbeda-beda. [2]

  • HPIV-1

HPIV-1 adalah sebuah virus yang dapat menyebabkan penyakit croup, atau yang disebut dengan laryngotracheobronchitis, pada anak-anak. Croup adalah sebuah penyakit saluran pernapasan yang terjadi akibat pembengkakan pita suara dan bagian lain dari saluran pernapasan atas. [2]

HPIV-1 yang menyebabkan croup sering terjadi pada musim gugur. Di Amerika Serikat, penyakit ini cenderung muncul dan menyebar pada tahun yang berakhiran ganjil. [2]

  • HPIV-2

HPIV-2 juga dapat menyebabkan penyakit croup pada anak-anak, namun dengan frekuensi yang tidak lebih sering dari HPIV-1. Virus ini lebih sering muncul pada musim gugur. [2]

  • HPIV-3

Infeksi HPIV-3 sering berhubungan dengan pneumonia dan bronkiolitis, dimana menyebabkan bengkak dan inflamasi pada saluran kecil dalam paru-paru. Penyakit ini sering muncul pada musim semi dan awal musim panas, walaupun tetap dapat terjadi pada musim apapun. [2]

Periode waktu infeksius seorang penderita HPIV-3 tidak dapat diketahui. Walaupun demikian, telah dibuktikan bahwa pelepasan virus dan waktu risiko seorang penderita HPIV-3 menularkan virus adalah sekitar hari ke 3 hingga 10 setelah gejala muncul. Pada kasus yang jarang terjadi, penyebaran virus terjadi selama 3 hingga 4 minggu. [2]

  • HPIV-4

HPIV-4 adalah virus yang paling jarang muncul. Tidak seperti jenis virus parainfluenza lainnya, tidak ada pola musim untuk HPIV-4. [2]

Gejala Parainfluenza

Setelah terpapar, seseorang akan membutuhkan waktu selama 2 hingga 7 hari untuk menunjukan gelaja. Beberapa gejala parainfluenza yang dapat terjadi adalah [1,3] :

Pada kebanyakan kasus, gejala yang muncul tergolong ringan dan dapat mirip dengan batuk pilek biasa. Terkadang, gejala juga dapat semakin memburuk dan menyebabkan infeksi pada saluran bronkial utama dari paru-paru (bronkitis), saluran sambungan kecil (bronkiolitis), atau bahkan pada paru-paru langsung (pneumonia). [3]

Gejala HPIV umumnya tidak berat pada orang dewasa sehat. Beberapa kelompok orang yang berisiko mengalami gejala berat dan mengancam nyawa adalah [2] :

  • Bayi
  • Anak-anak
  • Lansia
  • Seseorang dengan komorbid atau memiliki sistem imun tubuh yang lemah

Cara Menular Parainfluenza

Anda dapat terinfeksi dengan HPIV dalam beberapa cara. HPIV dapat hidup pada bermukaan benda-benda padat selama 10 jam. Jika anda menyentuh benda-benda yang terkontaminasi dengan tahan dan selanjutnya memegang mulut atau hidung, anda dapat menjadi terinfeksi. [2]

Sebagai hasilnya, virus dapat menyebar dengan cepat pada tempat-tempat dimana setiap orang saling berdekatan, seperti pada taman kanak-kanak dan sekolah. [3]

Virus juga dapat menginfeksi anda melalui kontak dekat antara anda dengan penderita parainfluenza. Umumnya diperlukan waktu selama 2 hingga 7 hari pasca kontak untuk terjadinya gejala. [2]

Penyakit parainfluenza juga dapat menyebabkan komplikasi penyakit. Infeksi bakterial sekunder adalah komplikasi yang paling sering terjadi. Obstruksi saluran napas pada penyakit croup dan bronkiolitis juga dapat menyebabkan kondisi yang mengancam nyawa, terutama pada anak-anak. [1]

Diagnosis Parainfluenza

Segeralah hubungi dokter atau pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan apabila [1] :

  • Anda atau anak anda mengalami croup, bernapas dengan suara wengi, atau mengalami kesulitan bernapas.
  • Anak berusia dibawah 18 bulan dan mengalami gejala saluran pernapasan atas.

Pada orang yang sehat (tidak memiliki komorbid penyakit), parainfluenza dapat di diagnosis dengan mengevaluasi gejala dan mengetahui penyebab mendasar. Penderita parainfluenza yang disertai dengan penyakit sistem imun dapat melakukan pemeriksaan tambahan untuk mengetahui jenis parainfluenza yang menginfeksinya. [3]

Beberapa tes lain yang dapat dilakukan adalah [1] :

  • Uji gas darah arteri
  • Kultur darah
  • X-ray rongga dada
  • CT scan rongga dada
  • Tes darah
  • Swab rongga hidung untuk tes rapid virus

Pengobatan Parainfluenza

Tidak ada pengobatan yang dapat mengeliminasi infeksi parainfluenza dari tubuh. Jika anda mengalami infeksi HPIV, anda harus membiarkan penyakit itu terjadi dan menggunakan obat-obat penunjang saja. [2]

Jika anda mengalami demam atau nyeri ringan, anda dapat menggunakan tylenol (acetaminophen) atau obat batuk pilek lainnya yang terjual bebas diapotek. Pastikan anda membaca label produk sebelum menggunakannya. [3]

Obat lain seperti aspirin (Bufferin) juga dapat digunakan pada penderita gejala ringan. Namun, anak kecil dan remaja yang demam akibat infeksi virus tidak dapat menggunakan aspirin. Aspirin sangat berhubungan dengan sindrom Reye, sebuah penyakit yang mengancam nyawa. [2]

Penggunaan pelembab udara ruangan (humidifiers) dapat membantu anak-anak dalam meredakan gejala parainfluenza. [2]

Untuk penderita croup ringan hingga berat, dokter dapat menyarankan anda untuk menggunakan obat steroid (umumnya dexamethasone) secara injeksi ataupun minum. Obat ini hanya dapat diberikan apabila penderita parainfluenza tidak diintubasi atau mengalami muntah. Epinephrine juga dapat diberikan melalui inhalasi via nebulizer. [3]

Untuk orang dewasa yang mengalami pneumonia akibat parainfluenza, pengobatan suportif yang dapat diberikan adalah oksigen dan bantuan ventilator. Dokter juga dapat memberikan obat bronkodilatator secara inhalasi seperti albuterol (salbutamol) dan/atau kortikosteroid. [3]

Pencegahan Parainfluenza

Hingga saat ini, belum ada vaksin yang ampuh untuk mencegah infeksi HPIV. Anda dapat melakukan beberapa hal untukm mencegah infeksi parainfluenza. Beberapa hal yang dapat anda lakukan adalah [1, 2,3] :

  • Mencuci tangan dengan rutin
  • Melakukan desinfeksi pada permukaan benda-benda sekitar dengan rutin
  • Menghindari kontak dekat dengan penderita parainfluenza
  • Menutup mulut saat anda batuk atau bersin
  • Membatasi paparan dan menghindari kerumunan pada saat musim penyakit

1. Denis Hadjiliadis, MD, MHS., Paul F. Harron Jr., & David Zieve, MD, MHA. Parainfluenza. Medlineplus; 2020.
2. Elaine K. Luo, M.D. & Mary Ellen Ellis. Parainfluenza. Healthline; 2018.
3. Kristina Duda, RN & Chris Vincent, MD. What Is Parainfluenza?. Verywell Health; 2020.

Share