Tanaman liar satu ini banyak hidup dan ditemukan di wilayah Indonesia. Bahkan tanaman ini seringkali dianggap gulma atau tanaman yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman lainnya yang berada pada wilayah sama.
Dengan tinggi kurang lebih 1 hingga 3 meter, daun berwarna hijau dan juga bunga yang berwarna ungu kebiruan, tanaman ini mungkin kerap anda temukan di padang rumput dan tampak seperti ilalang [1].
Namun tahukah anda bahwa tanaman pecut kuda ini memiliki beragam kandungan nutrisi dan juga manfaat yang baik untuk kesehatan. Simak ulasan lebih lanjut mengenai tanaman liar bermanfaat satu ini :
Daftar isi
Berikut fakta menarik yang mungkin akan membuat pandangan anda terhadap tanaman pecut kuda berubah. Fakta tersebut meliputi manfaat pecut kuda terhadap kesehatan termasuk kandungan nutrisinya :
Berikut penjelasan tentang komponen serta kandungan nutrisi pada tanaman pecut kuda yang menarik untuk kita ketahui [6, 8] :
Kandungan |
---|
Flavonoid |
Alkaloid |
Glikosida |
Betain |
Asam palmitat |
Karbohidrat |
Fenol |
Phlobotanin |
Protein |
Saponin |
Steroid |
Tannin |
Terpenoid |
Ipolamide |
Verbascoside |
Beta hydroxyipolamide |
Tanaman pecut kuda memiliki banyak manfaat termasuk sebagai salah satu obat herbal potensial yang dapat digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit.
Berikut beberapa manfaat tanaman pecut kuda yang perlu anda ketahui :
Tanaman pecut kuda termasuk ke dalam tanaman obat yang umum dimanfaatkan sebagai bentuk pengobatan tradisional.
Kandungan yang terdapat didalamnya dapat digunakan untuk mengatasi dan merawat berbagai kondisi medis termasuk mencegah penyakit berbahaya. Berikut keterangan tentang manfaat tanaman pecut kuda terhadap berbagai penyakit :
Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di Trinidad, bagian daun, ekstrak encer daun serta rebusannya dapat digunakan sebagai pengobatan untuk mengatasi flu dan juga batuk. Konsumsinya dapat dilakukan dengan cara oral atau diminumkan kepada pasien [2].
Pada tanaman pecut kuda terdapat kandungan fitokimia yang sangat penting dan berperan aktif menjadi obat anti-malaria. Hal tersebutlah yang membuat tanaman pecut kuda digunakan secara tradisional turun temurun untuk mengatasi penyakit malaria [7].
Kemampuan tanaman pecut kuda tersebut didasari oleh ditemukannya kandungan alkaloid, ipolamide,beta hydroxypolamide, verbascoside, steriod, triterpene, dan juga irridoids. Aktivitas anti-plasmodial yang dipicu oleh kandungan tersebut yang membuat tanaman pecut kuda dapat digunakan untuk mengatasi penyakit malaria [7].
Selain bukti di atas, kemampuan tanaman pecut kuda sebagai obat malaria juga tampak dari kemampuan dalam menghambat infeksi akibat Plasmodiaum berghei yang muncul saat terjangkit malaria [7].
Tanaman pecut kuda terutama bagian daun dan juga batangnya dapat diambil ekstraknya dan digunakan untuk mengatasi sakit perut maupun saluran pencernaan [6].
Tonik dingin dari ekstrak batang dan daun tanaman pecut kuda memiliki kandungan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah pencernaan seperti gangguan pencernaan, refluks asam, maag, sembelit, dan juga pencernaan lambat atau konstipasi [6].
Kemampuan dalam mengatasi sakit perut atau sakit yang berhubungan dengan pencernaan kemungkinan juga berasal dari aktivitas anti-mikrobial yang terdapat pada ekstrak tanaman pecut kuda.
Keberadaan komponen fitokimia seperti saponin, tanin, dan juga flavonoid mampu mencegah serangan serangkaian bakteri patogen [6].
Tanaman pecut kuda diketahui memiliki beragam kandungan fitokimia yang penting termasuk alkaloid dan juga flavonoid [7].
Secara tradisional tanaman ini memang dimanfaatkan untuk mengatasi beragam penyakit termasuk untuk mengatasi batu empedu. Bagian ekstrak daun tanaman pecut kuda memiliki aktivitas pendinginan dan aman digunakan untuk mengatasi batu empedu serta mengatasi masalah buang air kecil [5].
Kanker merupakan salah satu penyakit yang saat ini menjadi momok karena dampaknya terhadap kesehatan yang sangat signifikan.
Tanaman pecut kuda diketahui memiliki aktivitas antioksidan yang sangat potensial. Kandungan senyawa yang terdapat pada tanaman pecut kuda merupakan antioksidan alami yang dapat digunakan untuk mengatasi penyakit kanker [6].
Ekstrak ethyl acetate dari daun tanaman pecut kuda mampu menghambat reactive oxygen species (ROS) dan juga mengumpulkannya. Kemampuan ini ditengarai berasal dari kandungan catechins (salah satu jenis flavonoid) yang dapat ditemukan pada daun pecut kuda [6].
Selain itu pada ekstrak methanol tanaman pecut kuda terkandung jumlah besar dari asam fenolik, flavonoid, dan juga polifenol yang merupakan zat penting untuk mengatasi berbagai penyakit yang disebabkan oleh stress oksidasi termasuk kanker [6].
Tanaman pecut kuda juga memiliki aktivitas penyembuhan luka yang mungkin sangat bermanfaat bagi penderita diabetes.
Aktivitas penyembuhan luka pada tanaman pecut kuda diteliti berdasarkan ektrak hydroalcoholic dan juga ekstrak ethanol dari daun pecut kuda. Yang menunjukkan meningkatkannya parameter aktivitas penyembuhan seperti persentase penutupan luka, kekuatan tarik, hidroksiprolin, heksosamin, DNA serta kandungan protein total [6].
Hal tersebut juga diiringi dengan menurunkan kadar glukosa dalam darah serta terindikasinya kandungan yang dapat memicu hipoglikemia [6].
Berikut manfaat lain dari tanaman pecut kuda yang juga berdampak positif terhadap kesehatan :
Penelitian menggunakan metode acetic-acid-induces abdominal writhing test pada ekstrak ethanol tanaman pecut kuda diektahui memiliki kandungan anti-nosiseptif [3].
Nosiseptif sendiri adalah kondisi nyeri yang disebabkan oleh adanya kerusakan jaringan termasu akibat adanya reaksi terhadap penyakit atau kondisi abnormal. Secara signifikan pemberian ekstrak ethanol tanaman pecut kuda sebesar 50 mg/kg setara dengan minimum level analgesik (34.9% penghambatan nyeri) [3].
Secara tradisional khususnya di kawasan Asia tenggara, tanaman pacu kuda seringkali digunakan untuk pengobatan herbal. Hal tersebut mungkin tidak lepas dari aktivitas anti-peradangan yang terdapat pada tanaman pecut kuda.
Ekstrak ethanol tanaman pecut kuda memiliki kandungan yang dapat mencegah timbulnya peradangan baik yang bersifat akut maupun kronis [3]. Studi menunjukkan aktivitas tersebut terjadi pada percobaan yang melibatkan penyakit edema pada kaki tikus [3].
Meskipun secara spesifik senyawa apa saja yang menyebabkan tanaman pecut kuda dapat memberikan aktivitas anti-peradangan dan anti-nosiseptif, namun diketahui jika ekstrak ethanol dari tanaman ini memiliki kandungan analgesik [3].
Berdasarkan percobaan diketahui jika terdapat kandungan iridoid ipolamide dan juga acetoside yang berasal dari bagian daunnya dimana selain memiliki aktivitas tersebut di atas juga memiliki kemampuan analgesik setara dengan obat-obatan lainnya [3].
Terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa terdapat kandungan potensial pada bunga pecut kuda yang dapat digunakan untuk mengusir atau menghalau semut.
Bahkan kandungan yang terdapat pada bunga pecut kuda dapat menghalau sebagian besar jenis semut. Ekstrak daun bunga pecut kuda bagian atas, memiliki kandungan anti-semut yang sangat tinggi [4].
Kandungan fitokimia pada tanaman pecut kuda juga memiliki aktivitas yang dapat mencegah serta menghambat terjadinya infeksi pada tubuh. Ekstrak dari daun tanaman pecut kuda diketahui memiliki kandungan alkaloid, terpene, dan flavonoid yang menunjukkan aktivitas antiplasmodia [7].
Kandungan dan aktivitas pencegahan infeksi pada tanaman pecut kuda bahkan hampir setara dengan obat chloroquine [7].
Kandungan fitokimia pada tanaman pecut kuda yakni saponin, tanin, dan juga flavonoid memiliki aktivitas yang diketahui mampu menghambat pertumbuhan bakteri seperti E. coli, C. albicans, S. aereus, dan P. vulgaris [6].
Secara klinis tanaman ini juga sudah teruji memiliki kemampuan menghambat mikroorganisme yang bersifat patogen secara luas. Hal tersebut membuat tanaman pecut kuda terbukti memiliki aktivitas anti-mikrobial potensial baik terhadap bakteri maupun terhadap fungi atau jamur [6].
Aktivitas anti-fungi pada tanaman pecut kuda juga terlihat dari evaluasi terhadap ekstrak petroleum ether pecut kuda terhadap jamur Curvularia sp. dan juga Penicillium sp. Sedangkan ektrak methanol pecut kuda efektif mengatasi Curvulia sp., Penicillium sp. dan Fusaium sp [6].
Secara spesifik tanaman pecut kuda memiliki kandungan yang menunjukkan aktivitas anti-diare [6].
Penelitian menunjukkan aktivitas anti-diare yang cukup tinggi pada ekstrak methanol daun pecut kuda. Oleh karena itu wajar jika tanaman ini seringkali digunakan secara turun temurun untuk mengatasi penyakit diare yang dihadapi warga setempat terutama anak-anak [6].
Meskipun belum terdapat laporan medis terkait efek samping dari tanaman pecut kuda, namun penelitian menunjukkan hal sebaliknya. Ada hal yang harus kita perhatikan sebelum mengkonsumsi tanaman ini.
Terutama konsumsi yang dilakukan oleh ibu hamil, karena ditengarai tanaman pecut kuda akan memberikan dampak atau efek negatif terhadap ibu hamil maupun janin yang dikandung [8].
Efek herbal dari tanaman pecut kuda ternyata sering digunakan untuk membersihkan kandungan. Hal ini juga didukung oleh penelitian tahun 2011 yang menunjukkan ektrak ethanol akar pecut kuda menimbulkan keracunan pada objek percobaan, janin bermasalah dan efek teratogen [8].
Tanaman pecut kuda jarang sekali digunakan secara langsung untuk konsumsi, biasanya tanaman ini dimanfaatkan secara tradisional untuk pengobatan herbal.
Berikut beberapa saran penyimpanan yang dapat anda lakukan untuk memaksimalkan kandungan obat dari tanaman pecut kuda [3, 4, 7] :
Tanaman herbal satu ini memang jarang bahkan relatif tidak pernah disajikan untuk campuran makanan atau dikonsumsi secara langsung. Berikut beberapa saran penyajian yang dapat anda tempuh untuk mengolah pecut kuda [2, 3, 6] :
1. Anonim. Stachytarpheta jamaicensis (Jamaican vervain). CABI - Invasive Species Compendium; 2020.
2. Y. N. Clement, Y. S. Baksh-Comeau, and C. E. Seaforth. An ethnobotanical survey of medicinal plants in Trinidad. Volume 11. J. Ethnobiol Ethnomed - National Center for Biotechnology Information; 2020.
3. M.R. Sulaiman, Z.A. Zakaria, H.S. Chiong, S.K. Lai, D.A. Israf, T.M. Tg. Azam Shah. Antinociceptive and Anti-Inflammatory Effects of Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl (Verbenaceae) in Experimental Animal Models. Medical Principles and Practice; 2007.
4. Gavin Ballantyne and Pat Willmer. Nectar Theft and Floral Ant-Repellence: A Link between Nectar Volume and Ant-Repellent Traits? Volume 7 (8). Plos One - National Center for Biotechnology Information; 2012.
5. Cheryl A Lans. Ethnomedicines used in Trinidad and Tobago for urinary problems and diabetes mellitus. Volume 2 (45). J. Ethnobiol Ethnomed - National Center for Biotechnology Information; 2006.
6. Pearl Majorie Liew and Yoke Keong Yong. Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl: From Traditional Usage to Pharmacological Evidence. National Center for Biotechnology Information; 2016.
7. Jude E. Okokon, Ette Ettebong, and Bassey S. Antia. In vivo antimalarial activity of ethanolic leaf extract of Stachytarpheta cayennensis. Volume 40 (3). Indian J. Pharmacol - National Center for Biotechnology Information; 2008.
8. Agustinus Renyoet and Raynard Christianson Sanito. Uji Teratogen Ekstrak Akar Jarong (Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl.) terhadap Sistem Reproduksi Mencit (Mus musculus L.) Betina. Volume 3 (1). Jurnal Biologi Papua; 2011.