Daftar isi
Penyakit Noma merupakan kondisi gangren orofasial (terjadi pada area wajah khususnya mulut) dan lebih rentan terjadi pada anak-anak yang mengalami kekurangan gizi [1,2,3,4,5,6].
Penyakit ini paling banyak dijumpai di negara-negara tropis, seperti Afrika Sub-Sahara.
Orang-orang dengan tingkat ekonomi rendah di negara Afrika Sub-Sahara adalah yang memiliki risiko paling tinggi dengan tanda rasa sakit yang timbul di bagian dalam mulut.
Tinjauan Penyakit Noma adalah kondisi gangren yang menyerang bagian wajah terutama area mulut di mana anak-anak kekurangan gizi dan bertempat tinggal di wilayah berekonomi rendah lebih berpotensi mengalami penyakit mengerikan ini.
Penyakit Noma merupakan jenis penyakit infeksi yang diketahui lebih serius dan mengerikan dibandingkan penyakit AIDS [1,3,4,5].
Penyakit yang mungkin lebih jarang terdengar dari penyakit AIDS ini dapat membunuh penderitanya secara lebih cepat.
Prevotella intermedia dan Fusobacterium necrophorum merupakan jenis bakteri penyebab infeksi yang kemudian dikenal dengan penyakit Noma ini [1,4,6]].
Salah satu atau kedua jenis bakteri tersebut seringkali diketahui memiliki interaksi dengan bakteri lain seperti Staphylococcus aureus, Tannerella forsythia, Porphyromonas gingivalis, Borrelia vincentii, dan/atau Treponema denticola.
Penyakit ini disebut lebih mengerikan dan mengancam jiwa dibanding penyakit AIDS karena pengobatan yang diberikan kepada penderita sekalipun hanya dapat mengatasi infeksi.
Sementara itu, jaringan yang sudah telanjur mengalami kerusakan tidak dapat kembali normal walau telah memperoleh perawatan.
Walau bakteri adalah penyebab utama infeksi pada penyakit Noma, beberapa faktor lain di bawah ini diketahui menjadi peningkat risiko penyakit Noma selain tinggal di negara yang tingkat ekonominya rendah [1,2,3,4,5,6] :
Tinjauan - Prevotella intermedia dan Fusobacterium necrophorum merupakan bakteri penyebab penyakit Noma di mana salah satu atau kedua jenis bakteri tersebut seringkali diketahui memiliki interaksi dengan bakteri lain seperti Staphylococcus aureus, Tannerella forsythia, Porphyromonas gingivalis, Borrelia vincentii, dan/atau Treponema denticola. - Berbagai faktor lain seperti kondisi medis tertentu, tingkat sanitasi rendah pada diri sendiri dan lingkungan tempat tinggal, dan malnutrisi pada anak maupun ibu hamil mampu memperbesar potensi terkena penyakit Noma.
Penyakit Noma menyerang secara tiba-tiba di mana infeksi bakteri dapat merusak jaringan dengan kondisi yang memburuk sangat cepat.
Kondisi penyakit Noma mampu menimbulkan sejumlah tanda seperti [3] :
Tinjauan Tanda utama penyakit Noma adalah radang pada mulut yang dapat berkembang menjadi luka dan borok. Bau mulut pun menjadi tidak sedap dan jika sudah lebih serius, penyebaran infeksi menyebabkan kerusakan jaringan mulut hingga deformitas wajah.
Pemeriksaan fisik adalah metode pemeriksaan yang paling utama diterapkan oleh dokter dalam memeriksa kondisi pasien [1].
Pemeriksaan fisik bermanfaat dalam mengetahui langsung kondisi keberadaan luka pada area mulut dan kulit di sekitar pipi dan mulut.
Jika memang terdapat luka, maka biasanya aroma tak sedang yang menyengat akan dapat tercium.
Pengobatan penyakit Noma disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala yang dialami penderita.
Jika terdapat luka dan bau tak sedap berasal dari dalam mulut anak dengan kondisi malnutrisi, maka sebagai kondisi akut ini dokter akan memberikan beberapa penanganan, yaitu :
Antibiotik berupa metronidazole dan amoxicillin adalah pengobatan yang umumnya diberikan pada penderita kasus penyakit Noma akut [1,2,3,4,5,6].
Hanya saja, obat antibiotik tidak mampu mengobati penyakit Noma sepenuhnya karena pemberian obat hanya bertujuan untuk menghentikan gejala agar tidak semakin buruk.
Penderita penyakit Noma rata-rata diketahui memiliki kondisi kurang gizi, maka selain antibiotik dokter perlu menanganinya dengan memberikan dukungan nutrisi yang tepat [1,3].
Selain pemenuhan nutrisi lengkap dan seimbang bagi tubuh pasien, hidrasi adalah perawatan yang juga penting untuk diperoleh pasien.
Ini karena dehidrasi juga menjadi salah satu faktor peningkat risiko penyakit Noma.
Karena penyakit Noma dapat terjadi karena lebih dulu hadirnya penyakit lain dalam tubuh pasien [1].
Oleh sebab itu, pengobatan penyakit Noma seringkali dilakukan dengan menangani kondisi medis yang terkait dengan penyakit Noma.
Beberapa penyakit yang paling umum terkait dengan penyakit Noma adalah seperti HIV/AIDS, malaria, dan infeksi pencernaan.
Untuk penyakit Noma sequelae atau kondisi ketika penyakit serius lain terlibat seperti bibir sumbing, karsinoma sel skuamosa, tuberkulosis kulit, leishmaniasis, dan kusta, prosedur operasi adalah yang paling dibutuhkan oleh pasien.
Ketika beberapa penyakit tersebut terkait dengan penyakit Noma, itu artinya kondisi pasien bukan lagi sekadar memiliki luka dan bau tak sedap dari mulut.
Pasien dengan kondisi penyakit tersebut ditandai dengan deformitas wajah, maka sebagai langkah perawatan yang tepat, operasi adalah jalan terbaik (khususnya operasi plastik) [1,2,3,4,5,6].
Namun sebelum menempuh prosedur medis ini, pasien perlu melakukan konsultasi lebih dulu mengenai kemungkinan efek sampingnya.
Operasi untuk memperbaiki wajah merupakan tindakan yang akan memperbesar peluang bagi pasien untuk pendidikan yang lebih baik.
Tak hanya itu, peluang pekerjaan dan pernikahan pun jauh lebih besar bagi anak-anak dengan penyakit Noma bila mengambil tindakan medis ini.
Selain itu, beberapa hal berikut perlu diperhatikan sebelum pasien dan keluarga pasien memutuskan untuk menempuh operasi/rehabilitas estetika [3] :
Walau terdapat cara untuk menangani penyakit Noma, sayangnya pasien Noma rata-rata memiliki kondisi ekonomi yang rendah dan tinggal di lingkungan yang buruk sehingga tak mampu memperoleh pengobatan yang seharusnya.
Tinjauan Antibiotik dan dukungan nutrisi menjadi penanganan penyakit Noma akut paling umum, begitu juga dengan menangani kondisi medis yang mampu memicu penyakit ini. Pada kondisi penyakit Noma sequelae, operasi adalah tindakan yang dapat ditempuh.
Penyakit Noma yang semakin serius dapat berakibat pada sejumlah kondisi komplikasi, terutama ketika kondisi ini tidak mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat [3].
Tinjauan Deformitas wajah, terhambatnya aktivitas, malnutrisi dan dehidrasi parah, hingga sepsis dan kematian merupakan komplikasi paling mengerikan yang berpotensi terjadi pada penderita penyakit Noma.
Penyakit Noma berawal dari pemenuhan gizi yang kurang baik serta tingkat kebersihan diri serta lingkungan yang rendah.
Maka untuk mencegah agar penyakit berbahaya ini tidak terjadi beberapa upaya berikut dapat dilakukan [1,6] :
Sementara itu, pencegahan agar penyakit Noma tidak memburuk dengan cepat serta berujung pada komplikasi mengerikan adalah dengan deteksi dini dan penanganan masalah kesehatan terkait gingivitis dan stomatitis.
Gangren dapat dicegah melalui penggunaan antibiotik karena satu-satunya tindakan yang dapat dilakukan saat gejala sudah sangat serius adalah operasi.
Tinjauan Para ibu hamil sekaligus anak-anak perlu memperoleh nutrisi cukup sehari-hari. Memiliki lingkungan tempat tinggal yang bersih serta menjaga kebersihan diri sendiri, dan menangani beberapa penyakit yang mampu memicu penyakit Noma merupakan langkah pencegahan yang paling dianjurkan.
M. Leila Srour, Klaas Marck, & Denise Baratti-Mayer. Noma: Overview of a Neglected Disease and Human Rights Violation. The American Journal of Tropical Medicine and Hygiene; 2017.
Alexander Maley, MD, Megan Desai, MD, & Sareeta Parker, MD. Noma: A disease of poverty presenting at an urban hospital in the United States. Journal of the American Academy of Dermatology Case Reports; 2015.
World Health Organization. Noma is a severe disease. WHO Regional Office for Africa; 2016.
Nipun Ashok, Bassel Tarakji, Shorouk Darwish, Jean C. Rodrigues, & Mohammad A. Altamimi. A Review on Noma: A Recent Update. Global Journal of Health Science; 2016.
Semiu Adetunji Adeniyi & Kehinde Joseph Awosan. Pattern of Noma (Cancrum Oris) and Its Risk Factors in Northwestern Nigeria: A Hospital-Based Retrospective Study. Annals of African Medicine; 2019.
Kalu U.E Ogbureke & Ezinne I Ogbureke. NOMA: A Preventable “Scourge” of African Children. The Open Dentistry Journal; 2010.