Jika seseorang memiliki ketidakseimbangan protein dan sel yang berperan dalam pembekuan darah maka darah mungkin akan menjadi lebih kental atau disebut juga dengan hiperkoagulabilitas [1].
Adapun hiperkoagulabilitas ini juga didefinisikan sebagai peningkatan kecenderungan darah untuk menjadi trombosis, di mana koagulasi mungkin terjadi tanpa adanya pendarahan [2].
Berikut ini merupakan beberapa hal yang mungkin dapat menyebabkan darah menjadi lebih kental daripada kondisi normalnya [3, 4]:
Daftar isi
Polisitemia vera (PV) merupakan salah satu kondisi medis yang dapat menyebabkan darah menjadi lebih kental. Polisitema vera ini merupakan kondisi kelainan darah di mana sumsum tulang membuat terlalu banyak sel darah merah, atau putih dan trombosit.
Adapun polisitemia vera ini dapat terjadi karena adanya perubahan genetik dan bukan merupakan kondisi yang diturunkan secara genetik dari orang tua ke anaknya.
Jika darah kental disebabkan oleh polisitemia vera maka gejala berikut ini mungkin juga akan menyertai [3]:
Makroglobulinemia Waldenström merupakan penyakit langka jenis limfoma non-Hidgkin, di mana tubuh memproduksi imuniglobulin M dalam jumlah besar hingga membuat darah menjadi lebih kental.
Jika darah kental disebabkan oleh Makroglobulinemia Waldenström maka gejala berikut ini mungkin juga akan menyertai [3]:
Darah juga bisa menjadi lebih kental jika seseorang menderita lupus, termasuk lupus eritematosus sistemik, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan sehat.
Jika lupus menjadi penyebab yang mendasari darah kental, maka gejela berikut ini mungkin juga akan menyertai [3]:
Perubahan genetik berupa faktor V Leiden merupakan suatu kondisi yang dapat meningkatkan risiko pembekuan darah di vena dalam.
Jika seseorang memiliki kondisi in, protein C dalam tubuhnya tidak dapat mengatur aktivitas pembekuan atau disebut faktor V. Hal inilah yang mengakibatkan darah menjadi lebih kental.
Protein C, D dan antitrombin merupakan antikoagulan alami yang diproduksi oleh tubuh. Namun, jumlahnya pada masing-masing orang umumnya berbeda-beda.
Jika seseorang memiliki jumlah antikoagulan yang rendah, maka risiko pembekuan darah akan meningkat. Oleh karena itu, darah mungkin juga akan dapat menjadi lebih kental.
Gejala yang seringkali terjadi pertama kali yaitu adanya gumpalan darah ketika melakukan tes darah. Adapun gumpalan darah ini pun dapat mengarah pada kondisi lain yang lebih serius seperti [3]:
Mutasi gen protrombin mungkin juga dapat menyebabkan darah menjadi lebih kental dibandingkan dengan kondisi normal.
Kondisi ini membuat seseorang memiliki terlalu banyak faktor protein pembekuan darah yang disebut dengan protrombin, di mana darah menjadi lebih mudah membeku.
Darah kental mungkin juga dapat disebabkan oleh suatu kondisi yang disebut dengan defisiensi antitrombin III kongenital. Kondisi ini ditandai adanya aktivitas gen abnormal yang mengakibatkan produksi protein pencegah pembentukan gumpalan abnormal terlalu sedikit.
Dengan kata lain, pembentukan gumpalan darah abnormal akan lebih sering terjadi pada orang-orang dengan kondisi ini.
Penyebab lain berupa hormonal, obat-obatan maupun kondisi medis tertentu berikut ini mungkin juga berkontribusi dalam perkembangan darah kental [4]:
Darah kental mungkin tidak akan menunjukkan gejala tertentu sebelum orang tersebut mengalami pembekuan darah. Jika pembekuan darah terjadi maka rasa sakit akan timbul dan area sekitar gumpalan terjadi juga akan terpengaruh [1].
Darah kental akibat jumlah sel darah yang tidak seimbang atau terlalu banyak dapat juga menunjukkan gejala berikut ini [1]:
Selain itu, jika hal berikut ini terjadi maka tes darah kental mungkin juga harus dilakukan [1]:
Berikut ini merupakan beberapa faktor yang mungkin meningkatkan risiko darah menjadi lebih kental [3]:
Berikut ini merupakan beberapa bentuk komplikasi yang dapat disebabkan oleh darah kental [3]:
DVT juga dapat menjadi salah satu bentuk komplikasi darah kental jika terbentuk gumpalan darah dalam vena dalam, khususnya mempengaruhi pembuluh darah besar di kaki bagian bawah atau paha, lengan, perut dan panggul.
Adapun jika DVT terjadi maka gejala berikut ini mungkin akan terlihat [3]:
Emboli paru adalah salah satu bentuk komplikasi yang mungkin disebabkan oleh darah kental. Mengingat, darah kental dapat memicu pembekuan darah hingga gumpalan darah pun terbentuk.
Jika gumpalan darah pecah dan berjalan menuju ke arah jantung maupun paru-paru, maka pembuluh darah yang memasok oksigen ke organ tersebut akan tersumbat.
Dengan kata lain, aliran darah menuju organ jantung dan paru-paru akan terhalangi hingga pertukaran gas di paru-paru pun terganggu.
Oleh karena itu, emboli paru ini merupakan salah satu kondisi medis yang membutuhkan perawatan darurat karena dapat mengancam jiwa.
Adapun jiwa emboli paru telah terjadi, maka gejala berikut ini mungkin akan muncul juga [3]:
Berikut ini merupakan beberapa bentuk komplikasi lain yang mungkin dapat juga disebabkan oleh darah kental [3]:
Mengingat seriusnya bentuk komplikasi tersebut, maka ada baiknya jika mengalami gejala darah kental atau memiliki faktor risiko mengembangkan darah kental, sebaiknya segera memeriksakan diri kedokter.
Dengan demikian, dokter akan dapat membantu memberikan perawatan yang tepat serta mencegah komplikasi terjadi.
Cara mengatasi darah kental ada beragam dan tentu bergantung pada penyebab yang mendasarinya. Adapun cara-caranya antara lain [1]:
Polisitemia vera hingga kini masih belum diketahui metode pengobatan yang dapat menyembuhkannya. Oleh karena itu, jika darah kental disebabkan oleh polisitemia vera maka dokter mungkin akan memberikan kiat-kiat sebagai berikut [1]:
Selain itu, dokter mungkin juga akan merekomendasikan pengobatan intravena untuk mengeluarkan darah. Perawatan lain berupa penghilangan beberapa zat besi tubuh dapat juga dilakukan untuk mengurangi produksi darah.
Jika kondisi bertambah semakin parah hingga menyebabkan komplikasi yang lebih serius berupa kerusakan organ, maka dokter mungkin akan merekomendasikan obat kemoterapi seperti hidroksiurea (Droxia) dan interferon-alfa.
Obat-obatan kemoterapi tersebut diketahui dapat membantu menghentikan aktivitas sumsum tulang yang memproduksi sel darah berlebih.
Dengan demikian, diharapkan darah menjadi tidak bertambah kental karena produksi sel darah berlebih telah dihentikan.
Jika penyakit tertentu yang menjadi penyebab darah kental hingga mempengaruhi pembekuan darah maka perawatan berikut ini mungkin akan direkomendasikan oleh dokter [1]:
Ada beberapa kasus di mana beberapa orang memiliki kondisi yang membuat darahnya kental namun tidak menimbulkan pembekuan darah.
Jika darah kental tanpa disertai dengan pembekuan darah maka dokter tidak dapat memberikan obat-obatan tersebut [1].
Pencegahan terhadap darah kental mungkin akan lebih berfokus pada mencegah penyebab yang mendasarinya dan mencegah terjadinya pembekuan darah [5].
Jika seseorang memiliki tromboemboli, khususnya dengan risiko kekambuhan yang tinggi, maka dokter mungkin akan meresepkan terapi antikoagulan jangka panjang untuk menghambat pembekuan dan mencegah pembentukan pembekuan darah [5].
Adapun terapi antikoagulan yang mungkin direkemondasikan oleh dokter dapat menggunakan obat warfari atau heparin. Obat antikoagulan tersebut cukup efektif mencegah hiperkoagulabilitas [5].
Selain itu, menghilangkan dan menghindari faktor risiko hiperkoagulabilitas juga harus dilakukan dengan [1, 5]:
1. Rachel Nall, MSN, CRNA & Daniel Murrell, M.D. Thick Blood (Hypercoagulability). Healthline; 2018.
2. Benjamin Senst, Prasanna Tadi, Amandeep Goyal & Arif Jan. Hypercoagulability. National Center for Biotechnology Information, Natiional Institutes of Health; 2021.
3. Lana Barhum & Avi Varma, MD. All you need to know about thick blood. Medical News Today; 2021.
4. Kathi Valeii & Richard N. Fogoros. What Is Thick Blood? Also Called Hypercoagulability. Very Well Health; 2021.
5. Anna Hernández Castillo, MD & Antonella Melani, MD, Ian Mannarino, MD, MBA. Hypercoagulable State, What Is It, Causes, Pregnancy, Diagnosis, Treatment, and More. Osmosis; 2021,