Tinjauan Medis : dr. Hadian Widyatmojo, SpPK
Fatty liver disease atau penyakit perlemakan hati adalah suatu kondisi dimana terdapat penumpukan lemak (Fat deposit) pada organ hati yang menyebabkan serangkaian gejala, termasuk dapat menyebabkan gangguan
Perlemakan hati atau disebut juga fatty liver diketahui telah menjadi permasalahan kesehatan yang mendunia. Tingkat prevalensi penyakit ini mencapai 60% di negara bagian barat. [1]
Penelitian pada beberapa daerah di China menemukan lebih dari 30% pasien dari total 46.612 pasien mengalami penyakit perlemakan hati. Oleh karenanya, pengetahuan yang cukup terhadap sebab dan risiko dari penyakit ini diperlukan untuk mencegah terserang penyakit perlemakan hati. [2]
Daftar isi
Penyakit perlemakan hati merupakan kondisi di saat akumulasi lipid terlalu besar dalam hepatosit sehingga menyebabkan organ hati mengalami steatohepatitis (inflamasi yang disebabkan perlemakan hati) yang ditandai dengan kerusakan sel-sel pada organ hati, seperti ballooning (pembengkakkan sel), pengerutan sel, atau kematian sel. [2] [3]
Penelitian terbaru telah menunjukan potensi penyakit perlemakan hati pada pasien tanpa riwayat konsumsi alkohol. Penelitian terbaru juga menyebutkan penyakit ini dapat menyerang pasien dengan gangguan metabolisme seperti obesitas, hiperlipidemia, dan hipertensi. [4]
Penelitian terbaru juga menyebutkan kemungkinan perlemakan hati lebih sering terjadi pada negara berkulit putih dibanding negara Afrika. Pasien dari benua Afrika memiliki lebih sedikit perlemakan hati dibandingkan negara lainnya.[5]
Berdasarkan penyebab terjadinya, penyakit perlemakan hati dikategorikan ke dalam 2 jenis: [6] [7]
Penyakit ini sudah lebih dulu diketahui dan didokumentasi oleh tim medis. Pada dasarnya, penyakit ini muncul karena hati dipaksa untuk melakukan metabolisme alkohol secara terus menerus hingga menimbulkan steatosis, steatohepatitis, dan cirrhosis. Wanita diketahui lebih rentan terhadap penyakit ini.
Penyakit ini diketahui sebagai penyakit hati yang paling sering terjadi di dunia dengan prevalensi sebanyak 30% di dunia. Penyakit ini dapat berujung pada penyakit hati kronis, gangguan jantung, kanker hati, dan kematian. [7]
Bagaimana penyakit ini mulai menggerogoti tubuh?
Berdasarkan histologinya, organ hati pada pasien dengan AFLD dan NAFLD memiliki ciri-ciri yang sama yaitu, steatosis, inflamasi lobular, kerusakan sel hari, dan fibrosis.
Namun, penelitian sebelumnya menunjukan bahwa inflamasi dan fibrosis pada pasien dengan AFLD lebih parah dibanding NAFLD. NAFLD diketahui lebih berpotensi muncul 2 kali lebih tinggi pada pasien dengan berat badan berlebih dan 4 kali lebih tinggi pada pasien dengan obesitas. [4]
AFLD
Individu yang mengkonsumsi alkohol secara berlebihan (≥40 gram per haru pada pria dan ≥ 20 gram per hari pada wanita) sangat rentan mengalami AFLD.
Konsumsi secara berlebihan selama lebih dari 5 tahun sangat berisiko terhadap penyakit perlemakan hati. Insiden dari AFLD juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti; [1]
NAFLD
Sesuai namanya, NAFLD tidak disebabkan oleh konsumsi alkohol, melainkan disebabkan oleh gangguan metabolisme pada organ hati, seperti obesitas, resistensi insulin, hiperlipidemia, dan hipertensi.
Body Mass Index (BMI), umur, dan kadar ferritin yang tinggi juga dapat mempengaruhi eksistensi dari penyakit ini. [3]
Berdasarkan studi literatur, tingkat keparahan penyakit perlemakan hati dikategorikan ke dalam beberapa tingkatan sebagai berikut: [8]
Tingkat | Ciri-ciri |
Tingkat 1 (Ringan) | Steatosis mencapai 66%, Terdapat ballooning (pembengkakkan) pada daerah 3 (perivena), terjadi inflamasi intralobular. Tidak ada inflamasi portal. |
Tingkat 2 (Sedang) | Terjadi steatosis, ballooning jelas dan dominan pada zona 3, inflamasi intralobular kronis, inflamasi portal ringan / sedang. |
Tingkat 3 (Parah) | Steatosis panacinar, ballooning tidak beraturan, inflamasi intralobular kronis, inflamasi portal sedang. |
Pada umumnya perlemakan hati merupakan “silent-disease” yang hampir tidak memiliki gejala yang signifikan. Namun jika anda memiliki keluhan seperti: [9]
Maka segera periksakan ke dokter, agar mendapatkan diagnosa yang tepat.
Perlemakan hati dapat berasosisasi dengan beberapa penyakit berbahaya terkait organ hati seperti, kanker hati, fibrosis, dan sirosis hati (cirrhosis).
Saat pasien mengidap perlemakan hati, maka akan terdapat banyak molekul pro-inflamasi yang dihasilkan oleh jaringan adiposa pada area visceral seperti tumor necrotic factor (TNF) yang berperan untuk memicu fibrosis. [4]
50% pasien AFLD dilaporkan mengidap steatotis, dimana 10-35% pasien steatotis dikarenakan AFLD berlanjut ke steatohepatitis, dan 10-15% dari penyakit tersebut berkembang menuju fase yang lebih parah, yaitu sirosis hati. [6]
Pasien dengan penyakit hati kronis yang disebabkan oleh perlemakan hati, juga memiliki kemungkinan untuk terinfeksi oleh virus hepatitis A dan B. Jika terjadi, maka potensi pasien mengalami disregulasi organ hati akan meningkat. [9]
Pada umumnya dokter akan menanyakan riwayat pasien dimulai dari riwayat konsumsi alkohol, riwayat penyakit hepatitis, riwayat penyakit berisiko seperti diabetes, hipertensi, dan hiperlipidemia. Setelah itu, dokter juga dapat melakukan beberapa tes laboratorium seperti: [4]
Metode ultrasonography lebih dipilih oleh pasien karena dinilai sebagai metode non-invasif dengan tingkat sensitivitas 85% dan spesifisitas 94% dalam deteksi perlemakan hati. Namun, metode ini tidak selalu bisa mendeteksi perlemakan hati secara akurat pada pasien NAFLD.
Metode ini juga tergolong non-invasif dan memiliki presisi yang tinggi dalam menghitung steatosis serta memetakan lemak pada organ hati sehingga sangat baik dalam mendiagnosis penyakit perlemakan hati. Namun, harga yang ditawarkan metode deteksi ini tergolong tinggi.
Biopsi adalah metode pengambilan jaringan pasien untuk diobservasi dengan magnifikasi dari mikroskop. Metode ini tergolong invasif, tetapi sangat dibutuhkan saat kondisi pasien sudah didiagnosis NAFLD, namun dokter belum bisa menyimpulkan risiko fibrosis dan tingkat keparahan NAFLD yang dialami pasien.
Berdasarkan hasil biopsi tim medis akan melakukan penilaian berdasarkan beberapa indikator seperti steatosis, ballooning, dan inflamasi lobular.
Hingga saat ini belum ada obat yang secara spesifik bekerja untuk menyembuhkan perlemakan hati. Pengobatan perlemakan hati disesuaikan oleh faktor spesifik penyebab kemunculan penyakit pada pasien; [4]
Faktor Penyebab | Pengobatan |
Obesitas | Penurunan berat badan dan konsumsi gula sederhana dan kalori tinggi. |
Resistensi insulin | Stimulasi gaya hidup sehat dan pengobatan dengan pioglitazone. |
Hiperlipidemia | Pengobatan dengan statin akan menurunkan lipid dalam darah dan memperbaiki fibrosis pada organ hati. |
Pasien yang mengidap perlemakan hati dianjurkan untuk menghindari gula dan kalori tinggi karena saat tidak digunakan oleh tubuh, maka gula akan diubah menjadi lemak pada jaringan adiposa dan dapat berakumulasi dalam hati dan memicu perlemakan hati. [4]
Konsumsi asam lemak omega-3 diketahui dapat berfungsi secara efektif untuk mengurangi akumulasi lemak pada organ hati pasien NAFLD. [4]
Perlamakan hati terjadi karena adanya akumulasi lemak berlebih pada tubuh, oleh karenanya penyakit ini dapat dicegah dengan mengurangi lemak yang tidak dibutuhkan tubuh dengan cara: [4] [9]
1. Jin Gao-Fan. 2013. National Center for Biotechnology Information, U.S National Library of Medicine, National Institutes of Health. Epidemiology of alcoholic and nonalcoholic fatty liver disease in China.
2. Dan Chen, Jie Guan, Xiang Xie, Wei-Yun Zhao, Palida Abulati, Yu Wang, Zhi-Qing Cheng, Jing Zhang, Ying Gao. 2015. Jin Gao-Fan. 2013. National Center for Biotechnology Information, U.S National Library of Medicine, National Institutes of Health. The prevalence and adverse profiles of fatty liver disease among different ethnic public servants in Urumqi of Xinjiang Uygur Autonomous Region in China
3. Emad A Rakha, Louise Adamson, Emily Bell, Keith Neal, Stephen D Ryder, Philip V Kaye, Guruprasad P Aithal. 2010. National Center for Biotechnology Information, U.S National Library of Medicine, National Institutes of Health. Portal inflammation is associated with advanced histological changes in alcoholic and non-alcoholic fatty liver disease.
4. Umair Iqbal, Brandon J. Perumpail, Daud Akhtar, Donghee Kim, Aijaz Ahmed. 2019. National Center for Biotechnology Information, U.S National Library of Medicine, National Institutes of Health. The epidemiology, risk profiling, diagnostic challenges of nonalcoholic fatty liver disease.
5. Jen-Jeung Pan, Michael B Fallon. 2014. National Center for Biotechnology Information, U.S National Library of Medicine, National Institutes of Health. Gender and racial differences in nonalcoholic fatty liver disease.
6. Shane J. Mills, Stephen A. Harrison. 2005. National Center for Biotechnology Information, U.S National Library of Medicine, National Institutes of Health. Comparison of the natural history of alcoholic and nonalcoholic fatty liver disease.
7. Svanhildur Haflidadottir, Jon G Jonasson, Helga Norland, Sylvia O Einarsdottir, David E Kleiner, Sigrun H Lund, Einar S Björnsson. 2014. National Center for Biotechnology Information, U.S National Library of Medicine, National Institutes of Health. Long term follow-up and liver-related death rate in patients with non-alcoholic and alcoholic related fatty liver disease.
8. Yoshihisa Takahashi, Toshio Fukusato. 2014. National Center for Biotechnology Information, U.S National Library of Medicine, National Institutes of Health. Histopathology of nonalcoholic fatty liver disease/nonalcoholic steatohepatitis.
9. Anonim. 2017. MedlinePlus. Fatty Liver Disease