Daftar isi
Sambiloto merupakan tanaman asli Asia Selatan lebih tepatnya dari Sri Lanka dan India. Daun serta batang dari tumbuhan ini dapat diolah dan digunakan menjadi obat [1].
Sambiloto dikenal memiliki banyak manfaat untuk kesehatan manusia seperti, mencegah dan mengobati influenza dan dapat menghentikan epidemi flu 1919 di India [1].
Kegunaan lain dari sambiloto ialan dapat mengobati gigitan ular dan serangga, mengatasi hilangnya nafsu makan, masalah ginjat, wasir, dan demam Meterranean [1].
Tumbuhan ini dikenal memiliki agen yang dapat membunuh bakteri, sebagai obat penghilang rasa sakit, peredam demam, dan juga untuk menghilangkan cacing dalam perut [1].
Beberapa produsen juga menawarkan sambiloto yang ditambah dengan bahan aktif yang disebut andrographolide. Namun, harus diwaspadai untuk penggunaan berlebihan [1].
Berikut adalah beberapa fakta menarik tentang sambiloto yang mungkin belum kita tahu [22] :
Salah satu bagian yang dapat diolah dari tumbuhan ini adalah bagian daun tumbuhan. Diketahui bahwa daun sambiloto mengandung karbohidrat dan mineral yang cukup tinggi.
Tabel dibawah ini merupakan kandungan dari 100 gram daun sambiloto [2, 3] :
Kandungan Gizi | Jumlah | Unit |
---|---|---|
Total Karbohidrat | 16.8 | gram |
Kandungan Mineral | 250,13 | miligram |
Natrium | 152,5 | miligram |
Kalsium | 318,62 | miligram |
Magnesium | 7, 68 | miligram |
Protein | 1 | gram |
Vitamin C | 45,01 | miligram |
Kelebihan dari kandungan gizi daun sambiloto :
Sambiloto memiliki manfaat yang banyak untuk tubuh manusia. Kebanyakan mengolah daun sambiloto menjadi bentuk obat kapsul yang mudah dikonsumsi [4].
Namun dikonsumsi dalam bentuk apapun tidak mengurangi manfaat dari sambiloto. Berikut adalah manfaat sambiloto untuk kesehatan manusia :
Sambiloto mengandung zat antikanker dan imunomodulator [5].
Hasil penelitian dari ekstrak metanol yang ada pada sambiloto yang difraksinasi menjadi diklorometana, petroleumeter dan ekstrak air dan disaring dapat digunakan untuk bioaktivitas [5].
Ekstrak metanol tersebut mampu mempertahankan senyawa aktif yang berkontribusi untuk aktivitas antikanker dan imunostimulan [5].
Ekstrak sambiloto memiliki sifat antioksidan yang berperan sebagai pengumpul radikal bebas [5].
Ekstrak tersebut juga mengganggu pembentukan sel kanker yang disebabkan karena stres oksidatif [5].
Selain itu, ekstrak sambiloto juga mengatur epigenetik dan genetik yang menghasilkan efek kemoprotektif, atau pelindung dari sel kanker [5].
Dengan kandungan sejumlah itu, telah dibuktikan bahwa sambiloto mampu mencegah tumbuhnya sel kanker yang ada pada tubuh [5].
Sambiloto memiliki kandungan air dan tingkat kelembapan yang tinggi [6].
Beberapa studi yang menggunakan ekstrak sambiloto dilakukan pada berbagai infeksi saluran pernapasan [6].
Hasilnya, sambiloto memiliki sifat antikanker, antidiabetik, hepaprotektif, dan anti-inflamasi [6].
Hal ini berefek pada kekebalan tubuh yang bertambah, sehingga durasi dari gejala sakit pernapasan seperti, radang tenggorokan, demam, batuk, flu, dan ISPA bisa berkurang [7].
Konsumsi Sambiloto secara efektif juga mampu mengurangi rasa sakit. Hal ini disebabkan karena sambiloto memiliki sifatanti-inflamasi [8].
Sifat tersebut yang bekerja untuk mengurangi peradangan dan rasa sakit yang timbul dalam tubuh. Dalam beberapa kasus, konsumsi Sambiloto juga mampu mengurangi rematik [8].
Dalam beberapa studi, penggunaan sambiloto secara berkala juga mampu mengurangi rasa letih [9].
Beberapa kasus juga menunjukkan, pasien yang sedang mendapatkan pengobatan beta interferon mengalami penurunan rasa letih setelah konsumsi sambiloto secara berkala [9].
Namun, tetap diperlukan penelitian lebih lanjut melihat keefektifitasan sambiloto pada pasien yang mengalami kelelahan biasa [9].
Beberapa penelitian menunjukkan, parasit malaria dapat dinetralkan secara efektif dengan kombinasi tanaman herbal [10].
Kombinasi sambiloto bersama rumput mutiara (Hedyotis corymbosa) yang dipadukan dengan curcumin menghasilkan ekstrak tersendiri [10].
Ekstrak herbal itulah yang nantinya mampu menghasilkan aktivitas anti malaria [10].
Diabetes adalah salah satu dari penyakit yang umum di dunia. Diabetes juga menjadi penyakit yang riwayatnya beresiko menurun. Meski begitu, banyak kasus pasien yang telah sembuh dari diabetes [11].
Dalam beberapa studi, ekstrak sambiloto adalah salah satu dari beberapa tanaman yang teruji mampu mengurangi kadar gula dalam tubuh [11].
Pengurangan kadar gula tersebut disebabkan oleh peningkatan penyerapan glukosa dalam sel-sel lemak [11].
Studi tersebut juga menunjukkan bahwa ekstrak sambiloto membantu mengelola diabetes tipe 2, penambahan berat badan, hipertensi, dan penekanan kekebalan tubuh [11].
Histamin adalah suatu senyawa amina nitrogen organik yang terdapat dalam tubuh. Histamin berperan membantu sistem kekebalan tubuh untuk melawan infeksi dan alergi [12].
Histamin dapat membantu proses pencernaan manusia dengan menghancurkan makanan dan memiliki fungsi untuk meneruskan pesan ke otak dari seluruh tubuh [12].
Dalam beberapa studi, ditunjukkan bahwa kandungan yang terdapat dalam ekstrak sambiloto mampu meningkatkan jumlah sel dan berat dari PLN [12].
Sel itulah yang nantinya mampu menyeimbangkan histamin agar berperan lebih efektif [12].
Dalam beberapa studi, ekstrak sambiloto mampu mencegah infeksi dan peradangan [13].
Ekstrak tersebut memiliki sifat antiinflamasi, antioksidan, antimikroba, antikanker, antihiperglikemik, hepatoprotektif, dan antihipoglikemik [13].
Kehadiran andrografolida mengurangi gejala flu biasa, sinusitis, gejala HIV, dan artritis reumatoid [13].
Beberapa peneliti percaya bahwa ekstrak sambiloto juga dapat digunakan untuk pengobatan kanker serta peradangan dalam waktu dekat [13].
Makhluk hidup terutama manusia sangat penting untuk mendapatkan antioksidan di dalam tubuhnya [15].
Manfaat yang diperoleh dari tumbuhan atau buah-buahan herbal sebagian besar diberikan oleh kandungan anti-oksidan di dalamnya [16].
Pada dasarnya, tubuh manusia dapat menghasilkan antioksidan sendiri, seperti contohnya adalah antioksidan seluler glutathione [15].
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, sambiloto dapat membantu manusia dalam mengobati gangguan kesehatan, seperti diare akut, infeksi pernapasan, peradangan kulit, dan penyembuhan luka [17].
Namun, penelitian ini perlu dilakukan lebih lanjut agar lebih mengetahui sifat-sifat senyawa bioaktif yang terisolasi [17].
Inflamasi atau yang sering disebut sebagai peradangan dapat terjadi pada semua orang. Peradangan diciptakan oleh sistem kekebalan tubuh untuk melindungi tubuh manusia dari infeksi, cedera, atau penyakit [18].
Namun, terkadang peradangan dapat menyerang sel-sel sehat dalam tubuh manusia, seperti peradangan sendi dan peradangan usus [18].
Diketahui bahwa ekstrak sambiloto menunjukkan bahwa senyawa andrografolida memiliki sifat anti-inflamasi. Sehingga ekstrak ini dapat dimanfaatkan untuk mengobati peradangan pada tubuh manusia [19].
Antimikroba merupakan sebuah senyawa yang digunakan untuk membunuh dan memperlambat penyebaran bermacam-macam mikroorganisme [20].
Di Amerika Serikat antimikroba dapat digunakan secara legal sebagai pestisida dan obat/antiseptik. Sebagai antiseptik, antimikroba digunakan untuk mengobati atau mencegah penyakit pada manusia [20].
Dari sebuah studi tentang sambiloto, diketahui bahwa sambiloto memiliki sifat antimikroba yang dapat membantu untuk mengelola mikroba dengan menurunkan pH larutan pengawet [21].
Lebih tepatnya, ekstrak dari daun sambiloto yang beperan sebagai biosida untuk dapat mengelola mikroba [21].
Konsumsi Sambiloto yang berlebihan mampu mengakibatkan munculnya sakit kepala [29].
Beberapa kasus menunjukkan bahwa orang yang mengkonsumsi sambiloto dengan jumlah lebih dari cukup membuat pengguna merasakan sakit kepala [29].
Selain itu, reaksi yang ditimbulkan adalah rasa mual dan lemas pada tubuh [29].
Di beberapa kasus, konsumsi sambiloto yang tidak sesuai anjuran juga menimbulkan reaksi nyeri pada sistem pencernaan. Keluhan yang ditimbulkan bisa berupa rasa mual dan diare pada tubuh [25, 26].
Beberapa orang memiliki sistem kekebalan tubuh reaktif terhadap suatu benda, itulah yang disebut sebagai alergi [27].
Ketahanan tubuh setiap orang berbeda – beda. Ketahanan alergi sendiri bergantung pada histamin [28].
Beberapa orang memiliki sistem kekebalan tubuh yang melihat sambiloto sebagai benda asing sehingga menimbulkan reaksi alergi [28].
Sebuah penelitian yang melibatkan pasien HIV, menunjukkan bahwa terjadi toksisitas terkait dosis (5-10 mg/kg) penggunaan seperti sakit kepala, kelelahan, ruam, mual, diare, pruritus, dan alergi [24].
Penelitian terganggun di tengah jalan karena efek samping yaitu reaksi anafilaksis pada salah satu pasien HIV [24].
Sama halnya dengan tanaman herbal lainnya, penyimpanan sambiloto perlu diperhatikan dengan baik.
Hal ini ditujukan agar durasi penyimpanan sambiloto lebih lama dan tidak mengurangi keefektifan dan manfaat dari tanaman itu sendiri.
Berikut beberapa cara yang baik dan benar untuk menyimpan sambiloto [14] :
Berikut beberapa tips dan informasi ketika ingin mengkonsumsi olahan dengan bahan sambiloto [23] :
1. Anonim. Andrographis. Rxlist; 2019.
2. Vinita Puranik, Durgesh K Tripathi, Degvender Kaur & Devendra Kumar Chauhan. Nutritional evaluation of leaves of Boerhaavia diffusa l. and Andrographis paniculata (burm.f.)Wall. ex nees: implications for nutraceautical applications. Research Gate; 2012.
3. A L Yusuf, Y M Goh, A A Samsudin, A R Alimon & A Q Sazili. Growth Performance, Carcass Characteristics and Meat Yield of Boer Goats Fed Diets Containing Leaves or Whole Parts of Andrographis paniculata. PubMed Central; 2014.
4. Subhasis Das, N. Gautam, Sankar Kumar Dey, Tarasankar Maiti & Somenath Roy. Oxidative stress in the brain of nicotine-induced toxicity: protective role of Andrographis paniculata Nees and vitamin E. Nrcsearchpress; 2009.
5. Nawal Al-Henhena, Rozaida Poh Yuen Ying, Salmah Ismail, Wala Najm, Shaden A M Khalifa, Hesham El-Seedi & Mahmood Ameen Abdulla. Chemopreventive Efficacy of Andrographis paniculata on Azoxymethane-Induced Aberrant Colon Crypt Foci In Vivo. PubMed Central; 2014.
6. Md Sanower Hossain, Zannat Urbi, Abubakar Sule & K M Hafizur Rahman. Andrographis paniculata (Burm. f.) Wall. ex Nees: A Review of Ethnobotany, Phytochemistry, and Pharmacology. PubMed Central; 2014.
7. Idha Kusumawati, Riesta Primaharinastiti & Helmy Yusuf. Campuran Ekstrak Herbal Mengandung Pegagan (Centella asiatica), Sambiloto (Andrographis paniculata) dan Mengkudu (Morinda citrifolia) Sebagai Antituberculosis. Repository Unair; 2019.
8. R A Burgos, J L Hancke, J C Bertoglio, V Aguirre, S Arriagada, M Calvo & D D Cáceres. Efficacy of an Andrographis paniculata composition for the relief of rheumatoid arthritis symptoms: a prospective randomized placebo-controlled trial. SpringerLink; 2009.
9. J C Bertoglio, M Baumgartner, R Palma, E Ciampi, C Carcamo, D D Cáceres, G Acosta-Jamett, J L Hancke & R A Burgos. Andrographis paniculata decreases fatigue in patients with relapsing-remitting multiple sclerosis: a 12-month double-blind placebo-controlled pilot study. PubMed Central; 2016.
10. Kirti Mishra, Aditya P Dash, Bijay K Swain & Nrisingha Dey. Anti-malarial activities of Andrographis paniculata and Hedyotis corymbosa extracts and their combination with curcumin. PubMed Central; 2009.
11. Vandana Gulati, Pankaj Gulati, Ian H Harding & Enzo A Palombo. Exploring the anti-diabetic potential of Australian Aboriginal and Indian Ayurvedic plant extracts using cell-based assays. Bmc Complementary Medicine and Therapies; 2015.
12. Xuguang Hu, Ya Wen, Shasha Liu, Jiabo Luo, Xiaomei Tan, Zhiheng Li, Xinhua Lu & Xiaoying Long. Evaluation of the anaphylactoid potential of Andrographis paniculata extracts using the popliteal lymph node assay and P815 cell degranulation in vitro. PubMed Central; 2015.
13. Thanasekaran Jayakumar, Cheng-Ying Hsieh, Jie-Jen Lee & Joen-Rong Sheu. Experimental and Clinical Pharmacology of Andrographis paniculata and Its Major Bioactive Phytoconstituent Andrographolide. PubMed Central; 2013.
14. M Rajani, N Shrivastava & M N Ravishankara. A rapid method for isolation of andrographolide from andrographis paniculata nees (kalmegh). Taylor & Francis; 2000.
15. Atli Arnarson. Antioxidants Explained in Simple Terms. Healthline; 2019.
16. Lars O Dragsted, Anette Pedersen, Albin Hermetter, Samar Basu, Max Hansen, Gitte R Haren, Morten Kall, Vibeke Breinholt, Jacqueline J M Castenmiller, Jan Stagsted, Jette Jakobsen, Leif Skibsted, Salka E Rasmussen, Steffen Loft & Brittmarie Sandström. The 6-a-day study: effects of fruit and vegetables on markers of oxidative stress and antioxidative defense in healthy nonsmokers. Silverchair Information Systems; 2004.
17. Mohmmed Arifullah, Nima Dandu Namsa, Manabendra Mandal, Kishore Kumar Chiruvella, Paritala Vikrama & Ghanta Rama Gopal. Evaluation of anti-bacterial and anti-oxidant potential of andrographolide and echiodinin isolated from callus culture of Andrographis paniculata Nees. PubMed Central; 2013.
18. Jamie Elmer. Inflammation: What You Need to Know. Healthline; 2018.
19. Mitchell Low, Cheang S Khoo, Gerald Münch, Suresh Govindaraghavan & Nikolaus J Sucher. An in vitro study of anti-inflammatory activity of standardised Andrographis paniculata extracts and pure andrographolide. PubMed Central; 2015.
20. Anonim. Antimicrobials. Nationa Pesticide Information Center; 2020.
21. M M Rahman, S H Ahmad, M T M Mohamed & M Z Ab Rahman. Antimicrobial Compounds from Leaf Extracts of Jatropha curcas, Psidium guajava, and Andrographis paniculata. PubMed Central; 2014.
22. Anonim. King of Bitters-Andrographis paniculata. Health Benefits times; 2020.
23. Ana Aleksic. Andrographis Paniculata Benefits + Dosage, Side Effects. Selfhacked; 2020.
24. C Calabrese, S H Berman, J G Babish, X Ma, L Shinto, M Dorr, K Wells, C A Wenner & L J Standish. A phase I trial of andrographolide in HIV positive patients and normal volunteers. Wiley; 2000.
25. Saranya Panneerselvam & Geetha Arumugam. A biochemical study on the gastroprotective effect of hydroalcoholic extract of Andrographis paniculata in rats. PubMed Central; 2011.
26. Abhishek Niranjan, S K Tewari & Alok Lehri. Biological activities of Kalmegh (Andrographis paniculata Nees). Niscair Online Periodicals Repository; 2010.
27. Jitka Pokladnikova, Ronald H. B. Meyboom, Ricarda Meincke, David Niedrig & Stefan Russmann. Allergy-Like Immediate Reactions with Herbal Medicines: A Retrospective Study Using Data from VigiBase®. Springer Link; 2016.
28. P P Gupta, J S Tandon & G K Patnaik. Antiallergic Activity of Andrographolides Isolated from Andrographis Paniculata (Burm. F) Wall. Taylor & Francis Online; 2008.
29. Rosaria Greco, Francesca Siani, Chiara Demartini, Annamaria Zanaboni, Giuseppe Nappi, Sergio Davinelli, Giovanni Scapagnini & Cristina Tassorelli. Andrographis Paniculata shows anti-nociceptive effects in an animal model of sensory hypersensitivity associated with migraine. PubMed Central; 2016.