Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Sindroma Guillain-Barré atau yang biasa disingkat GBS (Guillain-Barré Syndrome) adalah suatu kelainan saraf dimana sistem imun tubuh akan menyerang saraf tubuh itu sendiri (autoimun). GBS dapat bervariasi
Daftar isi
Sindrom Guillain-Barre adalah penyakit autoimun langka yang sangat jarang terjadi. Akan tetapi, penyakit ini bisa menjadi penyakit yang serius dan menyerang sistem saraf tepi pada manusia. Bahkan, sindrom Guillain-Barre ini bisa mengakibatkan kelumpuhan yang diawali dengan kelemahan, kesemutan, dan mati rasa. [1, 2]
Kelumpuhan yang terjadi pada penderita sindrom Guillain-Barre bisa berlangsung selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Kondisi tersebut biasanya terjadi setelah penderita mengalami infeksi virus ringan, seperti flu atau gastroenteritis (penyakit lambung). Tak jarang juga, sindrom Guillain-Barre muncul setelah adanya infeksi bakteri pada penderita. [3]
Karena penyakit ini langka, menurut laporan National Institute of Neurological Disorders and Stroke, sindrom Guillain-Barre menyerang 1 dari 100.000 orang di Amerika Serikat. Sindrom Guillain-Barre bisa menyerang segala jenis kelamin dan usia. Akan tetapi, penyakit ini lebih sering terjadi pada orang tua dan pria. [3, 4]
Sampai saat ini, belum ada obat medis yang secara pasti menyembuhkan sindrom Guillain-Barre. Namun, sindrom Guillain-Barre bisa dikurangi keparahannya dengan penderita melakukan pengobatan rutin ke rumah sakit. [4]
Sindrom Guillain-Barre juga memiliki berbagai jenis bentuk dan beberapa di antaranya juga sering dialami oleh manusia pada umumnya. Sistem saraf yang diserang pun juga bermacam-macam tergantung jenis sindrom Guillain-Barre yang diderita. [5]
Secara sederhana, sindrom Guillain-Barre terjadi ketika sistem kekebalan menyerang selubung mielin yang ada pada saraf tepi. Rusaknya selubung mielin membuat saraf tepi tidak dapat lagi mengirimkan informasi ke sumsum tulang belakang dan otak. Selain itu, otak dan sumsum tulang belakang juga tidak dapat lagi mengirim sinyal ke tubuh penderita. [3]
Kondisi tersebut memicu munculnya rasa kesemutan dan kelemahan pada otot penderita yang bisa berujung kelumpuhan. Biasanya, sensasi kesemutan dan kelemahan akan mulai terasa pada kaki dan tungkai. Hal itu dikarenakan saraf yang menuju bagian bawah tubuh lebih panjang dan lebih mudah terpengarug sindrom Guillain-Barre. [3]
Kondisi sindrom Guillain-Barre ini merupakan kondisi darura yang harus segera ditangani segera. Hal tersebut dikarenakan untuk mengurangi risiko kelumpuhan yang parah akibat terganggunya saraf tepi penderita. [5]
Ada beberapa fakta yang bisa kamu ketahui soal penyakit sindrom Guillain-Barre, yaitu: [3, 4 ,5]
Secara umum, penyebab pasti dari sindrom Guillain-Barre belum diketahui oleh para tenaga medis. Akan tetapi, dua pertiga dari seluruh kasus Guillain-Barre disebut terjadi setelah penderita mengalami sakit diare dan infeksi saluran pernapasan. Sementara itu, kasus yang lebih sedikit menunjukkan kalau Guillain-Barre operasi, infeksi lain, dan vaksinasi. [1, 3]
Beberapa dokter mempercayai kalau infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri dapat membuat sistem imun salah mengenali saraf perifer. Saraf perifer atau saraf tepi tidak kembali dikenali sebagai anggota tubuh, sehingga sistem imun akan menyerang mielin dan akson yang ada di sana. [3]
Campylobacter juga sering disebut menjadi bakal dari sindrom Guillain-Barre. Bakteri yang satu ini merupakan bakteri penyebab diare dan paling sering ditemukan pada makanan setengah matang, terutama olahan daging unggas. [6]
Selain infeksi Campylobacter, beberapa infeksi seperti di bawah ini juga dikaitkan dengan kemunculan kasus sindrom Guillain-Barre, seperti: [3, 4]
Penyakit yang disebabkan oleh virus Zika pun juga dituding menjadi penyebab munculnya kasus sindrom Guillain-Barre. Hal tersebut didasarkan temuan pada 2013 dan 2014 yang menunjukkan peningkatan kasus sindrom Guillain-Barre selama empat hingga lima tahun selama wabah Zika di Kepulauan Polinesia, Prancis. [7]
Selain itu, ada beberapa kasus sindrom Gullain-Barre yang disebabkan usai penderita melakukan vaksinasi. Akan tetapi, Center for Disease Control and Prevention (CDC) menyebut kalau infeksi virus lebih banyak menyebabkan sindrom Guillain-Barre dibandingkan dengan vaksinasi. [1]
Seperti yang sudah disampaikan pada poin sebelumnya, sindrom Guillain-Barre terjadi karena sistem imun menyerang sistem saraf tepi pada manusia. Kondisi tersebut bisa membuat kelumpuhan yang diawali dengan kesemutan dan kelemahan. [4]
Biasanya, kesemutan dan kelemahan akan mulai dirasakan pada jar-jari kaki, kaki, dan tungkai. Nantinya, rasa kesemutan dan kelemahan tersebut akan menjalar ke lengan dan jari Anda. Bahkan, ada beberapa penderita yang menderita kesemutan pada bagian wajah atau leher. [5]
Jika dirinci secara lebih detail, gejala sindrom Guillain-Barre meliputi: [3, 4]
Pada beberapa kasus Guillain-Barre, penderita bisa mengalami gejala tersebut menjadi lebih serius hanya dalam waktu beberapa jam. Penderita disarankan langsung dibawa ke rumah sakit setelah mengalami gejala-gejala tersebut untuk mengurangi tingkat keparahannya. [3]
Sindrom Guillain-Barre rupanya memiliki beberapa jenis bentuk, tergantung pada bagian mana kesemutan dan kelumpuhan terjadi. Bahkan, berbagai jenis dari sindrom Guillain-Barre ini sendiri meliputi wilayah tertentu. Berikut tiga jenis dari sindrom Guillain-Barre: [8]
Sindrom Guillain-Barre jenis ini biasanya terjadi di Amerika Serikat. Pada jenis ini, kelemahan dan kesemutan dimulai dari bagian bawah tubuh yang secara bertahap menjalar sedikit demi sedikit naik ke bagian tubuh lainnya.
Guillain-Barre jenis ini lebih umum terjadi di wilayah Asia. Pada jenis ini, kelumpuhan sering terjadi pada bagian mata terlebih dulu. Setelah itu, penderita juga akan mengalami kesulitan berjalan dalam tahap lebih lanjut.
Sindrom Guillain-Barre jenis ini biasanya lebih umum terjadi di Jepang, Cina, dan Meksiko. Guillain-Barre jenis ini biasanya menyerang saraf sensorik dan saraf motorik.
Sindrom Guillain-Barre mampu membuat seseorang mengalami kelemahan dan kelumpuhan pada banyak bagian tubuhnya. Oleh karena itu, kondisi tersebut bisa menyebabkan berbagai komplikasi yang bisa jadi bertahan lama. [4]
Beberapa komplikasi yang bisa saja terjadi saat menderita sindrom Guillain Barre, antara lain: [4, 5]
Selain menyebabkan beberapa komplikasi yang bisa terjadi dalam jangka waktu pendek, sindrom Gullain-Barre juga bisa menyebabkan masalah lain, seperti masalah psikologis dikarenakan kesulitan menerima kondisi kelumpuhan yang terjadi secara tiba-tiba. [4]
Selain itu, sekitar 3 persen dari orang yang pernah terkena Guillain-Barre akan mengalami kekambuhan gejala dari yang pernah mereka alami, seperti kesemutan dan kelemahan. Bahkan, kekambuhan tersebut bisa saja terjadi setelah lewat bertahun-tahun dari kejadian aslinya. [4]
Sindrom Guillain-Barre biasanya akan sulit untuk didiagnosis pada awal pemeriksaannya. Hal tersebut dikarenakan gejala yang muncul pada sindrom Guillain-Barre sangat mirip dengan masalah saraf selainnya, seperti botulisme, meningitis, atau keracunan logam berat (timbal, merkuri, arsen). [4]
Biasanya, dokter akan menanyakan mengenai kondisi spesifik dari penderita, termasuk riwayat kesehatan dan gejala yang dirasakan oleh penderita. Selain itu, dokter juga akan memeriksa apakah kelemahan terjadi di kedua sisi tubuh. Biasanya, penderita sindrom Guillain-Barre akan mengalami hal tersebut. [3, 4]
Setelah melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan soal gejala yang dialami oleh penderita, dokter biasanya akan melakukan beberapa tes seperti berikut: [5]
Uji konduksi saraf dilakukan dengan menempelkan elektroda ke kulit. Nantinya, kecepatan konduksi sinyal saraf akan diuji dengan memberikan kejutan kecil di sepanjang saraf melalui kulit. Bagi penderita sindrom Guillan-Barre, sinyal akan berjalan lebih lambat di sepanjang saraf.
Elektromiografi menggunakan elektroda tipis berbentuk jarum untuk membaca aktivitas listrik dari otot. Nantinya, dokter bisa mengetahui apakah kelemahan otot penderita disebabkan oleh kerusakan saraf atau kerusakan otot.
Dalam uji ini, dokter akan mengambil sampel cairan serebrospinal (CSF) dari saluran tulang belakang untuk diuji di laboratorium. Bagi penderita sindrom Guillain-Barre, protein biasanya lebih banyak terkandung dalam cairan serebrospinal mereka.
Sebenarnya, tidak ada obat tertentu untuk mengobati sindrom Guillain-Barre. Perawatan yang diberikan kepada penderita sindrom Guillain-Barre hanya digunakan untuk meringankan gejala yang dialami oleh penderita tersebut. [5]
Ada dua jenis pengobatan yang bisa digunakan oleh penderita sindrom Guillain-Barre untuk meningkatkan percepatan pemulihan, yakni: [5]
Terapi ini dilakukan dengan cara menyuntikkan antibodi yang normal dan sehat pada diri penderita dari donor. Nantinya, antiboci yang normal ini akan membantu memblokir antibodi yang menyebabkan Guillain-Barre.
Terapi ini menggunakan mesin dengan cara memisahkan antibodi dari darah penderita. Nantinya, darah akan dikeluarkan dari tubuh dan akan dimasukkan ke dalam mesin untuk dipisahkan dari antibodi yang mengakibatkan Guillain-Barre. Jika sudah selesai, darah akan kembali dimasukkan ke dalam tubuh dan antibodi normal akan diproduksi kembali.
Kedua terapi tersebut dipercaya memiliki tingkat efektivitas yang tinggi untuk mengatasi Guillain-Barre. Akan tetapi, keduanya tidak bisa digabung untuk menambah percepatan pemulihan penderita Guillain-Barre. [5]
Tidak ada cara khusus untuk mencegah terjadinya sindrom Guillain-Barre. Akan tetapi, karena sindrom Guillain-Barre diduga disebabkan setelah mengalami infeksi virus flu dan gangguan lambung atau diare, menjaga pola hidup sehat sangat disarankan. [3, 4]
Disarankan untuk tidak sembarangan mengonsumsi makanan yang berpotensi mengandung Campylobacter jejuni yang juga memicu sindrom Guillain-Barre. Selain itu, mengonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran untuk menjaga daya tahan tubuh sehingga tidak mudah terkena flu. Jika merasakan gejala yang aneh bisa segera ke dokter untuk melakukan pencegahan lebih dini. [3, 4]
1. Anonim. Guillain-Barré Syndrome and Vaccines. Centers for Disease Control and Prevention; 2020.
2. Anonim. Gullain-Barre Syndrome. MedlinePlus; 2021.
3. Tim Newman, Stacy Sampson, D.O. Guillain-Barré Syndrome: How Could It Affect Me?. Medical News Today; 2017.
4. Jacquelyn Cafasso, Deborah Weatherspoon, Ph.D.,R.N.,CRNA. Guillain-Barre Syndrome. Healthline; 2019.
5. Mayo Clinic Staff. Guillain-Barre Syndrome. Mayo Clinic; 2020.
6. Anonim. Campylobacter (Campylobacteriosis). Centers for Disease Control and Prevention; 2019.
7. Van-Mai Cao-Lormeau, Ph.D., Alexandre Blake, MD., Sandrine Mons, MSc., Stéphane Lastère, PharmD., Claudine Roche, MSc., Jessica Vanhomwegen, Ph.D., et al. Guillain-Barré Syndrome Outbreak Associated with Zika Virus Infection in French Polynesia: A Case-control Study. The Lancet, 387(10027), 1531-1539; 2016.
8. Mazen M. Dimachkie, M.D., Richard J. Barohn, M.D.,. Guillain-Barré Syndrome and variants. Neurology Clinics, 31(2), 491-510; 2014.