Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Sindrom Sjogren adalah gangguan sistem imun yang ditandai oleh dua gejala yang paling umum, adalah mata kering dan mulut kering. Kondisi ini seringkali disertai dengan oleh gangguan sistem imun lainnya,
Daftar isi
Sindrom Sjogren adalah sebuah kelainan sistem kekebalan tubuh di mana sistem imun ini menyerang kelenjar air mata atau kelenjar air liur secara keliru [1,2,3,4,6,8].
Dengan demikian, Sindrom Sjogren merupakan salah satu jenis penyakit autoimun yang ditandai dengan mulut dan mata kering [[1,2,3,4,6,8].
Umumnya, seseorang yang sudah lebih dulu memiliki kondisi penyakit Lupus dan/atau rheumatoid arthritis memiliki risiko lebih tinggi menderita sindrom Sjogren [1,3,4].
Tinjauan Sindrom Sjogren adalah sebuah gangguan autoimun di mana sistem kekebala menyerang kelenjar penghasil cairan (terutama kelenjar air liur, air mata dan keringat) sehingga menimbulkan gejala berupa mata dan mulut kering.
Penyebab sindrom Sjogren belum diketahui secara pasti, karena para ahli belum dapat menjelaskan alasan sistem imun dapat bekerja secara keliru.
Sistem imun seharusnya menyerang sel-sel jahat pada kelenjar penghasil cairan, namun pada kasus autoimun ini, justru sel-sel sehatlah yang terkena [1,2,3,4].
Kelainan genetik menjadi dugaan utama mengapa sindrom Sjogren bisa terjadi, bersama dengan infeksi yang memicu [1,4].
Infeksi virus atau bakteri mampu menjadi pemicu aktifnya kondisi sistem imun yang kacau tersebut [1,3,4].
Sindrom Sjogren adalah sebuah kondisi di mana sistem imun menyerang kelenjar penghasil cairan seperti kelenjar air mata, air liur, dan keringat [1,2,3,4].
Namun, beberapa organ tubuh lainnya dapat terganggu oleh kondisi ini, seperti [1,3] :
Beberapa faktor di bawah ini perlu dikenali sebagai peningkat risiko sindrom Sjogren :
Tinjauan Kelainan genetik diduga kuat menjadi penyebab sindrom Sjogren di mana kelainan gen ini akan teraktivitas ketika seseorang mengalami infeksi. Selain itu, faktor riwayat penyakit rheumatoid arthritis dan Lupus, faktor usia 40 tahun ke atas, dan faktor jenis kelamin perempuan adalah pemicu timbulnya sindrom ini.
Sindrom Sjogren dapat menimbulkan dua gejala utama, yakni mulut kering dan mata kering [1,2,3,4].
Pada mulut kering, penderita akan mengalami kesulitan bicara dan menelan [1,5].
Sedangkan pada gejala mata kering, sensasi panas dan gatal akan dirasakan pada mata [1,2,3,4].
Selain dua gejala utama tersebut, sejumlah gejala lain bisa turut menyertai, seperti [1,2,3,6] :
Tinjauan Kulit dan mata kering adalah tanda utama seseorang menderita sindrom Sjogren. Namun, beberapa keluhan umum lain dapat menyertai, seperti vagina kering, nyeri pada sendi, ruam kulit, batuk kering, dan kelelahan.
Gejala sindrom Sjogren sulit untuk didiagnosa karena antara penderita satu dengan penderita yang lain memiliki keluhan yang berbeda-beda [1,2].
Ada pula sejumlah gejala sindrom Sjogren yang memiliki kemiripan dengan sejumlah penyakit lainnya [2].
Beberapa efek samping dari sejumlah obat pun mampu menimbulkan gejala-gejala yang menyerupai keluhan pada sindrom Sjogren [1,3].
Untuk memastikan bahwa gejala yang dialami olah penderita merupakan kondisi sindrom Sjogren, beberapa metode diagnosa berikut ini dapat pasien tempuh :
Salah satu gejala sindrom Sjogren adalah mata kering, oleh karena itu dokter perlu mengukur tingkat kekeringan mata pasien [1,6].
Tes Schirmer merupakan metode pemeriksaan yang perlu ditempuh oleh pasien [1,3,6].
Pada prosedur tes ini, dokter akan menempelkan selembar kertas khusus di bagian bawah kelopak mata bawah [1,3,6].
Seberapa banyak produksi air mata dapat terdeteksi melalui metode pemeriksaan satu ini [1,3,6].
Dokter kemungkinan besar akan meminta pasien menempuh tes darah, yaitu untuk mengukur kadar sel-sel darah dalam tubuh [3,6].
Melalui tes darah, dokter dapat mengidentifikasi adanya kondisi inflamasi, keberadaan antibodi umum pada kasus sindrom Sjogren serta indikasi adanya gangguan ginjal maupun liver [3,6].
Biopsi bibir adalah sebuah prosedur di mana dokter mengambil sampel jaringan bibir untuk mendeteksi sel-sel yang mengalami inflamasi [1,3,6].
Biopsi juga dilakukan dengan mengambil jaringan kelenjar air liur dari bibir pasien kemudian dianalisa lebih jauh di bawah mikroskop [1,3,6].
Beberapa tes pemindaian berikut ini pun perlu pasien tempuh untuk mengetahui seberapa baik fungsi kelenjar air liur [3,6].
Tinjauan Pemeriksaan mata, tes darah, biopsi dan tes pemindaian adalah rangkaian metode diagnosa yang umumnya perlu pasien tempuh.
Penanganan kondisi sindrom Sjogren umumnya dapat dilakukan oleh pasien dengan menyesap air putih agar bibir tetap lembab dan menggunakan obat tetes mata lebih sering [1].
Namun pada sejumlah kasus, penderita tak cukup menggunakan kedua metode penanganan tadi karena gejala lain yang menyertai.
Untuk itu, pemberian obat-obatan dan rekomendasi prosedur bedah pun kemungkinan dokter berikan.
Pemberian obat-obatan biasanya didasarkan pada kondisi gejala yang dialami oleh pasien dan jenis obat yang umumnya mampu mengatasi gejala sindrom Sjogren adalah :
Bibir dan mulut yang kering karena kelenjar air liur yang tak bekerja semestinya mampu diatasi dengan cevimeline dan pilocarpine [1,3,6].
Kedua obat tersebut adalah golongan obat yang bermanfaat meningkatkan produksi air liur [1,3,6].
Obat ini juga berguna untuk meningkatkan produksi air mata pada sejumlah pasien sindrom Sjogren [3].
Hanya saja, konsultasikan dengan dokter mengenai efek samping obat-obat tersebut; waspadai efek berupa sering buang air kecil, nyeri pada perut, dan keringat berlebihan.
Obat-obatan dalam bentuk tetes mata seperti lifitegrast dan cyclosporine merupakan jenis obat pereda inflamasi pada mata yang umumnya dokter rekomendasikan [7].
Jika pasien memiliki kondisi mata kering dengan kondisi sedang hingga parah, kedua jenis obat tersebut mampu mengatasinya.
Jika pasien diketahui mengalami sejumlah gejala arthritis, maka dokter biasanya akan meresepkan obat anti-inflamasi nonsteroid sebagai pereda nyeri efek radang [6].
Jika pasien mengalami infeksi jamur, maka dokter akan meresepkan obat antijamur [1].
Kemungkinan bila diperlukan, dokter dapat meresepkan obat arthritis lainnya bila keluhan nyeri radang berkelanjutan.
Prosedur bedah yang dokter rekomendasikan untuk pasien sindrom Sjogren adalah prosedur bedah ringan [1].
Tujuan prosedur ini utamanya untuk menutup saluran air mata yang berfungsi sebagai pengalir air mata dari mata (punctal occlusion) [1].
Prosedur ini diketahui efektif dalam meredakan mata kering [1].
Selain itu, prosedur bedah juga meliputi sumbat kolagen atau silikon dengan cara memasukkannya ke saluran air mata [8].
Tujuan prosedur tersebut adalah untuk menjaga supaya air mata tidak mudah kering [8].
Selain dari beberapa tindakan medis di atas, pasien sindrom Sjogren pada dasarnya juga dapat menggunakan metode-metode mandiri untuk mengatasi gejala, seperti [1,2,3,6] :
Untuk menghindari gigi berlubang atau rusak, beberapa langkah perawatan gigi dan mulut di bawah ini dapat diterapkan [10,11] :
Apakah prognosis sindrom Sjogren tergolong baik?
Ya, prognosis sindrom Sjogren tergolong baik sebab penderita umumnya hanya mengalami gejala sebatas area mata dan mulut [9].
Meski mulut dan mata mengalami kekeringan, kesehatan tubuh penderita secara menyeluruh tidak terpengaruh oleh sindrom ini [9].
Tingkat harapan hidup bagi penderita sindrom Sjogren juga termasuk tinggi [9].
Satu-satunya risiko yang mampu menurunkan tingkat harapan hidup penderita sindrom Sjogren adalah gangguan limfoproliferatif yang jarang terjadi [1].
Tinjauan Sindrom Sjogren umumnya ditangani melalui pemberian obat oleh dokter, seperti peningkat produksi air liur, pereda radang mata dan pereda komplikasi. Jika diperlukan, dokter pun merekomendasikan prosedur bedah. Perawatan mandiri di rumah pun dapat dilakukan sebagai bagian dari masa pemulihan.
Jika sindrom Sjogren tidak segera diatasi, beberapa masalah komplikasi berikut ini berpotensi terjadi, terutama pada area mulut dan mata [1,3,6] :
Pada sebagian kecil kasus sindrom Sjogren, sejumlah risiko komplikasi berikut dapat terjadi walau sangat jarang [1,3,6] :
Tinjauan Infeksi jamur, gangguan penglihatan, gangguan kesehatan gigi (kerusakan gigi), limfoma, neuropati perifer, hingga masalah paru, ginjal dan hati dapat menjadi risiko komplikasi sindrom Sjogren.
Belum diketahui secara pasti cara mencegah sindrom Sjogren, namun upaya meminimalisir risiko komplikasi dapat dilakukan [12].
Menghindari faktor-faktor pemicu sindrom Sjogren, seperti lingkungan dengan udara kering, obat-obatan tertentu, alkohol, dan kafein dapat memperkecil risiko timbulnya gejala sindrom Sjogren [1,2,3,6,12].
Menjaga kebersihan gigi dan mulut juga merupakan upaya melindungi gigi dari kerusakan akibat sindrom Sjogren [10,11,12].
Tinjauan Langkah pencegahan sindrom Sjogren belum ada, namun menghindari pemicunya seperti obat tertentu, alkohol, kafein, dan lingkungan dengan udara kering sangat dianjurkan.
1. Steven E. Carsons & Bhupendra C. Patel. Sjogren Syndrome. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Shierine Wangsa Wibawa. Sering Tidak Terdiagnosis, Kenali Penyakit Autoimun Sjogren's Syndrome. Kompas.com; 2020.
3. Clio P. Mavragani, MD & Haralampos M. Moutsopoulos, MD. Sjögren syndrome. Canadian Medical Association Journal; 2014.
4. Jisha J. Nair & Tejas P. Singh. Sjogren’s syndrome: Review of the aetiology, Pathophysiology & Potential therapeutic interventions. Journal of Clinical and Experimental Dentistry; 2017.
5. Laura Daniela Ruiz Allec, Xochiquetzal Hernández López, Juanita Beatriz Arreguín Porras, Regina Velasco Ramos, Julia Cristina Pacheco del Valle, & Angel Israel Pérez García. Alterations in voice, speech and swallowing in patients with Sjögren's syndrome. Acta Otorrinolaringologica Espanola; 2011.
6. Tim Both, Virgil A.S.H. Dalm, P. Martin van Hagen, & Paul L.A. van Daele. Reviewing primary Sjögren's syndrome: beyond the dryness - From pathophysiology to diagnosis and treatment. International Journal of Medical Sciences; 2017.
7. Ivonne V Lollett & Anat Galor. Dry eye syndrome: developments and lifitegrast in perspective. Clinical Ophthalmology; 2018.
8. Elisabeth M Messmer, Prof. Dr. med. The Pathophysiology, Diagnosis, and Treatment of Dry Eye Disease. Deutsches Arzteblatt International; 2015.
9. Anonim. Sjogren syndrome. Genetic and Rare Diseases Information Center; 2013.
10. Hon K. Yuen, PhD, OTR/L, Faye N. Hant, D.O., M.S.C.R., Corey Hatfield, D.O., Lisa M. Summerlin, RDH, Edwin A. Smith, M.D., Professor, & Richard M. Silver, MD. Factors associated with oral hygiene practices among adults with systemic sclerosis. HHS Public Access; 2015.
11. E Newbrun. Current treatment modalities of oral problems of patients with Sjögren's syndrome: caries prevention. Advances in Dental Research; 1996.
12. Anonim. Sjogren's Syndrome. Harvard Health Publishing - Harvard Medical School; 2019.