Stroke pada anak ialah cedera otak karena pembuluh darah tersumbat. Stroke pada anak cukup sulit dideteksi, namun lebih mudah pulih daripada orang dewasa. Resiko stroke pada anak sebelum usia satu tahun sangat tinggi [2].
Daftar isi
Stroke pada anak ada beberapa jenisnya. Berikut adalah jenis-jenis stroke pada anak [1]:
Stroke yang terjadi pada bayi baru lahir. Jarang lekas diketahui dan sering tidak terdiagnosis. Stroke perinatal terjadi di dalam rahim. Ada juga yang terjadi di usia satu bulan setelah lahir.
Stroke perinatal dapat mengakibatkan kerusakan otak dan menjadi penyebab cerebral palsy pada anak.Tanda-tanda stroke pada bayi yang baru lahir kelihatan ketika ada komplikasi yang terlihat jelas secara fisik. Akan tetapi, kasus ini jarang terjadi. Sehingga, kasus stroke perinatal pada anak tak lekas tertangani[7].
Stroke hemoragik terjadi saat pembuluh darah di dekat otak pecah. Akibatnya terjadi pendarahan di dalam otak. Penyebab Stroke hemoragik adalah pembuluh yang melemah, pecah dan berdarah di dalam otak.
Darah yang pecah menumpuk lalu menekan jaringan otak lainnya. Dua pembuluh darah yang mudah pecah dan jadi penyebab stroke hemoragik ialah aneurisma dan malformasi arteriovenosa (AVM) [8].
Stroke iskemik bisa menyerang bayi yang baru lahir. Stroke iskemik dapat terjadi akibat efek penurunan aliran darah ke otak. Penyumbatan yang terjadi pada aliran darah menyebabkan aliran oksigen ke otak berkurang.
Hal itu akan menyebabkan kerusakan sampai kematian sel-sel otak. Jika sirkulasi oksigen ke otak tidak lekas dipulihkan, kerusakan otak bisa terjadi secara permanen [9].
Stroke ini disebabkan terjadi bekuan darah di pembuluh arteri. Ketika pasokan darah ke otak terhambat, akan terjadi kerusakan pada sel-sel otak. Penyebab timbulnya bekuan darah di pembuluh arteri antara lain kolesterol tinggi, penumpukan lemak di dinding pembuluh darah, atau diabetes [10].
Stroke iskemik arteri (AIS) terjadi karena pembuluh arteri mengalami penyempitan. Bisa juga karena terjadi penggumpalan darah yang mengalami suplai darah ke otak di pembuluh arteri. Selain penyebab itu, stroke askemik arteri pada anak bisa terjadi karena trauma.
Trauma menyebabkan pembuluh arteri rusak atau mengalami pembengkakan. Akibatnya timbulah lapisan bekuan darah yang tersangkut di pembuluh darah. Bekuan darah ini bisa terus bertambah, menumpuk sehingga menghalangi aliran darah dan oksigen dalam darah di otak [11].
Usia dan penyebab menjadi faktor penting kemunculan gejala stroke pada anak, seperti berikut ini [1,2]:
Gejala-gejala stroke pada anak dipengaruhi oleh penyebab utamanya. Penyebab stroke pada anak bisa karena beberapa penyakit sekaligus. Umumnya, penyebab stroke pada anak ialah terjadi kelainan serebrovaskular. Selain itu, ada penyebab mendasar seperti [1,2]:
Penyebab genetik bisa berupa terjadi pembekuan atau peradangan pada pembuluh darah sejak lahir. Ketika satu anggota keluarga memiliki riwayat stroke, hal ini bisa menurun pada anak. Kelainan genetik yang bisa menyebabkan stroke seperti kolesterol tinggi, gangguan pembuluh darah arteri, dan lain sebagainya berperan sebagai penyebab stroke pada anak sejak lahir [12].
Penyebab lingkungan berarti ada kemungkinan anak mengalami keracunan karbon monoksida, infeksi, trauma, dan diseksi-gangguan yang disebabkan oleh dinding aorta robek [6].
Selain itu penyebab seperti polusi udara, pola makan, dan polusi lingkungan juga jadi faktor risiko stroke. Polusi udara tercatat sebagai penyebab stroke tertinggi sejak tahun 2013. Belum lagi, jarang melakukan olahraga atau aktivitas fisik lain. Tubuh yang jarang bergerak memiliki faktor risiko stroke yang cukup tinggi[13].
Diagnosis stroke pada anak dimulai dari meninjau riwayat kesehatan orang tua. Kemudian dokter akan memeriksa kemungkinan adanya masalah sejak lahir seperti [2]:
Dokter juga akan memeriksa tanda-tanda kelemahan dengan melakukan tes sebagai berikut [2]:
Pencitraan otak merupakan tindakan tes medis untuk mendiagnosis stroke pada anak-anak. Tes dilakukan dengan cara USG otak untuk menemukan kemungkinan adanya kelainan pada pembuluh darah di dalam otak.
Stroke pada anak bisa didiagnosis dengan melakukan tes darah. Darah akan diuji di laboratorium. Tujuannya untuk menemukan tanda-tanda infeksi, radang pembuluh darah, dan kelainan pembekuan darah. Ketiganya merupakan tanda-tanda gejala stroke.
Dokter akan memeriksa irama jantung dengan elektrokardiogram (EKG). Tujuannya untuk memastikan ada atau tidaknya pembekuan darah pada jantung.
Tahap ini ialah pemeriksaan pada cairan otak hingga sumsum tulang belakang. Dengan tes ini, dokter berusaha menemukan tanda-tanda infeksi yang jadi penyebab stroke.
Pengobatan stroke pada anak harus dilakukan sesegera mungkin. Pengobatan itu bisa jadi berupa [2]:
Perlu diketahui juga bahwa pengobatan untuk stroke pada anak didasarkan pada hal-hal berikut ini[3]:
Bentuk-bentuk pengobatan stroke pada anak bisa berbeda-beda tergantung pada penyebab utamanya. Pengobatan bisa juga melibatkan rehabilitasi fisik. Fisioterapi berlaku pada anak yang memiliki kondisi medis otak, sumsum tulang belakang, saraf, tulang, persendian, ligamen, otot, dan tendon tidak berfungsi dengan baik. Anak-anak yang mengalami stroke mungkin juga terpaksa menemui dokter spesialis atau terapis khusus seperti [3]:
Stroke pada anak berhubungan erat dengan pola hidup orang tuanya. Penyebab stroke pada anak salah satunya adalah unsur gen. Karena itu, orang tua punya andil untuk mencegah stroke pada anak dengan melaksanakan gaya hidup sehat [4].
Pilih makanan sehat saat masih hamil. Perbanyak makan buah dan sayur segar. Konsumsi makanan rendah lemak, lemak trans, dan makanan yang mengandung kolesterol tinggi. Batasi konsumsi garam, jangan merokok, apalagi minum alkohol [4].
Ketika anak sudah lahir, biasakan untuk hidup sehat bersama anak seperti melakukan kegiatan-kegiatan sehat berikut ini [5]:
Stroke pada anak bisa dihindari sejak dini bahkan sejak sebelum anak lahir ke dunia. Orang tua punya peranan penting untuk memastikan anak-anak lahir dengan sehat.
1. Anonim. Pediatric Stroke Types, Causes, and Symptoms. UPMC CHILDREN'S Hospital of Pittsburgh; 2020.
2. Anonim. Stroke in Children. Stanford Children's Health; 2020.
3. Marcella A. Escoto, DO. Strokes. KidsHealth; 2020.
4. Anonim. Preventing Stroke: Healthy Living. Centers for Disease Control and Prevention; 2020.
5. Anonim. Education for Kids. WakeMed Health & Hospitals; 2020
6. Mary C Mancini, MD, Ph.D., MMM. Aortic dissection. E-Medicine.Medscape; 2020.
7. Pierrette Mimi Poinsett, M.D. Perinatal Stroke and Cerebral Palsy. Cerebral Palsy Guidance; 2020.
8. Anonim. Hemorrhagic Stroke (Bleeds). American Stroke Association; 2020.
9. Erica Hersh. Everything You Should Know About Ischemic Stroke. HealthLine; 2020.
10. Anonim. Types of Stroke. John Hopkins Medicine; 2020.
11. Rebecca N. Ichord, MD. Arterial Ischemic Stroke (AIS). Children's Hospital of Philadelphia; 2020.
12. Anonim. Family History and Other Characteristics That Increase Risk for Stroke. Centers for Disease Control and Prevention; 2020.
13. Christopher Murray et al. Global, regional, and national disability-adjusted life years (DALYs) for 306 diseases and injuries and healthy life expectancy (HALE) for 188 countries, 1990–2013: quantifying the epidemiological transition. The Lancet 2015; 386 (10009), pp. 2145-2191.IHME Measuring What Matters; 2020.