Penyakit & Kelainan

Tiromegali : Penyebab, Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Apa Itu Tiromegali?

Tiromegali merupakan sebuah kondisi ketika kelenjar tiroid mengalami pembesaran secara abnormal [1,6].

Kelenjar tiroid sendiri adalah kelenjar dengan bentuk menyerupai kupu-kupu yang berlokasi leher [20].

Salah satu penyebab paling umum dari kondisi tiromegali ini adalah kebutuhan tubuh akan yodium tidak terpenuhi dengan baik [1,20].

Ketika dibiarkan terlalu lama tanpa segera menanganinya, penderita akan mengalami kesulitan menelan maupun bernafas [10].

Semakin lama, hipertiroidisme (kelebihan hormon tiroid) dan hipotiroidisme (kekurangan hormon tiroid) dapat terjadi sebagai akibatnya.

Penyebab Tiromegali

Ada dua hormon yang kelenjar tiroid lepaskan di dalam tubuh manusia, yakni T3 atau triiodothyronine dan T4 atau tiroksin [1].

Untuk fungsi tubuh berjalan dengan normal dan baik, terutama untuk pengaturan suasana hati, sistem pencernaan, sistem metabolisme, pernafasan, serta detak jantung, kedua hormon tersebut sangat penting [2,3].

Sementara itu, ada kelenjar lain yang akan mengatur produksi hormon-hormon tersebut, yakni kelenjar pituitari [2,3].

TSH atau thyroid-stimulating hormone adalah hormon yang kelenjar pituitari bentuk di mana TSH ini pun berperan vital sebagai pengirim pesan kepada kelenjar tiroid untuk menghasilkan T3 dan T4 [1,2,3].

Tiromegali dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, mulai dari faktor kondisi yang ringan hingga yang lebih serius seperti berikut.

  • Kehamilan

Selama hamil, seorang wanita memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami tiromegali karena tubuh melepaskan lebih banyak hormon daripada biasanya [4].

hCG atau human chorionic gonadotropin adalah hormon yang dapat membuat kelenjar tiroid mengalami pembesaran secara tidak normal pada wanita hamil [4].

  • Efek Obat Tertentu

Penggunaan obat tertentu seperti lithium dapat menjadi salah satu peningkat risiko terjadinya tiromegali walaupun belum dapat dipastikan sepenuhnya dan masih diperlukan penelitian lebih lanjut [5].

Meski begitu, produksi hormon tiroid sendiri di dalam tubuh tidak terlalu dipengaruhi oleh kondisi tiromegali karena fungsi kelenjar tidak akan berubah sekalipun membesar.

  • Defisiensi Yodium

Sebagian besar kasus tiromegali terjadi pada masyarakat yang tinggal di negara berkembang yang masih rentan mengalami kekurangan yodium [6].

Diketahui bahwa sepertiga dari populasi dunia bahkan mengalami kekurangan yodium sehingga memiliki risiko lebih tinggi akan tiromegali [7].

Pembesaran kelenjar tiroid akan terjadi ketika hormon tiroid yang diproduksi dari kelenjar tidak cukup banyak [6].

  • Peradangan

Tiroiditis atau peradangan yang menyerang kelenjar tiroid dapat menimbulkan kondisi tiromegali [2,8,9].

Peradangan sendiri dapat disebabkan oleh berbagai macam kondisi, seperti terapi radiasi, efek obat tertentu (amiodrone dan interferon), infeksi, hingga penyakit autoimun [2,8,9].

Kelenjar tiroid akan membengkak ketika peradangan menyebabkan hormon tiroid bocor hingga ke aliran darah [2,8,9].

  • Nodul

Nodul atau tumor jinak pun bisa menjadi salah satu penyebab kelenjar tiroid membesar, terutama bila nodul berisi cairan ini tumbuh tepat di kelenjar [10].

Meski umumnya nodul atau tumor bersifat jinak, jika dibiarkan tanpa penanganan maka kondisi ini bisa menyebabkan hipertiroidisme [10].

  • Tiroiditis Hashimoto

Tiroiditis Hashimoto adalah gangguan autoimun yang menyebabkan hipotiroidisme [9].

Pada kondisi ini, kelenjar tiroid penderita dapat mengalami pembesaran sekaligus kerusakan [9].

  • Penyakit Graves

Penyakit autoimun ini juga merupakan salah satu penyebab tiromegali karena kelenjar tiroid secara keliru diserang oleh sistem imun [8].

Stimulasi yang berlebihan pada kelenjar tiroid kemudian memicu pembengkakan pada kelenjar ini karena banyaknya hormon tiroid yang dilepaskan [8].

Kadar hormon tiroid yang terlalu tinggi kemudian memicu pada hipertiroidisme [8].

Gejala Tiromegali

Tiromegali utamanya ditandai dengan kelenjar tiroid yang membesar pada leher sehingga penampilan fisik akan terlihat berbeda.

Selain itu, gejala tersebut akan disertai dengan sejumlah keluhan lain seperti [10] :

  • Rasa sesak pada leher
  • Batuk
  • Kesulitan bernafas
  • Kesulitan menelan
  • Suara lebih parau

Jika ada hubungannya dengan hipertiroidisme, maka beberapa gejala lain yang turut muncul adalah [11] :

  • Nafsu makan akan meningkat
  • Ketidakteraturan detak jantung
  • Rambut berubah menjadi lebih kasar
  • Sering cemas
  • Tubuh lebih cepat lelah
  • Gangguan tidur
  • Daya konsentrasi menurun

Jika terdapat kaitan antara tiromegali dengan hipotiroidisme, maka beberapa keluhan yang dialami antara lain [12] :

  • Sembelit
  • Kekakuan pada sendi
  • Tubuh mudah lelah
  • Tubuh lebih lemas dan lemah
  • Kenaikan berat badan
  • Rambut dan kulit mengering
  • Mudah merasa kedingingan
  • Depresi

Pemeriksaan Tiromegali

Ketika memeriksakan diri ke dokter, maka biasanya dokter akan lebih dulu mengecek kondisi leher pasien.

Beberapa metode pemeriksaan di bawah ini dapat ditempuh oleh pasien untuk memastikan kondisi, penyebab dan memperoleh penanganan yang tepat.

  • Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan

Dokter akan memeriksa bagian leher pasien sebagai langkah awal pemeriksaan, yang merupakan pemeriksaan fisik [14].

Dokter juga akan menanyakan riwayat gejala pada pasien, seperti keluhan apa saja yang dialami, termasuk apakah sulit untuk bernafas dan menelan [14].

Dokter pun perlu mengetahui adanya penyakit bawaan atau kelainan autoimun di dalam tubuh pasien, sekaligus riwayat kesehatan keluarga [14].

  • Tes Hormon Tiroid

Sebagai penunjang hasil diagnosa fisik, dokter akan menerapkan tes hormon tiroid.

Tes ini bertujuan utama mengukur kadar TSH maupun T4 di dalam darah pasien agar penegakkan diagnosa dapat dilakukan.

  • Scan Tiroid

Tes pemindaian juga diperlukan untuk mengetahui kondisi kelenjar tiroid yang sesungguhnya [6,11].

Scan tiroid akan dokter rekomendasikan kepada pasien dan gambar kondisi tiroid dapat terlihat pada layar monitor [6,11].

Sebelumnya dokter akan menyuntikkan cairan isotop radioaktif ke vena pasien pada bagian dalam siku agar memudahkan hasil gambar keluar dengan jelas [6,11].

  • USG

Ultrasound atau ultrasonografi adalah metode pemeriksaan yang juga dibutuhkan untuk mengetahui secara pasti kondisi kelenjar tiroid [6,11].

Pengambilan sampel jaringan kelenjar tiroid adalah metode pemeriksaan penunjang lainnya [1].

Dokter akan menggunakan jarum untuk mengambil sampel jaringan dan membawanya ke laboratorium untuk proses analisa lebih lanjut [1].

Selanjutnya, tes antibodi kemungkinan dokter akan anjurkan agar pasien menempuhnya jika perlu [13].

Pengobatan Tiromegali

Tiromegali sebaiknya ditangani dengan lebih dulu mengenali apa faktor penyebabnya.

Berikut ini adalah bentuk-bentuk penanganan untuk tiromegali, khususnya ketika gejala timbul karenanya.

  • Pada Ibu Hamil

Penanganan tiromegali pada ibu hamil dengan kondisi kelenjar tiroid terlalu aktif umumnya adalah dengan obat berupa methimazole atau propylthiouracil [15].

Namun jika mengalami kekurangan hormon tiroid karena kelenjar tiroid kurang aktif, maka ibu hamil akan dianjurkan menempuh terapi hormon pengganti [15].

  • Tiromegali karena Obat

Jika tiromegali disebabkan oleh penggunaan obat tertentu, ada baiknya segera berkonsultasi dengan dokter.

Hal ini bertujuan agar dokter dapat memberikan pengobatan alternatif dan menghentikan pembesaran kelenjar tiroid.

  • Tiromegali karena Inflamasi

Peradangan dapat menyebabkan tiromegali, oleh sebab itu dokter biasanya akan memberikan obat antiradang atau anti-inflamasi yang bersifat ringan [16].

Obat ini akan mengendalikan maupun meredakan rasa sakit yang terjadi karena radang [16].

Obat antiradang atau antinyeri biasanya berupa ibuprofen atau aspirin, namun obat steroid oral (prednisone) apabila pembengkakan sudah pada tahap parah [16,17].

  • Tiromegali karena Nodul

Timbulnya nodul atau tumor jinak pada dasarnya tidak berbahaya, namun jika hal ini kemudian memicu hipertiroidisme, nodul berkembang menjadi ganas, dan timbul keluhan lain yang lebih berbahaya, penanganan medis sangat dibutuhkan [18].

Untuk itu, dokter perlu memantau perkembangan nodul pasien untuk mengetahui apakah nodul berpotensi menjadi lebih serius dan mengancam jiwa pasien [18].

Prosedur yodium radioaktif menjadi salah satu terapi yang dokter akan rekomendasikan untuk penghancuran kelenjar tiroid jika sudah pada kondisi parah [18].

Operasi adalah opsi lain yang dokter akan anjurkan bila diperlukan [18].

  • Tiromegali karena Defisiensi Yodium

Agar dapat meredakan gejala-gejala tiromegali, maka yodium dalam dosis kecil akan sangat membantu [1].

Namun ada kalanya dokter harus merekomendasikan prosedur operasi untuk mengangkat sebagian atau seluruh kelenjar jika memang kondisi pasien mengharuskan [1].

  • Tiromegali karena Tiroiditis Hashimoto

Pada kondisi tiroiditis Hashimoto, dokter biasanya akan memberi penanganan berupa terapi hormon pengganti [9].

Levothyroxine adalah obat yang perlu digunakan oleh pasien selama pengobatan [9].

  • Tiromegali karena Penyakit Graves

Propylthiouracil dan methimazole merupakan obat-obatan yang umumnya dokter resepkan ke pasien dengan tujuan meredakan kadar hormon tiroid yang berlebihan [8].

Namun bila kondisi terlampau serius, dokter akan merekomendasikan pasien untuk menempuh terapi yodium radioaktif atau prosedur bedah [8].

Prosedur bedah atau operasi umumnya digunakan untuk menghancurkan kelenjar tiroid yang bermasalah [8].

Komplikasi Tiromegali

Tiromegali yang tidak segera mendapatkan penanganan medis tepat akan berlanjut semakin parah dan menimbulkan komplikasi seperti sulit bernafas dan menelan berkepanjangan.

Selain itu pada ibu hamil, tiromegali akan jauh lebih berbahaya karena persalinan prematur dan bayi lahir dengan berat badan rendah adalah risiko komplikasi terbesar [19].

Pencegahan Tiromegali

Tiromegali pada beberapa kasus dapat dicegah, tergantung faktor kondisi yang mendasarinya.

Namun untuk meminimalisir tiromegali, penting untuk menjaga kesehatan dan fungsi kelenjar tiroid dengan baik.

Salah satu upaya pencegahan adalah dengan memenuhi kebutuhan tubuh akan yodium, melindungi tubuh dari peradangan, mengecek kesehatan rutin agar nodul sekecil apapun dapat terdeteksi dini, dan menangani gangguan autoimun apapun sejak awal.

1. J Jaksić, M Dumić, B Filipović, J Ille, M Cvijetić, & G Gjurić. Thyroid diseases in a school population with thyromegaly.. Archives of Disease in Childhood; 1994.
2. Muhammad A. Shahid; Muhammad A. Ashraf; & Sandeep Sharma. Physiology, Thyroid Hormone. National Center for Biotechnology Information; 2021.
3. Sahzene Yavuz, Silvia Salgado Nunez del Prado, & Francesco S Celi. Thyroid Hormone Action and Energy Expenditure. Journal of the Endocrine Society; 2019.
4. Shikha Singh & Sartaj Sandhu. Thyroid Disease And Pregnancy. National Center for Biotechnology Information; 2020.
5. Ashish Verma, Siddharth Wartak, & Mark Tidswell. Lithium-Associated Thyromegaly: An Unusual Cause of Airway Obstruction. Case Reports in Medicine; 2012.
6. Maharajan Chandrasekaran & Kanakasabapathi Ramadevi. Thyromegaly and iodine nutritional status in a tertiary care hospital in South India. Indian Journal of Endocrinology and Metabolism; 2013.
7. Maria Andersson MSc, Brunode Benoist MSc, MD & Lisa Rogers PhD. Epidemiology of iodine deficiency: Salt iodisation and iodine status. Best Practice & Research Clinical Endocrinology & Metabolism; 2010.
8. Binod Pokhrel & Kamal Bhusal. Graves Disease. National Center for Biotechnology Information; 2020.
9. Dana L. Mincer & Ishwarlal Jialal. Hashimoto Thyroiditis. National Center for Biotechnology Information; 2020.
10. Oliver S. Eng, Lindsay Potdevin, Tomer Davidov, Shou-En Lu, Chunxia Chen, & Stanley Z. Trooskin. Does nodule size predict compressive symptoms in patients with thyroid nodules?. Gland Surgery; 2014.
11. Philip Mathew & Prashanth Rawla. Hyperthyroidism. National Center for Biotechnology Information; 2021.
12. Nikita Patil; Anis Rehman; & Ishwarlal Jialal. Hypothyroidism. National Center for Biotechnology Information; 2021.
13. J. R. Anderson, W. W. Buchanan, R. B. Goudie, & K. G. Gray. Diagnostic tests for thyroid antibodies: A comparison of the precipitin and latex-fixation (Hyland TA ) tests. Journal of Clinical Pathology; 1962.
14. Terry J. Smith. Chapter - 138 Neck and Thyroid Examination. Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory Examinations. 3rd edition. Boston: Butterworths; 1990.
15. C Grigoriu, C Cezar, M Grigoras, I Horhoianu, C Parau, P Virtej, A Lungu, V Horhoianu & C Poiana. Management of hyperthyroidism in pregnancy. Journal of Medicine and Life; 2008.
16. M H Samuels, K Pillote, D Asher, & J C Nelson. Variable effects of nonsteroidal antiinflammatory agents on thyroid test results. Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism; 2003.
17. Krishna Prasad Koirala & Vishal Sharma. Treatment of Acute Painful Thyroiditis with Low Dose Prednisolone: A Study on Patients from Western Nepal. Journal of Clinical & Diagnostic Research; 2015.
18. Geanina Popoveniuc, MD & Jacqueline Jonklaas, MD, PhD. Thyroid Nodules. HHS Public Access; 2013.
19. Aynadis Alemu, M.Sc., Betelihem Terefe, M.Sc., Molla Abebe, M.Sc., & Belete Biadgo, M.Sc. Thyroid hormone dysfunction during pregnancy: A review. International Journal of Reproductive BioMedicine; 2016.

Share