Penyakit & Kelainan

Tuberkulosis: Gejala, Pengobatan dan Pencegahan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Penyakit yang dikenal juga sebagai TBC di Indonesia ini adalah suatu penyakit yang menyerang paru-paru yang sangat menular. Menurut WHO, tuberkulosis adalah salah satu dari 10 penyebab kematian tertinggi di dunia. [1]

TBC lebih banyak terjadi di negara-negara berkembang, namun sebenarnya bisa dicegah dan diobati bila ditangani dengan benar dibawah kondisi yang mendukung. [3]

Fakta Tuberkulosis (TBC)

Karena jumlah penderita tuberkulosis di Indonesia masih tinggi (842,000 kasus per 2019), maka penting untuk mengetahui beberapa hal penting mengenai penyakit ini untuk mencegah penularannya segera mempercepat penanganannya: [1, 2, 5]

  • Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis (Mtb). Penularannya terjadi melalui udara ketika penderita TBC batuk, bersin, meludah atau bicara, kemudian bakteri yang keluar dari mulutnya terhirup oleh orang di dekatnya.
  • Meskipun hanya sedikit bakteri yang terhirup, seseorang sudah bisa terinfeksi TBC
  • TBC umumnya menyerang paru-paru, tapi bisa juga menginfeksi bagian tubuh lainnya, termasuk ginjal, tulang belakang dan otak.
  • Tidak semua orang yang terinfeksi bakteri TBC menjadi sakit, ada juga orang yang di dalam tubuhnya mengandung bakteri TBC namun tidak sakit dan tidak bisa menularkan bakteri tersebut (penderita laten).
  • Orang yang terinfeksi bakteri TBC memiliki risiko 5-15% untuk menjadi sakit, sementara orang dengan sistem imun yang lemah, seperti penderita HIV, kekurangan gizi atau diabetes, atau orang yang menggunakan tembakau, memiliki risiko yang lebih tinggi untuk jatuh sakit bila terinfeksi.
  • Orang dengan tuberkulosis aktif bisa menulari 5-15 orang lainnya melalui kontak erat dalam kurun waktu satu tahun.
  • Tanpa pengobatan yang tepat, sekitar 45% orang tanpa HIV yang tertular TBC akan meninggal. Sementara semua penderita HIV yang terinfeksi TBC akan meninggal.

Gejala Tuberkulosis

Tanda-tanda infeksi TBC tergantung dari bagian tubuh mana yang dijadikan tempat berkembangnya bakteri. Karena sebagian besar menyerang paru-paru, maka gejala yang umum terjadi adalah:

  • Batuk parah yang berlangsung 3 minggu atau lebih
  • Nyeri di dada saat batuk atau bernafas
  • Batuk berdarah atau berdahak

Gejala-gejala lainnya termasuk:

Beberapa orang yang terinfeksi bakteri TBC tidak mengalami gejala apapun (TBC laten). Bakteri dalam tubuh penderita ini dalam keadaan tidur dan bisa terus dalam kondisi tersebut selama beberapa tahun sebelum akhirnya berkembang menjadi TBC aktif. [1, 2, 3]

Meskipun TBC umumnya menyerang paru-paru, namun bisa juga mengenai bagian tubuh lain. Bila menginfeksi ginjal, misalnya, maka bisa menyebabkan kencing berdarah. [3]

Siapa yang Berisiko Tertular Tuberkulosis?

TBC umumnya menyerang orang dewasa usia produktif. Namun, semua kelompok usia memiliki risiko untuk terinfeksi. Lebih dari 95% kasus dan kematian akibat TBC terjadi di negara-negara berkembang. [1]

Penderita HIV 19 kali lebih berisiko untuk mengalami TBC aktif bila terinfeksi. Risiko yang lebih besar ini juga berlaku untuk orang-orang dengan kondisi kesehatan yang menyebabkan sistem imun mereka menjadi lemah. [1, 2, 3]

Orang yang kekurangan gizi 3 kali lebih berisiko terinfeksi. Demikian juga orang dengan kebiasaan minum alkohol dan merokok. [3]

Beberapa orang akan menunjukkan gejala-gejala terinfeksi segera setelah tertular (dalam hitungan minggu), sementara beberapa orang lainnya baru jatuh sakit beberapa tahun setelah tertular, yaitu pada saat sistem kekebalan tubuh mereka melemah karena suatu sebab. [2]

Secara umum, orang yang berisiko tinggi terkena TBC dibagi menjadi dua kategori: [1, 2, 3]

1. Orang sehat yang bisa terinfeksi bakteri TBC

Kategori ini termasuk:

  • Orang yang melakukan kontak erat dengan penderita TBC aktif
  • Orang yang berpindah dari daerah dimana kasus TBC-nya tinggi
  • Anak-anak balita yang terkonfirmasi positif TBC setelah di-tes
  • Sekelompok orang dengan kemungkinan penularan TBC yang tinggi, seperti tunawisma, pengguna narkoba suntik, dan orang dengan HIV
  • Orang yang bekerja atau tinggal dengan orang-orang yang memiliki risiko tinggi terinfeksi TBC seperti di rumah sakit, rumah penampungan, panti jompo, dan rumah untuk penderita HIV

2. Orang dengan kondisi kesehatan tertentu yang menyebabkan kekebalan tubuhnya menurun

Bayi dan anak-anak seringkali memiliki sistem imun yang lemah. Selain itu, orang-orang yang juga sistem kekebalan tubuhnya kurang kuat adalah mereka dengan kondisi berikut:

  • Infeksi HIV
  • Pecandu narkoba
  • Silicosis
  • Diabetes mellitus
  • Penyakit ginjal stadium akhir
  • Berat badan rendah
  • Kekurangan gizi
  • Memiliki transplan organ
  • Kanker kepala dan leher
  • Menjalani pengobatan tertentu

Diagnosis dan Pemeriksaan Tuberkulosis

Pemeriksaan tuberkulosis bisa dilakukan dengan beberapa cara: [1, 2, 3, 4]

1. Tes Cepat Molekuler (RT-PCR)

Tes RT-PCR memiliki sensitivitas dan spesifitas yang paling tinggi untuk mendeteksi tuberkulosis.

Jika fasilitas terbatas, maka akan dilakukan pemeriksaan pemeriksaan basil tahan asam (BTA) dengan menggunakan sampel dahak yang keluar dari dalam paru-paru untuk melihat apakah mengandung bakteri TBC.

Jika hasil tes positif, ini artinya pasien bisa menulari orang lain dan harus menggunakan masker khusus hingga pengobatan dimulai dan hasil tes dahak negatif.

2. Tes Kulit

Dokter akan menggunakan tes kulit PPD (purified protein derivative) untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi bakteri TBC.

Untuk tes ini, dokter akan menyuntikkan 0.1 mililiter PPD (sejumlah kecil protein) ke bawah lapisan kulit paling atas. Antara dua hingga tiga hari kemudian, pasien harus kembali ke dokter untuk memeriksakan hasilnya. Jika ada bilur di bagian yang disuntik dengan ukuran lebih dari 5 mm, maka pasien mungkin positif TBC.

Tes ini bisa mendeteksi keberadaan bakteri TBC dalam tubuh namun tidak bisa memastikan apakah TBC tersebut aktif atau tidak.

Reaksi yang menyebabkan bilur berukuran 5 hingga 15 mm bisa dianggap hasil positif tergantung dari faktor risiko, ksesehatan, dan riwayat medis pasien. Semua reaksi yang berukuran lebih dari 15 mm dianggap positif tanpa mempertimbangkan faktor risiko.

Namun, jenis tes ini tidak sempurna. Beberapa orang bisa saja tidak menunjukkan respon terhadap tes meskipun memiliki TBC, dan reaksi bisa muncul meskipun orang tersebut tidak memiliki TBC. Orang yang sudah menerima vaksin TBC mungkin menunjukkan reaksi positif walau tidak terinfeksi.

3. Tes Darah

Dokter bisa menggunakan tes darah sebagai tindak lanjut dari hasil tes kulit. Tes darah juga lebih dipilih dibandingkan tes kulit bila pasien memiliki kondisi kesehatan tertentu atau berasal dari kelompok tertentu.

Tes darah bisa menunjukkan hasil positif, negatif, atau tidak bisa dipastikan. Sama seperti tes kulit, tes darah tidak bisa memastikan apakah TBC yang diidap pasien bersifat aktif atau tidak.

4. X-ray Dada

Jika hasil tes kulit atau darah hasilnya positif, pasien akan diminta untuk melakukan x-ray dada untuk melihat apakah ada bintik-bintik hitam di paru-paru. Bintik-bintik ini adalah tanda infeksi TBC dan menandakan bahwa tubuh sedang berusaha mengisolasi bakteri TBC.

Jika hasil x-ray dada negatif, maka pasien mungkin memili TBC laten. Pasien akan diberi obat untuk mencegah bakteri menjadi aktif dan menyebabkan TBC menjadi aktif dan menular di kemudian hari.

Jika hasil x-ray positif TBC, maka pasien akan mulai melakukan pengobatan.

Tes lain seperti CT scan untuk dada, bronchoscopy, atau biopsi paru-paru mungkn diperlukan jika hasil tes-tes sebelumnya tetap tidak menunjukkan hasil yang jelas.

Pengobatan Tuberkulosis

TBC adalah penyakit yang bisa diobati dan disembuhkan. Sangat penting bagi orang yang mengidap TBC untuk menjalani pengobatan hingga tuntas dan minum obat tepat seperti yang diresepkan. [1, 2, 3, 4]

Jika obat berhenti diminum terlalu awal, maka pasien bisa kembali sakit. Jika obat tidak diminum sesuai resep dan arahan, maka bakteri TBC yang masih hidup dalam tubuh bisa menjadi kuat dan tahan terhadap obat tersebut. TBC yang sudah terlanjur tidak merespon pengobatan (drug-resistant) lebih sulit untuk sembuh dan biaya perawatannya lebih mahal. [1, 2, 3]

Banyak penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri diobati menggunakan antibiotik selama satu hingga dua minggu, tapi TBC berbeda. Orang yang didiagnosa memiliki TBC aktif biasanya harus minum beberapa obat-obatan selama enam hingga sembilan bulan. [1, 2, 3, 4]

Kombinasi obat-obatan untuk TBC aktif termasuk: [2, 3]

Obat-obatan ini bisa mempengaruhi hati, jadi pasien TBC yang minum obat ini harus memperhatikan gejala terjadinya cedera liver seperti: [3]

  • Kehilangan selera makan
  • Urin menjadi gelap
  • Demam yang berlangsung lebih dari tiga hari
  • Mual dan muntah tanpa sebab
  • Kulit menguning (jaundice)
  • Nyeri perut

Pasien harus segera memberitahu dokter jika mengalami gejala-gejala tersebut. Pasien juga harus memeriksakan kondisi livernya secara berkala melalui tes darah selama meminum obat-obatan tersebut.

Pencegahan Tuberkulosis

Kebanyakan orang yang tinggal di daerah dengan risiko tinggi TBC akan menerima vaksinasi TBC saat usia anak-anak sebagai langkah pencegahan. Vaksin ini disebut Bacillus Calmette-Guerin atau BCG. [1, 2, 3]

Orang yang telah didiagnosa memiliki TBC aktif harus menghindari kerumunan hingga mereka tidak lagi bisa menulari orang lain. Mereka juga harus mengenakan masker bedah, yang disebut respirator, untuk mencegah partikel TBC dari mulut dan hidung mereka menyebar melalui udara. [1, 2, 3]

Orang-orang yang tinggal serumah dengan penderita TBC juga perlu diedukasi untuk mengawasi konsumsi obat oleh pasien secara tepat dan benar. Anggota keluarga pasien juga harus memisahkan alat makan serta makanan yang dikonsumsi oleh pasien, selain juga selalu menjaga kebersihan rumah. [5]

1) WHO Team. 2020 World Health Organization. Tuberculosis
2) Division of Tuberculosis Elimination. 2016. Centers for Diseases Control and Prevention. Tuberculosis
3) Rachel Nall, Judith Marcin, MD. 2018. Health Line. Tuberculosis
4) National Institute of Allergy and Infectious Diseases. 2020. US National Institue of Health. Tuberculosis
5) Germas. 2019. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Situasi TBC di Indonesia

Share