Penyakit & Kelainan

Vaginosis Bakterialis: Penyebab – Gejala dan Cara Pengobatannya

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Vaginosis bakterial adalah jenis peradangan vagina yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan dari bakteri yang secara normal ditemukan di vagina. Pertumbuhan abnormal ini akan menyebabkan gangguan pada

Apa itu Vaginosis Bakterialis?

Vaginosis bakterialis merupakan jenis peradangan yang disebabkan oleh pertumbuhan berlebih bakteri yang secara alami ditemukan dalam vagina. Bakteri ini nantinya akan mengganggu keseimbangan alami. [1]

Wanita yang berada di tahun-tahun reproduksinya sering terkena vaginosis bakterialis namun hal ini juga terjadi pada semua usia wanita. Penyebab dari penyakit sepenuhnya belum diketahui, namun beberapa aktivitas tertentu seperti halnya berhubungan seks tanpa kondom dan sering melakukan douching dapat meningkatkan resiko seseorang terkena penyakit ini. [1]

Vaginosis bakterialis menjadi penyebab paling umum infeksi yang terjadi pada vagina wanita di usia subur. Hal ini sering kali berkembang setelah terjadinya hubungan seksual dengan pasangan baru. Sangat jarang wanita yang belum pernah berhubungan mengalami vaginosis bakterialis. [2]

Vaginosis bakterialis juga meningkatkan resiko terkena infeksi menular seksual (IMS). Namun, vaginosis bakterialis tidak bisa dianggap IMS. Vaginosis bakterialis yang paling mungkin menyerang wanita 15 hingga 44 tahun. [2]

Fakta Vaginosis Bakterialis

Berikut beberapa fakta tentang vaginosis bakterialis: [2]

  • Vaginosis bakterialis merupakan infeksi vagina yang paling umum diantara wanita berusia 15 hingga 44 tahun.
  • Gejala yang sering muncul yaitu gatal dan cairan berwarna abu-abu berair dengan bau “amis”.
  • Vaginosis bakterialis yang tidak segera diobati dapat menyebabkan komplikasi serius dan bertambah parah.
  • Pengobatan yang sering dilakukan yaitu dengan memberikan antibiotic.
  • Beberapa pengobatan rumahan disarankan, tetapi siapapun yang mengalami gejala harus segara di bawa ke dokter.

Penyebab Vaginosis Bakterialis

Vaginosis bakterialis disebabkan oleh ketidakseimbangan flora bakteri alami, bakteri ini biasanya akan ditemukan di vagina wanita. Faktor terjadinya ini belum jelas diketahui. [2]

Hal ini berbeda dengan kandidiasis, infeksi jamur atau trichomonas vaginaslis (T. vaginaslis), atau trikomoniasis yang bisa dikenal dengan trich. Penyakit ini tidak disebabkan oleh bakteri. [2]

Vagina mengandung sebagian besar bakteri “baik” dan beberapa termasuk dalam bakteri berbahaya. Vaginosis bakterialis terjadi ketika bakteri berbahaya terus bertambah banyak. Vagina harus mengandung bakteri yang disebut dengan lactobacilli. Bakteri ini biasanya akan menghasilkan asam laktat, membuat vagina menjadi sedikit asam. Hal ini mencegah bakteri lain tumbuh di sekitar vagina. [2]

Setiap wanita dapat terkena vaginosis bakterialis, namun beberapa perilaku atau aktivitas dapat meningkatkan resikonya: [2]

  • Douching atau menggunakan air atau larutan obat untuk membersihkan vagina.
  • Mandi dengan cairan antisetik yang banyak.
  • Memiliki pasangan seks yang baru.
  • Memiliki banyak pasangan seks.
  • Sering menggunakan mandi busa wangi, deodorant vagina, dan beberapa sabun dengan aroma yang wangi.
  • Merokok.
  • Mencuci pakaian menggunakan deterjen yang kuat dan tajam.

Gajala Vaginosis Bakterialis

Vaginosis bakterialis tidak selalu menimbulkan gejala, namun apabila mengalami gejala maka Anda dapat mengetahui dari ulasan berikut: [3]

  • Sensasi terbakar saat buang air kecil.
  • Keputihan abu-abu ataupun putih.
  • Keluarnya cairan yang berbau amis.
  • Gatal dan nyeri pada daerah vulva.

Keputihan yang berbau tajam merupakan ciri khas vaginosis bakterialis. Bagi beberapa orang, bau akan menjadi lebih kuat setelah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan kondom dan apabila air mani bercampur dengan kotoran. [3]

Komplikasi Vaginosis Bakterialis

Vaginosis bakterialis umumnya tidak menyebabkan komplikasi. Terkadang, vaginosis bakterialis dapat menyebabkan beberapa resiko seperti: [1]

  • Kelahiran prematur. Pada wanita hamil yang mengalami vaginosis bakterialis akan berpengaruh terhadap persalinan premature dan bayi dengan berat lahir yang rendah.
  • Infeksi seksual menular. Memiliki penyakit vaginosis bakterialis membuat wanita lebih rentan terhadap infeksi menular seksual seperti halnya HIV, virus herpes simpleks, klamidia ataupun kencing nanah.
  • Apabila Anda mengidap HIV, vaginosis bakterialis akan meningkatkan kemungkinan Anda menularkan ke pasangan Anda.
  • Resiko infeksi setelah operasi ginekologi. Memiliki vaginosis bakterialis dapat meningkatkan resiko berkembangnya infeksi pasca operasi setelah prosedur histerektomi atau pelebaran dan kuretase (D&C).
  • Penyakit radang panggul atau pelvic inflammatory disease (PID). Vaginosis bakterialis dapat menyebabkan PID, infeksi pada Rahim dan saluran tuba yang dapat menyebabkan kemandulan.

Diagnosis Vaginosis Bakterialis

Untuk mendiagnosis bakteri, dokter Anda mungkin akan melakukan beberapa hal seperti: [1]

  • Mengajukan pertanyaan tentang riwayat kesehatan Anda. Dokter mungkin akan bertanya tentang infeksi vagina sebelumnya atau infeksi menular seksual lainnya.
  • Lakukan pemeriksaan panggul. Selama pemeriksaan panggul, dokter Anda secara visual memeriksa vagina Anda untuk melihat tanda-tanda infeksi, dan memasukkan dua jari ke dalam vagina sambil menekan perut Anda. Tangan lainnya untuk memeriksa organ panggul untuk melihat tanda-tanda yang mungkin mengidentifikasi penyakit.
  • Mengambil contoh cairan vagina. Hal ini dilakukan untuk memeriksa pertumbuhan bakteri anaerob di flora vagina Anda. Dokter mungkin memeriksa sekresi vagina di bawah mikroskop, mencari sel penunjuk, sel vagina yang ditutupi oleh bakteri yang merupakan tanda vaginosis bakterialis.
  • Uji pH vagina Anda, dokter akan memeriksa tingkat keasaman vagina Anda dengan menempatkan strip tes pH di vagina Anda. pH vagina 4,5 atau lebih tinggi menandakan adanya vaginosis bakterialis.

Pengobatan Vaginosis Bakterialis

Beberapa kasus vaginosis bakterialis akan sembuh dengan sendirinya tanpa adanya pengobatan. Namun, dalam kasus lain membutuhkan resep antibiotik seperti halnya klindamisin dan metronidazole. Antibiotik ini telah tersedia dalam bentuk pil ataupun gel. [3]

Jika Anda diresepkan antibiotik, pastikan menggunakan seluruh rangkaian seperti yang telah diarahkan oleh layanan kesehatan. Antibiotik harus dihabiskan meskipun gejala Anda sudah sembuh atau membaik. Apabila gejala masih memburuk selama 3 hari maka segera konsultasikan lagi ke dokter dan layanan kesehatan. [3]

Apa Bisa Melakukan Pengobatan Sendiri di Rumah?

Meskipun sebaiknya menemui penyedia layanna kesehatan, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan sendiri di rumah seperti: [3]

  • Makan makanan yang mengandung probiotik seperti halnya yogurt dan aktif mengkonsumsi suplemen probiotik.
  • Mengenakan pakaian dalam katun longgar dan bisa bernapas.
  • Memperhatikan kebersihan vagina.
  • Menggunakan sabun tanpa pewangi dan tampon tanpa pewangi jika memungkinkan.

Pencegahan Vaginosis Bakterialis

Tidak selalu ada cara untuk mencegah terjadinya vaginosis bakterialis. Namun, ada beberaap cara yang dapat mengurangi resiko Anda terserang vaginosis bakterialis: [3]

  • Menggunakan metode pengahalan seperti kondom, dan penghalang gigi selama aktivitas seksual.
  • Interaksi ari mani dan keputihan dapat meningkatkan resiko Anda terserang vaginosis bakterialis.
  • Menjaga vagina tetap alami. Hindari douching atau penggunaan produk beraroma untuk vulva atau vagina Anda.
  • Menurunkan pH vagina agar tidak meningkatkan resiko vaginosis bakterialis.
  • Jika mengalami penyakit berualng maka segera memberitahukan ke layanan kesehatan atau dokter agar mendapatkan antibiotik yang tepat.

1. Anonym. Bacterial Vaginosis. MayoClinic; 2021
2. Yvette Brazier. What is Bacterial Vaginosis?. Medical News Today; 2017
3. Deborah Weatherspoon, Ph.D., R.N., CRNA. Rachel Nall, CRNA. Bacterial Vaginosus Is Extremely Common – Here’s What You Need to Know. Healthline; 2019

Share