Trikomoniasis: Penyebab, Pengobatan, dan Risiko

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual (PMS) yang sangat umum terjadi. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi parasit protozoa yang disebut Trichomonas vaginalis. Meskipun gejala-gejala Trikomoniasis berbeda pada tiap orang, kebanyakan penderitanya tidak tahu mereka telah terinfeksi.

Tentang Trikomoniasis dan Penyebabnya

Trikomoniasis adalah PMS yang paling umum terjadi sekaligus paling mudah diobati. Infeksi ini lebih sering dialami oleh wanita dibandingkan pria. [1, 2, 3, 4]

Parasit penyebab trikomoniasis berpindah dari orang yang terinfeksi ke orang yang sehat saat melakukan hubungan seks. Pada wanita, bagian tubuh yang paling sering terinfeksi adalah saluran kelamin bagian bawah (vulva, vagina, serviks, atau urethra). Sementara pada pria, bagian tubuh yang paling sering terinfeksi adalah bagian dalam penis (urethra). [1]

Saat hubungan seks terjadi, parasit biasanya menyebar dari penis ke vagina, atau sebaliknya. Parasit ini biasanya tidak menyerang bagian tubuh lain, seperti tangan, mulut, atau anus. Tetapi, penularan melalui seks oral atau anal bisa terjadi. [1, 3]

Masih belum diketahui mengapa beberapa orang yang terinfeksi mengalami gejala, sementara yang lainnya tidak. Hal ini mungkin tergantung pada faktor seperti usia penderita dan kesehatannya secara keseluruhan.

Tetapi, harus dicatat, bahwa orang terinfeksi yang tidak mengalami gejala tetap bisa menulari orang lain. [1]

Karena banyaknya orang yang terinfeksi tidak mengalami gejala, trikomoniasis termasuk jenis penyakit yang jarang diperiksakan atau dilaporkan dan kontrol pencegahannya pun masih terbilang rendah. Padahal, jika tidak diobati, trikomoniasis bisa meningkatkan risiko seseorang terkena HIV. [3, 4]

Gejala-Gejala Trikomoniasis

Sekitar 70% orang yang terinfeksi tidak mengalami keluhan atau gejala-gejala. Bila memang menimbulkan tanda-tanda, maka bisa beragam mulai dari iritasi ringan hingga radang yang berat.

Beberapa orang mulai mengalami gejala dalam 5 hingga 28 hari setelah terinfeksi. Sisanya tidak mengalami gejala hingga waktu yang lebih lama, dan gejala-gejala ini bisa datang dan pergi. [1, 2, 3]

Pria yang terkena trikomoniasis biasanya mengalami: [1, 2, 3]

  • Gatal atau iritasi di bagian dalam penis
  • Sensasi terbakar setelah buang air kecil atau ejakulasi
  • Keluar cairan dari penis
  • Lebih sering buang air kecil

Pada wanita, gejala-gejalanya meliputi: [1, 2, 3, 4]

  • Gatal, rasa terbakar, kemerahan atau perih di bagian kelamin
  • Rasa tidak nyaman saat buang air kecil
  • Perubahan pada cairan yang keluar dari vagina (keputihan) yang bisa bening, putih, kekuningan, atau kehijauan dengan bau amis yang tidak biasa
  • Keluar flek atau perdarahan dari vagina
  • Sering ingin buang air kecil
  • Nyeri di perut bagian bawah (jarang terjadi)

Trikomoniasis juga menyebabkan rasa tidak nyaman saat berhubungan seks. Bila tidak diobati, penyakit ini bisa berlangsung selama berbulan-bulan bahkan tahun. [1]

Siapa yang Berisiko Tertular Trikomoniasis?

Seperti yang telah disebutkan, wanita lebih berisiko terkena penyakit ini dibanding pria, dan wanita yang terinfeksi berada pada rentang usia 14 hingga 49 tahun.

Risiko tertular bisa meningkat bagi mereka yang: [2]

  • Memiliki pasangan seks lebih dari satu orang
  • Memiliki riwayat tertular penyakit menular seksual lainnya
  • Pernah tertular trikomoniasis
  • Melakukan hubungan seks tanpa kondom

Diagnosa

Gejala-gejala trikomoniasis mirip dengan penyakit menular seksual lainnya, maka tidak bisa didagnosa hanya berdasarkan pemeriksaan riwayat kesehatan dan keluhan pasien. Dokter harus melakukan pemeriksaan fisik dan tes laboratarium untuk memastikan adanya infeksi Trichomonas vaginalis.

Beberapa tes yang biasanya dilakukan untuk mendiagnosa trikomoniasis, termasuk: [2, 3, 4]

  • Pemeriksaan panggul
  • Kultur sel
  • Tes antigen (antibodi akan bergabung bila ada parasit Trichomonas dalam sampel yang diperiksa, dan ini akan membuat perubahan warna yang menandakan adanya infeksi)
  • Tes untuk menemukan DNA Trichomonas
  • Pemeriksaan sampel cairan vagina bagi wanita, atau cairan dari urethra bagi pria dengan mikroskop

Pap smear tidak digunakan untuk mendeteksi trikomoniasis.

Jika pasien positif terinfeksi, maka harus di-tes untuk penyakit menular seksual lainnya. [3]

Komplikasi yang Mungkin Terjadi

Infeksi trikomoniasis bisa menyebabkan penderitanya mudah tertular penyakit menular seksual lainya. Peradangan kelamin yang disebabkan oleh trikomoniasis bisa meningkatkan risiko seseorang terkena HIV, selain PMS lainnya, dan lebih mudah menyebarkan virus ini pada orang lain.

Kondisi lainnya seperti gonorrhea, chlamydia, dan bacterial vaginosis seringkali muncul bersamaan dengan trikomoniasis. Infeksi yang tidak diobati bisa menyebabkan penyakit radang panggul yang komplikasinya termasuk:

  • Penyumbatan tuba falopi akibat jaringan parut
  • Ketidaksuburan
  • Nyeri panggul atau perut kronis

Trikomoniasis Pada Wanita Hamil

Trikomoniasis bisa menyebabkan komplikasi unik pada wanita hamil. Ada kemungkinan terjadinya persalinan prematur atau bayi lahir dengan berat badan rendah. Lalu, meskipun jarang terjadi, infeksi bisa ditularkan pada bayi saat proses persalinan. [2, 3]

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa risiko bayi mengalami disabilitas intelektual akan meningkat bila ibu terinfeksi trikomoniasis saat hamil. [2, 3]

Obat untuk penyakit ini aman diminum saat hamil, maka pengobatan sebaiknya tidak ditunda. [2, 3]

Pengobatan Trikomoniasis

Trikomoniasis bisa diobati dengan salah satu dari antibiotik ini: metronidazole atau tinidazole. Obat yang berbentuk pil ini diminum dan aman bagi wanita hamil. [1, 2, 3, 4]

Orang yang sudah sembuh dari trikomoniasis bisa tertular lagi. Sekitar 1 dari 5 orang mengalami infeksi lagi 3 bulan setelah diobati. Untuk mencegah tertular kembali, baik pasien maupun pasangan seksnya harus sama-sama diperiksa dan diobati dengan antibiotik dalam waktu yang bersamaan. [1, 3]

Tunda dulu melakukan hubungan seks hingga semua gejala hilang dan lakukan pemeriksaan ulang dalam 3 bulan untuk memastikan tidak terjadi infeksi lagi.

Pencegahan Trikomoniasis

Satu-satunya cara paling aman untuk mencegah terjadinya penularan penyakit seksual seperti trikomoniasis adalah dengan tidak melakukan hubungan seks.

Namun, jika memang aktif berhubungan seks, maka lakukan hal-hal berikut untuk mencegah terjadinya infeksi atau penularan: [2, 3]

  • Lakukan hubungan seks hanya dengan satu orang yang telah dites negatif dari segala penyakit menular seksual
  • Gunakan kondom lateks dengan benar setiap kali berhubungan seks. Hal ini bisa menurunkan risiko tertular trikomoniasis
  • Lakukan tes, baik Anda maupun pasangan seks Anda sebelum melakukan hubungan
  • Jangan mencuci vagina dengan sabun karena hal ini bisa menghilangkan bakteri yang secara alami ada di vagina yang bertugas melindungi Anda dari infeksi.

Karena trikomoniasis adalah penyakit menular seksual, maka langkah-langkah pencegahan tidak bisa dilakukan seorang diri. Pasangan seks juga harus mau turut berpartisipasi.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment