Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) merupakan salah satu penyebab paling umum terjadinya vertigo, yaitu sensasi tiba-tiba rasa sekeliling seperti berputar. BPPV dapat menyebabkan episode singkat
Daftar isi
Vertigo posisi paroksismal jinak atau BPPV (benign paroxysmal positional vertigo) ialah suatu gangguan telinga bagian dalam yang merupakan penyebab paling umum dari vertigo[1, 2, 3].
Vertigo ialah jenis pusing spesifik yang membuat penderita merasa ruangan di sekitarnya seperti berputar[2, 4].
Vertigo posisi paroksismal jinak menyebabkan episode singkat rasa pusing ringan hingga intens. Kondisi ini biasanya dipicu oleh perubahan posisi kepala kepala seperti menundukkan kepala, mengarah pada timbulnya vertigo secara tiba-tiba[1, 5].
Vertigo didefinisikan sebagai persepsi subjektif dari gerakan rotasi atau translasi tanpa adanya stimulus eksternal. Pada kasus BPPV, sinyal aberrant dari kanal semiserkuler menimbulkan ilusi gerakan yang menghasilkan vertigo[3].
Diperkirakan bahwa setidaknya 20% dari pasien yang mengunjungi dokter karena vertigo mengalami BPPV[6].
BPPV termasuk kondisi yang sangat umum, dengan insidensi diperkirakan 107 per 100.000 per tahun dan prevalensi dalam waktu kehidupan sekitar 2,4%. BPPV diduga sangat langka terjadi pada anak-anak tapi dapat mempengaruhi orang dewasa pada semua usia, terutama usia lanjut[7].
Vertigo posisi paroksismal jinak terjadi ketika kristal kalsium karbonat kecil yang disebut otoconia terlepas dari lokasi normal mereka pada utricle, yang merupakan organ sensori di dalam telinga bagian dalam[1, 4].
Kristal yang terlepas dapat bergerak bebas di dalam ruang-ruang yang dipenuhi cairan pada telinga bagian dalam, termasuk kanal semisirkuler (salah satu organ vestibuler pada telinga bagian dalam yang berfungsi mengontrol keseimbangan)[1, 4].
Ketika partikel kristal terakumulasi di dalam salah satu kanal, partikel tersebut akan mempengaruhi gerakan cairan normal yang berfungsi untuk mendeteksi gerakan kepala, mengakibatkan telinga bagian dalam mengirimkan sinyal yang salah ke otak[7].
Pengiriman sinyal yang salah akibat partikel kristal tidak sesuai dengan rangsang yang terdeteksi telinga lain, dengan yang dilihat mata, atau dengan yang dilakukan oleh otot dan sendi. Ketidaksesuaian informasi ini dikenali oleh otak sebagai sensasi berputar (vertigo) yang normalnya berlangsung kurang dari satu menit[7].
Sering kali, penyebab dari BPPV tidak diketahui (idiopatik). Beberapa faktor penyebab BPPV sering berkaitan dengan pukulan ringan hingga berat pada kepala[5].
Penyebab yang kurang umum lainnya meliputi kerusakan pada telinga bagian dalam atau terkadang kerusakan yang terjadi selama operasi telinga atau diposisikan pada punggung dalam waktu lama[5].
Beberapa faktor berikut dapat meningkatkan risiko terkena vertigo posisi paroksismal jinak[2, 5]:
Pasien dengan vertigo posisi paroksismal jinak mengalami gejala utama berupa perasaan berputar atau miring. Gejala tersebut timbul ketika pasien menggerakkan kepala dengan cara tertentu, seperti berguling di tempat tidur, menoleh dengan cepat, membungkuk, atau membalikkan kepala ke belakang[4, 8].
BPPV biasanya berlangsung selama satu hingga dua menit. Vertigo dapat bersifat ringan atau cukup berat hingga mengakibatkan rasa mual dan muntah. Pasien dapat mengalami kesulitan untuk berdiri atau berjalan tanpa kehilangan keseimbangan[8].
Pasien dapat memiringkan kepala ke belakang atau ke depan ketika berjalan, dan dapat terjatuh hingga berisiko menimbulkan cedera. Onset vertigo dapat mendadak dan menakutkan, mengakibatkan pasien berpikir bahwa mereka sakit parah, misalnya stroke[4].
Tanpa penanganan, gejala dari sesi vertigo biasa akan berkurang dengan sendirinya setelah beberapa hari atau minggu, dan terkadang kondisi pasien dapat pulih dengan segera. Pada kasus langka, gejala dapat berlangsung selama bertahun-tahun[4].
BPPV dapat dibedakan menjadi dua yaitu canalithiasis dan cupulolithiasis, sebagai berikut[7]:
Canalithiasis ditandai dengan kristal yang dapat bergerak dengan bebas di dalam cairan pada kanal. Dalam canalithiasis memerlukan waktu kurang dari satu menit bagi kristal untuk berhenti bergerak setelah perubahan posisi kepala tertentu memicu sensasi berputar.
Setelah kristal berhenti bergerak, gerakan cairan terhenti dan nystagmus serta vertigo berhenti.
Cupuloluthiasis ditandai dengan kristal yang tergantung pada serabut saraf yang merasakan gerakan cairan pada kanal.
Pada cupulolithiasis, kristal terjebak pada serabut saraf sensori yang akan membuat nystagmus dan vertigo berlangsung lebih lama, hingga kepala dipindahkan ke posisi berlawanan.
Untuk mendiagnosis BPPV dokter akan menanyakan mengenai gejala yang dialami dan memeriksa riwayat kesehatan pasien. Konfirmasi diagnosis dilakukan dengan pengamatan nystagmus, yaitu pola menyentak mata pasien yang menyertai vertigo yang disebabkan oleh perubahan posisi kepala[4].
Pengamatan nystagmus dilakukan melalui tes diagnostik yang disebut Dix-Hallpike maneuver. Pertama-tama, ketika duduk, kepala pasien ditengokkan sekitar 45 derajat ke satu sisi. Kemudian pasien dengan cepat dibaringkan ke belakang dengan kepala diposisikan pada tepi meja pemeriksaan[4].
Gerakan tersebut dapat menimbulkan vertigo dan dokter dapat mengamati ada tidaknya pola menyentak dari nystagmus pada mata pasien. Hasil positif mengkonfirmasi diagnosis BPPV[4].
Dokter juga dapat melakukan beberapa tes kesehatan lain, seperti[2]:
Kondisi BPPV episodik dan sering kali menghilang dengan sendirinya. Opsi penanganan untuk BPPV meliputi pemantauan kondisi, pengobatan vestibulosupresan, rehabilitasi vestibuler, canalith repositioning, dan operasi[2, 6].
Pada mayoritas kasus, BPPV dapat diperbaiki secara mekanis menggunakan prosedur tertentu untuk memindahkan kristal kembali ke tempat yang seharusnya[2, 7].
Berikut beberapa teknik yang dapat digunakan untuk memindahkan kristal penyebab BPPV[2, 4, 7]:
Prosedur pemindahan partikel kristal memerlukan waktu sekitar 15 menit. Prosedur pemindahan partikel tunggal efektif dalam mengatasi sekitar 80% hingga 90% kasus BPPV. Latihan atau maneuver pemindahan tambahan dapat diperlukan jika gejala masih berlanjut[1].
Setelah prosedur dilakukan, pasien biasanya diminta beristirahat selama sekitar 10 menit sebelum pulang untuk memastikan tidak terjadi episode cepat vertigo setelah kristal dipindahkan[2].
Biasanya tidak diperlukan obat untuk BPPV kecuali pasien mengalami mual atau muntah berat. Jika pasien mengalami mual ekstrim, dokter dapat meresepkan obat anti emetik[4].
Episode baru BPPV dapat terjadi setelah penanganan berhasil dilakukan. Rata-rata tingkat kambuhnya kondisi sebesar 15-50%[1].
Untuk mengatasi BPPV kambuh, pasien dapat melakukan perawatan mandiri dengan melakukan serangkaian gerakan sesuai petunjuk dokter atau terapis[1].
Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan jika vertigo posisi kambuh[1]:
Beberapa kiat berikut juga dapat membantu pasien dalam mengatasi gejala dan mencegah terjadinya bahaya lain[2, 8]:
Operasi jarang dilakukan, dan biasanya dipertimbangkan bagi pasien yang tidak terbantu dengan prosedur canalith repositioning. Opsi operasi meliputi:[6]
BPPV tidak selalu dapat dicegah, namun menghindari beberapa penyebab dapat menurunkan risiko terkena vertigo posisi paroksismal jinak, seperti:[2]
Mendapatkan penanganan medis yang sesuai untuk gangguan pada telinga juga dapat membantu mencegah timbulnya kondisi BPPV[2].
1. Anonim. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV). Cleveland Clinic; 2019.
2. Brunilda Nazario, MD. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) Overview. WebMD; 2020.
3. Peng You, MD, Ryan Instrum, MD, and Lorne Parnes, MD,FRCSC. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. Laryngoscope Investigative Otolaryngology; 2019.
4. Anonim. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV). John Hopkins Medicine; 2021.
5. Anonim. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV). Mayo Clinic; 2020.
6. John C Li, MD. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. Medscape; 2020.
7. Sheelah Woodhouse, BScPT. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV). Vestibular Disorders Association; 2021.
8. Anonim, reviewed by Anne C. Poinier, MD & E. Gregory Thompson, MD. Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV). Michigan Medicine, University of Michigan; 2020.