Daftar isi
Alergi susu adalah salah satu alergi yang sering terjadi pada anak-anak, dengan presentase kemungkinan alergi adalah 3 hingga 6 persen bayi dan anak. Alergi susu dapat terdeteksi saat usia bayi baru beberapa bulan saja. Alergi ini jarang terjadi pada remaja dan orang dewasa. [4]
Para ahli percaya bahwa alergi susu ini dapat hilang pada anak saat usianya mencapai 3 tahun. Walaupun demikian, belum ada banyak studi yang mendukung pendapat ini. Salah satu studi mengatakan, kurang dari 20% anak-anak masih memiliki alergi susu pada usia 4 tahun. Bahkan, ada studi yang mengatakan sekitar 80% anak-anak mengalami sembuh dari alergi susu pada usia 16 tahun. [1]
Alergi susu disebabkan karena sistem imun tubuh mengalami reaksi yang tidak normal terhadap susu dan produk yang mengandung susu. Masalah utama dari alergi susu terdapat pada protein yang dapat ditemukan dalam susu. [4]
Alergi susu sangatlah berbeda dengan intoleransi laktosa, dimana tidak termasuk kondisi alergi dan tidak melibatkan sistem imun. Intoleransi laktosa adalah sebuah kondisi dimana tubuh tidak mampu untuk mencerna laktosa (gula yang dapat ditemukan dalam susu) karena kekurangan enzim laktase. Intoleransi laktosa menimbulkan gejala yang berbeda dengan alergi susu. Gejala intoleransi laktosa yang paling sering terjadi adalah masalah pencernaan setelah mengonsumsi susu. [4]
Gejala alergi suatu makanan, termasuk susu, umumnya terjadi dalam bebreapa menit setelah penderita alergi mengonsumsi alergen yang terkandung di dalam makanan. Kondisi alergi juga dapat muncul hingga 2 sampai 3 jam pasca mengonsumsi alergen. [2]
Keparahan gejala dapat bervariasi dari satu individu dengan individu lainnya. Gejala ringan dapat termasuk bersin dan gatal-gatal, sedangkan gejala berat dapat hingga mengancam nyawa seperti kesulitan bernapas dan penurunan tekanan darah secara seketika. [2]
Gejala dari reaksi alergi ini dapat termasuk [1,2,3] :
Alergi susu juga dapat menyebabkan anafilaksis, sebuah reaksi mengancam nyawa yang mempersempit saluran napas dan menyumbat pernapasan. Susu menjadi satu dari tiga makanan, setelah kacang tanah dan kacang pohon, yang sering menyebabkan anafilaksis. [3]
Anafilaksis adalah sebuah reaksi yang memerlukan tindakan gawat darurat dan perlu diobati dengan injeksi epinephrine (adrenaline), dan perawatan di ruang gawat darurat. Gejala dan tanda anafilaksis dapat terjadi dengan cepat setelah asupan susu dan dapat termasuk [3] :
Alergen makanan juga dapat menyebabkan sebuah kondisi yang disebut alergi makanan terlambat. Walaupun makanan apapun dapat menjadi pemicu, susu adalah salah satu makanan yang sering menjadi penyebabnya. Reaksi ini sering menyebabkan muntah dan diare setelah beberapa jam mengonsumsi alergen. [3]
Semua alergi makanan disebabkan oleh malfungsi sistem imun. Jika anda memiliki alergi susu, sistem imun tubu anda mengidentifikasi protein susu tertentu sebagai hal yang berbahaya dan memicu produksi antibodi imunoglobulin E (IgE) untuk menetralisasi protein tersebut. [3]
Di lain waktu, saat anda mengonsumsi protein ini kembali, antibodi IgE akan mengenal protein susu sebagai alergen dan mengirim sinyal ke sistem imun untuk melepaskan histamin. Pelepasan histamin dan senyawa kimia lainnya dalam tubuh akan menyebabkan beragam gejala reaksi alergi. [3]
Ada dua protein utama dalam susu sapi yang dapat menyebabkan reaksi alergi, yaitu [3] :
Anda dan anak anda dapat mengalami alergi akibat salah satu atau kedua protein susu tersebut. Protein ini dapat sulit untuk dihindari karena mudah juga ditemukan pada makanan olahan. [3]
Kebanyakan orang yang mengalami alergi terhadap susu sapi juga mengalami alergi terjadap susu kambing, domba, dan kerbau. Walaupun jarang terjadi, penderita alergi susu sapi juga dapat mengalami alergi terhadap susu kedelai. [3]
Perlu juga diperhatikan apabila anda atau anak anda mengalami alergi susu, bahwa [2] :
Beberapa faktor berikut dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami alergi susu, yaitu [3] :
Banyak anak-anak yang mengalami alergi susu juga memiliki alergi lain. Alergi susu dapat terbentuk sebelum alergi lainnya. [3]
Anak-anak yang memiliki dermatitis atopik, yaitu sebuah inflamasi kronis yang sering terjadi di kulit, lebih mudah mengalami alergi makanan. [3]
Risiko seseorang mengalami alergi makanan dapat meningkat jika salah satu atau kedua orang tua memiliki alergi makanan atau alergi jenis lain, termasuk hay fever, asma, bersin-bersin, atau eksim. [3]
Alergi susu lebih sering terjadi pada anak-anak. Saat mereka tumbuh dan berkembang, sistem pencernaan mereka akan lebih bagus dan tubuh akan lebih jarang beraksi terhadap protein susu. [3]
Anak-anak yang mengalami alergi susu lebih sering mengalami masalah kesehatan tertentu, termasuk [3] :
Jika anda atau anak anda mengalami gejala alergi susu, beritahukanlah kepada dokter, tidak peduli seberapa ringan gejala tersebut. Beberapa tes dan uji dapat membantu anda untuk mendiagnosis alergi makanan, sehingga anda menghindari alergi ini dikemudian hari. [3]
Segera pergi ke dokter atau ke spesialis alergi jika anda atau anak anda mengalami reaksi alergi langsung setelah mengonsumsi susu. Jika memungkinkan, segera pergi ke dokter selama gejala alergi tersebut masih ada untuk mempermudah dokter dalam membuat diagnosis. [3]
Segera pergi ke ruang gawat darurat jika anda atau anak anda mengalami gejala atau tanda dari reaksi anafilaksis. [3]
Dokter akan menggunakan salah satu atau beberapa metode dibawah ini untuk membantunya dalam menentukan diagnosis alergi susu, yaitu [2] :
Dokter akan menanyakan beberapa pertanyaan kepada anda mengenai kondisi kesehatan anda dan keluarga, termasuk riwayat alergi keluar anda dan kapan saja reaksi alergi tersebut muncul. [2]
Dokter akan meletakkan beberapa tetes cairan yang mengandung alergen ke atas kulit dan menusuk sedikit kulit anda untuk membuat cairan tersebut masuk ke dalam kulit. Benjolan kecil akan muncul jika anda berisiko mengalami alergi terhadap alergen yang dimasukan. [2]
Darah anda akan diambil dan diperiksa untuk mengetahui kadar antibodi imunoglobulin E (IgE). Antibodi ini akan banyak ditemukan dalam darah jika tubuh anda beraksi terhadap substansi tertentu yang dikira berbahaya. [2]
Tujuan dari tes ini adalah untuk mengonfirmasi dan mengetahui alergi makanan, dan umumnya dilakukan setelah tes darah atau tes alergi kulit. Tes ini dilakukan dengan cara anda mengonsumsi makanan yang diminta oleh dokter. Reaksi alergi umumnya terjadi dalam waktu 30 menit hingga 3 jam. Dokter akan langsung mengatasi reaksi yang muncul. Tes ini hanya boleh dilakukan dibawah pengawasan dokter spesialis alergi. [2]
Tidak ada cara pasti untuk mencegah alergi makanan, namun anda dapat mencegah reaksi alergi ini dengan menghindari makanan yang menyebabkan reaksi alergi muncul. Jika anda tahu bahwa anda atau anak anda mengalami alergi susu, hindarilah asupan susu dan produk olahannya. [3]
Beberapa sumber makanan yang jelas mengandung protein susu adalah [2,3] :
Senyawa lainnya yang perlu anda perhatikan dalam makanan dan produk olahan untuk menghindari alergi susu adalah [2,3] :
Bacalah label makanan dengan seksama. Perhatikan kandungan kasein, senyawa turunan susulainnya , yang dapat ditemukan pada beberapa olahan makanan, termasuk ikan tuna kaleng, sosis, atau produk lainnya. Anda juga dapat bertanya bahan masakan dalam makanan saat memesan makanan di restoran. [3]
Jika anda memiliki alergi susu, hindari makanan yang mengandung susu. The Food and Drug Administration (FDA) telah mewajibkan pabrik makanan untuk menuliskan makanan alergen yang sering menyebabkan alergi di bungkus produk makanannya. Beberapa bahan makanan yang perlu ditulis dan sering menyebabkan reaksi alergi adalah susu sapi, kedelai, gandum, telur, kacang tanah, kacang pohon, ikan, dan seafood. [2]
Walaupun anda telah berusaha menghindari susu dan olahannya semaksimal mungkin, alergi susu masih mungkin terjadi. Jika anda atau anak anda tidak sengaja mengonsumsi susu dan olahannya, obat-obatan seperti antihistamin dapat mengurangi gejala ringa yang terjadi. [3]
Berikut adalah tips untuk anda para penderita alergi susu, yaitu [2] :
Jika anda mengonsumsi susu sapi dan masih menyusui anak yang menderita alergi susu sapi, protein susu sapi dapat disalurkan dalam asi dan masuk ke tubuh anak anda. Anda juga harus menghindari susu sapi jika masih menyusui anak penderita alergi susu. [3]
Pada anak yang mengalami alergi susu, ASI dan susu formula hipoalergenik dapat digunakan untuk mencegah reaksi alergi. Anda juga dapat bertanya ke dokter atau ahli gizi mengenai rencana makanan untuk tetap mendapatkan makanan gizi seimbang tanpa susu. Anak anda mungkin perlu untuk mengonsumsi suplemen untuk menggantikan kalsium dan nutrisi lain dalam susu, termasuk vitamin D dan riboflavin. [3]
ASI adalah salah satu sumber nutrisi terbasik untuk bayi. ASI adalah susu yang paling disarankan untuk bayi yang memiliki risiko tinggi untuk mengalami alergi susu. [3]
Susu formula hipoalergenik merupakan susu yang dibuat dengan menggunakan enzim pemecah atau penghidrolisa protein susu, seperti kasein atau whey. Proses pengolahan susu formula hipoalergenik juga dapat melibatkan panas dan penyaringan. Tergantung dari tahapan pengolahan, produk susu ini dapat dikategorikan kedalam produk yang terhidrolisa sebagian atau seutuhnya. [3]
Beberapa susu formula hipoalergenik tidak dibuat dengan bahan dasar susu, melainkan bahan yang mengandung asam amino. Susu formula yang berbahan dasar asam amino ini sangat jarang menyebabkan reaksi alergi. [3]
Susu kacang kedelai mengandung bahan dasar proteik kedelai. Susu formula ini mengandung bahan-bahan lengkap dan tetap bernutrisi. Pastikan anak anda juga tidak mengalami alergi susu kedelai. [3]
1. Anonim. Food Allergy: Milk & Diary. ACAAI; 2019.
2. Cleveland Clinic Medical Professional. Milk Allergy. Cleveland Clinic; 2019.
3. Mayo Clinic Staff. Milk Allergy. Mayo Clinic; 2021.
4. Sally Robertson, B.Sc & Dr. Tomislav Mestrovic, MD, Ph.D. Milk Allergy. News Medical; 2019.