Daftar isi
Kekurangan gizi atau gizi buruk yang terjadi pada anak adalah suatu kondisi di mana anak mengalami defisiensi mikronutrien [1].
Defisiensi mikronutrien yang terjadi pada anak kekurangan gizi dapat menyebabkan melemahnya sistim kekebalan tubuh [1].
Menurut American Society of Parenteral and Enteral Nutrition (ASPEN), anak kekurangan gizi didefinisikan sebagai “ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan nutrisi, yang mengakibatkan defisit kumulatif energi, protein, atau mikronutrien yang dapat berdampak negatif pada pertumbuhan, perkembangan, dan hasil relevan lainnya” [2].
Pola makan dan pemberian makanan pendamping yang tidak mencukupi kebutuhan nutrisi anak erat kaitannya dengan kekurangan gizi pada anak [1].
Adapun periode perkembangan kritis terjadinya defisiensi mikronutrien pada anak anak sebagian besar terjadi pada usia 6 hingga 24 bulan pertama kehidupan [1].
Organisasi WHO sendiri telah merekomendasikan pemberian makanan pendamping kepada anak mulai usia 6 bulan [1].
Makanan pendamping yang dimaksud dapat berupa daging, ayam, ikan, telur, buah dan sayur untuk mendukung mikronutien yang diperlukan untuk perkembangan anak [1].
Anak kekurangan gizi dapat dikelompokkan berdasarkan tingkat keparahan kekurangan gizinya dalam tiga jenis yaitu [2]:
Moderate acute malnutrition adalah kekurangan gizi pada anak dengan kondisi lingkar lengan atas lebih besar atau sama dengan 115 mm dan kurang dari 125 mm.
Selain itu, anak yang mengalami kekurangan gizi jenis moderate acute malnutrition ini akan memiliki skor Z antara kurang dari −2 dan lebih besar dari −3.
Anak yang mengalami kekurangan gizi jenis severe acute malnutrition akan memiliki lingkar lengan atas kurang dari 115 mm dengan skor Z kurang dari -3.
Selain itu, anak juga akan mengalami edema pitting bilateral dan kwashiorkor marasmik.
Global acute malnutrition adalah kondisi kekurangan gizi di mana jumlah prevalensi malnutrisi akut berat ditambah malnutrisi akut sedang pada suatu tingkat populasi.
Berikut ini merupakan beberapa gejala anak kekurangan gizi [3]:
Penyebab anak dapat mengalami kekurangan gizi antara lain [3]:
Anak yang tidak menerima cukup makanan atau kesulitan makan dapat menjadi salah salah satu penyebab kekurangan gizi.
Selain itu, jika makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi standar nutrisi yang dibutuhkan maka kekurangan gizi juga dapat terjadi.
Adapun anak yang menderita penyakit kanker, penyakit hati, dan kondisi yang menyebabkan mual juga dapat menjadi penyebab anak kekurangan asupan makanan sehingga mengalami kekurangan gizi.
Kesehatan mental ternyata juga dapat menjadi salah satu penyebab seseorang mengalami kekurangan gizi.
Adapun kondisi kesehatan mental yang dimaksud yaitu depresi, demensia, skizofrenia dan anoreksia nervosa.
Sebagai contoh, jika anak mengalami depresi maka nafsu makannya akan berkurang dan jika terjadi terus menerus maka bukan tidak mungkin akan mengalami kekurangan gizi.
Bukan hanya kondisi kesehatan mental saja, namun kondisi pencernaan dan perut diketahui juga dapat menyebabkan anak kekurangan gizi.
Adapun kondisi pencernaan dan perut yang dimaksud antara lain penyakit crohn, kolitis ulseratif, penyakit celiac dan diare persisten.
Anak anak kadang tidak dapat menjelaskan atau memahami keadaan kesehatan tubuhnya sendiri.
Untuk itu, orang tua yang harus aktif memperhatikan perilaku dan tumbuh kembang anaknya.
Dengan harapan jika anak mulai menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi maka orang tua dapat segera memeriksakan anaknya kedokter untuk diagnosis dan pengobatan [3].
Hal pertama dan utama dalam mendiagnosis anak kekurangan gizi yaitu mengetahui penyebabnya [3].
Jika dokter curiga adanya penyakit crohn atau celiac maka tes laboratorium umumnya akan dilakukan dalam mendiagnosis [3].
Adapun tes lain yang juga digunakan dalam mendiagnosis kekurangan gizi anak yaitu [3]:
Anak yang kekurangan gizi dapat mengalami komplikasi sebagai berikut [2]:
Pengobatan anak kekurangan gizi berdasarkan jenis, penyebab dan tingkat keparahannya antara lain [2]:
Pengobatan kekurangan gizi akut moderat umumnya ditekankan pada pemberian ASI yang berkelanjutan dan pemberian makanan pendamping yang sesuai.
Anak anak umumnya haru memperoleh energi 25 kkal/kg per hari melalui konsumsi makanan hewani yang kaya asam lemak esensial dan zat gizi mikro seperti vitamin A, zat besi dan seng.
Anak anak yang mengalami kekurangan gizi akut moderat tanpa adanya komplikasi dapat ditangi dengan memberikan makanan terapeutik seperti pasta kacang tanah, susu bubuk, minyak sayur, mineral dan vitamin sesuai dengan rekomendasi WHO.
Sedangkan anak anak yang mengalami kekurangan gizi akut moderat dengan disertasi komplikasi diketahui harus dirawat dirumah sakit dan diberikan makanan terapeutik.
Pemberian ASI eksklusif diketahui dapat menjadi salah satu pengobatan utama dalam mengobati kekurangan gizi akut sekunder pada bayi yang lahir secara premature.
Selain itu, bayi premature yang kekurangan gizi juga dapat diobati dengan suplementasi zat besi.
Adapun pengobatan dengan pemberian ASI eksklusif dan suplementasi zat besi ini dilakukan selama enam bulan pertama kehidupan.
Anak anak yang kekurangan gizi dan memiliki penyakit ginjal kronis dapat diberikan protein dalam jumlah yang tidak memperburuk uremia.
Anak yang kekurangan gizi dan memiliki penyakit jantung maka perlu diberikan protein yang cukup tanpa terlalu banyak meningkatkan volum cairan.
Penatalaksanaan kekurangan gizi berat khususnya pada balita dapat dilakukan dengan, pertama memberikan makanan terapeutik dengan makro dan mikro nutrient untuk mentahasi deficit nutrisi.
Kedua, dengan melakukan identifikasi dan penanganan pada penyebab dan komplikasi yang terjadi, termasuk sepsis dan gangguan metabolisme.
Ketiga, jika kekurangan gizi terjadi disertasi dengan penyakit yang mendasari seperti HIV atau TBC maka harus dilakukan pengobatan infeksi subklinis.
Keempat, yang tidak kalah penting yaitu memberikan stimulasi kognitif dan dukungan emosional pada anak secara psikososial oleh orang tua atau pengasuhnya.
Dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi, kekurangan gizi pada anak sudah selayakanya menjadi fokus utama pemerintah [2].
Namun, masih tingginya angka kemiskinan membuat pencegahan terhadap kekurangan gizi parah pada anak seringkali susah dilakukan [2].
Dalam banyak kasus, pencegahan kekurangan gizi ini membutuhkan kombinasi pertumbuhan ekonomi, penggunaan program sektor publik yang difokuskan pada pengurangan ketidakadilan dan investasi pada nutrisi yang sensitive [2].
Adapun yang termasuk dapat nutrisi sensitive dalam hal ini yaitu seperti program dukungan menyusui dan makanan pendamping [2].
Mengingat, pencegahan kekurangan gizi tidak lain adalah dengan memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuh [3].
Selain itu, untuk menghindari kekurangan gizi yang diakibatkan oleh penyakit seperti pneumonia, diare, campak dan malaria maka perlu juga dilakukan vaksinasi dan menjaga kebersihan lingkungan khususnya dalam sanitasi [2].
Kekurangan gizi pada anak diketahui juga dapat mulai dicegah bahkan sebelum anak lahir dengan memberikan suplementasi mikronutrien dan makronutrien, pengobatan untuk penyakit menular (profilaksis dan infeksi akut) pada ibu hamil [2].
Dan setelah bayi lahir maka pencegahan kekurangan gizi dapat dilakukan dengan :
Perlu diingat bahwa, peran orang tua dalam pencegahan anak kekurangan gizi sangat penting.
Untuk itu, orang tua harus diberikan pendidikan atau pelatihan khususnya terkait dengan pemenuhan gizi bayi dan anak [5].
Hal ini dilakukan agar perbaikan pada praktik pemberian makan pada bayi dan anak dapat dicapai [5].
1. Yue, A., Marsh, L., Zhou, H., Medina, A., Luo, R., Shi, Y., & Rozelle, S. Nutritional Deficiencies, the Absence of Information and Caregiver Shortcomings: A Qualitative Analysis of Infant Feeding Practices in Rural China. Plos One; 2016.
2. Dipasquale Valeria, Cucinotta Ugo & Romano Claudio. Acute Malnutrition in Children: Pathophysiology, Clinical Effects and Treatment. Nutrients; 2020.
3. Yvette Brazier & Debra Rose Wilson. Malnutrition: What you need to know. Medical News Today; 2020.
4. Bhutta Zulfiqar A., Berkley James A., Bandsma Robert H. J., Kerac Marko, Trehan Indi, & Briend André. Severe childhood malnutrition. Nature Reviews Disease Primers; 2017.
5. Ken Maleta. Undernutrition. Malawi Med. J; 2006.