Para penyuka minuman berkafein seperti kopi mungkin tidak mengira bahwa kopi bisa timbulkan jerawat.
Namun bagi beberapa orang yang tidak bisa hidup tanpa kopi dan jerawat juga terus muncul saat mengonsumsi kopi, penting untuk mengetahui apakah keduanya berkaitan.
Jika memang berkaitan, ketahui aman tidaknya mengonsumsi kopi bagi kesehatan kulit dan seberapa bahaya bagi jerawat yang sudah ada.
Apakah minum kopi bisa timbulkan jerawat?
Ya, ada kemungkinan bahwa kopi bisa menjadi salah satu faktor pemicu jerawat. Beberapa kandungan di dalam kopi mampu meningkatkan risiko timbulnya jerawat [1,2,3].
Kandungan-kandungan yang dimaksud pun tidak selalu memberikan efek yang sama terhadap pengonsumsinya [1,2,3].
Meski demikian, tetap ketahui faktor apa saja yang bisa mendasari kemunculan jerawat saat rutin mengonsumsi kopi [1,2].
Bagi pengonsumsi kopi manis dan suka menambahkan gula setiap kali meminumnya, asupan gula ini dapat menjadi salah satu alasan mengapa kemudian jerawat timbul di kulit [1,2,3].
Sekalipun bukan pencinta kopi hitam ditambah dengan gula, pengonsumsi kopi latte pun sama saja [1].
Kandungan gula di dalam kopi jenis latte bisa mencapai 50 gram di mana takaran ini dua kali lipat kadarnya dari asupan gula yang direkomendasikan sehari-hari [1].
Ketika tubuh menerima gula terlalu banyak, insulin yang dilepaskan akan semakin banyak oleh tubuh di mana kemudian disusul oleh meningkatnya IGF-1 atau insulin-like growth factor [4,5,6].
IGF-1 sendiri merupakan jenis hormon yang memiliki peran dalam kemunculan jerawat pada kulit [4,5,6].
Oleh sebab itu, minum kopi manis apapun jenis kopi tersebut serta menikmatinya bersama dengan kue manis lainnya akan memperburuk kondisi kulit berjerawat [1,6].
Selain kopi dengan tambahan gula cukup banyak, hormon IGF-1 berkadar lebih tinggi setiap seseorang melakukan diet tinggi karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi [1,6].
Kandungan utama pada kopi adalah kafein, di mana kafein tidak hanya berperan dalam meningkatkan kewaspadaan dan daya konsentrasi pengonsumsinya [7,8].
Kafein juga mampu memicu stres, terutama jika konsumsi kopi berlebihan setiap hari [9].
Walaupun jerawat tidak disebabkan oleh stres, stres tetap merupakan salah satu faktor yang meningkatkan risiko kemunculan jerawat dan memperburuk kondisi jerawat yang sudah ada [10].
Hormon kortisol atau hormon stres akan merangsang kelenjar minyak pada kulit untuk menghasilkan minyak lebih banyak sehingga risiko jerawat semakin tinggi [1,2,3,9].
Selain itu, kafein kerap menjadi alasan seseorang sulit tidur dan kurang tidur [1,11].
Stres juga dapat terjadi karena seseorang kurang tidur yang kemudian berpengaruh terhadap kondisi kulit [1,11].
Bagi orang-orang yang menyukai kopi namun memiliki sensitivitas tinggi terhadap kafein, hindari minum kopi ketika sudah siang atau sore agar tidak membuat terjaga pada waktunya tidur [1].
Kopi ditambah dengan susu pun bukan ide yang bagus apabila memiliki jenis kulit yang mudah berjerawat [4].
Sebuah hasil studi menganalisa keterkaitan antara jerawat dengan asupan susu yang melibatkan 47.000 lebih orang perawat [12].
Para perawat ini pada masa remajanya pernah didiagnosa jerawat dan saat mengasup susu cukup banyak setiap harinya, jerawat akan lebih sering muncul daripada para perawat yang asupan susunya lebih sedikit [12].
Melalui hasil studi tersebut, para peneliti meyakini bahwa jerawat muncul karena dipicu oleh hormon yang terkandung di dalam susu [12].
Selain itu, sebuah studi lain yang melibatkan remaja laki-laki dan perempuan sebagai partisipan menunjukkan bahwa efek dari susu skim terhadap timbulnya jerawat lebih parah daripada susu low-fat maupun full-fat [13].
Pada studi lainnya, remaja perempuan memiliki risiko 22% lebih tinggi mengalami jerawat serius dan remaja laki-laki 44% lebih berisiko mengalami jerawat nodul atau kistik karena mengonsumsi susu tanpa lemak 2 gelas atau lebih daripada para remaja yang hanya minum 1 gelas setiap hari [14].
Adakah cara mengurangi risiko jerawat sekalipun tetap minum kopi?
Ada, sebab dengan mengetahui faktor apa saja yang mampu meningkatkan risiko jerawat dari asupan kopi, akan lebih mudah dalam mengatasi maupun menurunkan risiko masalah kulit tersebut.
Berikut ini adalah sejumlah tips yang bisa coba diikuti agar tetap bisa menikmati kopi tanpa khawatir jerawat timbul atau berkondisi lebih buruk.
Karena susu berkaitan dengan timbulnya jerawat, kopi dengan campuran susu sebaiknya dihindari sama sekali [1,2,3].
Atau setidaknya, hindari sementara waktu minum kopi dengan susu sampai jerawat hilang dan kulit membaik [1,2,3].
Jika ingin jenis susu lebih aman, setidaknya susu gandum atau susu almond bisa menjadi opsi alternatif dalam mengurangi asupan susu [2].
Selain perlu menghindari susu, pengonsumsi kopi yang ingin terhindar dari masalah jerawat sebaiknya memangkas asupan gula [1,2,3].
Hindari menambahkan gula pada kopi; namun jika tidak bisa minum kopi tanpa tambahan pemanis apapun, gunakan stevia [2].
Kafein di dalam kopi diketahui berpengaruh terhadap kondisi kulit dan mampu memicu jerawat [1,2,3].
Oleh sebab itu, batasi asupan kopi sehingga tubuh tidak menerima terlalu banyak kafein [1,2,3].
Selain itu, jenis kopi paling aman bagi kulit yang rentan terhadap jerawat adalah kopi hitam tanpa tambahan gula maupun susu [2].
Jika sudah mengurangi asupan kopi dan kafein namun jerawat masih tidak kunjung mereda, ada baiknya untuk menghindari kopi sama sekali sampai kulit benar-benar membaik dan stabil [2].
1. Healthline. Does Coffee Cause Acne?. Healthline; 2018.
2. Lacey Muinos. 3 Reasons Why Coffee Might Cause Acne, and What to Do About It. Live Strong; 2022.
3. Debra Sullivan, Ph.D., MSN, R.N., CNE, COI & Jennifer Berry. Coffee and acne: What is the link?. Medical News Today; 2020.
4. American Academy of Dermatology Association. Can the Right Diet Get Rid of Acne?. American Academy of Dermatology Association; 2022.
5. Elsa H. Spencer PhD, Hope R. Ferdowsian MD, MPH, & Neal D. Barnard MD. Diet and acne: a review of the evidence. International Journal of Dermatology; 2021.
6. Bodo C. Melnik & Gerd Schmitz. Role of insulin, insulin-like growth factor-1, hyperglycaemic food and milk consumption in the pathogenesis of acne vulgaris. Experimental Dermatology; 2009.
7. Justyna Godos, Francesca Romana Pluchinotta, Stefano Marventano, Silvio Buscemi, Giovanni Li Volti, Fabio Galvano, & Giuseppe Grosso. Coffee components and cardiovascular risk: beneficial and detrimental effects. International Journal of Food Sciences and Nutrition; 2014.
8. David M. Penetar, Una McCann, David Thorne, Aline Schelling, Cynthia Galinski, Helen Sing, Maria Thomas, & Gregory Belenky. Effects of Caffeine on Cognitive Performance, Mood, and Alertness in Sleep-Deprived Humans. Food Components to Enhance Performance: An Evaluation of Potential Performance-Enhancing Food Components for Operational Rations. Washington (DC): National Academies Press (US); 1994.
9. William R Lovallo, Noha H Farag, Andrea S Vincent, Terrie L Thomas, & Michael F Wilson. Cortisol responses to mental stress, exercise, and meals following caffeine intake in men and women. Pharmacology Biochemistry and Behavior; 2006.
10. National Institutes of Health. Acne. National Institutes of Health; 2020.
11. Kory P. Schrom, Sayeeda Ahsanuddin, Michelle Baechtold, Raghav Tripathi, Amy Ramser, & Elma Baron. Acne Severity and Sleep Quality in Adults. Clocks & Sleep; 2019.
12. Clement A. Adebamowo, MD, ScD, Donna Spiegelman, ScD. F. William Danby, MD. A. Lindsay Frazier, MD. Walter C. Willett, MD, DrPH. & Michelle D. Holmes, MD, DrPH. High school dietary dairy intake and teenage acne. Journal of the American Academy of Dermatology; 2005.
13. Clement A. Adebamowo, MD, ScD, Donna Spiegelman, ScD, Catherine S. Berkey, ScD, F. William Danby, MD, Helaine H. Rockett, MS, RD, Graham A. Colditz, MD, DrPH, Walter C. Willett, MD, DrPH, & Michelle D. Holmes, MD, DrPH. Milk consumption and acne in teenaged boys. Journal of the American Academy of Dermatology; 2015.
14. Noor Hasnani Ismail, Zahara Abdul Manaf, & Noor Zalmy Azizan. High glycemic load diet, milk and ice cream consumption are related to acne vulgaris in Malaysian young adults: a case control study. BMC Dermatology; 2012.