Bayam tentunya tidak asing lagi dalam menu sayuran sehari-hari. Bayam kastoyan adalah salah satu spesies dari sekian jenis bayam. Meskipun begitu, dalam penggunaannya bayam satu ini jarang disayur dan bijinya lebih sering digunakan daripada daunnya.
Bayam kastoyan, atau terkadang disebut juga bayam duri, masih banyak dipandang sebelah mata dan bahkan dimusuhi karena sering membuat telapak kaki tertusuk ketika berjalan. Padahal banyak manfaat kesehatan yang bisa didapatkan dari bayam satu ini.
Daftar isi
Bayam kastoyan merupakan tumbuhan hibrida dari dua jenis bayam berbeda. Bayam kastoyan adalah tumbuhan perdu tegak berwarna kemerahan atau keunguan yang dapat dipanen setiap tahun, tingginya sekitar 1,5 – 2 m dan pada saat dewasa bisa mencapai 3 meter (atau lebih).[1],[2],[3]
Batang bayam kastoyan agak kokoh, tidak bercabang atau bercabang sedikit, tidak berbulu atau berbulu tipis dengan rambut agak panjang. Di pangkal batang atau di tengah-tengah tumbuhannya, beberapa percabangan muncul dari ketiak daun.[1],[2]
Daun bayam kastoyan bertangkai dan majemuk, berseling, berbentuk belah ketupat, elips atau lonjong, berbulu halus di kedua permukaan dengan urat yang menonjol. Daun bayam kastoyan berwarna hijau-kuning hingga merah tua, ukurannya berkisar antara 6,5 - 15 sentimeter, sedangkan tangkai daunnya berukuran panjang hingga 8 cm.[1],[2]
Sistem perbungaan bayam kastoyan bisa tumbuh di terminal atau ketiak. Mereka juga bervariasi dari tegak atau tegap, dan menawarkan warna yang berbeda tergantung pada varietasnya: kuning, oranye, coklat, merah, dan merah muda sampai ungu dengan ukuran antara 50 cm hingga 1 m.[1],[2]
Bayam kastoyan juga memiliki biji yang mengandung banyak manfaat kesehatan. Bijinya kecil, bulat, lentikular, mengkilat, berwarna putih, kuning, emas, merah, merah jambu atau hitam, tergantung varietas tanaman. Ukurannya sangat kecil, dengan diameter antara 1 hingga 1,5 milimeter.[1],[2]
Fakta Menarik Seputar Bayam Kastoyan
Berikut informasi nilai gizi yang terkandung dalam 100 gram bayam kastoyan.[4]
Nama | Jumlah | Satuan Unit |
Total kalori | 87.9 | kJ |
Total karbohidrat | 4.1 | g |
Lemak total | 0.2 | g |
Protein | 2.1 | g |
Vitamin A | 2770 | IU |
Vitamin C | 41.1 | mg |
Tiamin | 0.0 | mg |
Riboflavin | 0.1 | mg |
Niasin | 0.6 | mg |
Vitamin B6 | 0.2 | mg |
Folat | 57.0 | mcg |
Asam pantotenat | 0.1 | mg |
Kalsium | 209 | mg |
Besi | 2.3 | mg |
Magnesium | 55.0 | mg |
Fosfor | 72.0 | mg |
Kalium | 641 | mg |
Natrium | 21.0 | mg |
Zinc | 0.9 | mg |
Tembaga | 0.2 | mg |
Mangan | 0.9 | mg |
Selenium | 0.9 | mg |
Bayam kastoyan rendah lemak jenuh, dan sangat rendah kolesterol. Selain itu juga merupakan sumber niasin yang baik, dan sumber protein, Vitamin A, vitamin C, riboflavin, vitamin B6, folat, dan mineral yang sangat baik.[4]
Sejumlah penelitian menyatakan bayam kastoyan mengandung senyawa antikosidan tinggi. Conforti et.al., (2005) meneliti potensi antioksidan dua varietas ekstrak bayam kastoyan dengan menggunakan media yang berbeda dan melaporkan bahwa ekstrak etil asetat dari kedua varietas tersebut menunjukkan aktivitas antioksidan yang tinggi.[5]
Bagian daun dan bunga bayam kastoyan serta ekstraknya terbukti memiliki aktivitas antioksidan tertinggi dibandingkan bagian lain dan senyawa rutin menjadi pembersih radikal bebas yang utama.[7]
Penghambatan enzim alfa-amilase pada penderita diabetes diketahui cukup penting untuk memblokir metabolisme pati memecah karbohidrat sehingga dapat memperlambat penyerapan gula darah.
Laporan dari investigasi terkait aktivitas antidiabetes dari beberapa tanaman obat mengungkapkan bahwa ekstrak yang berasal dari Amaranthus spp., termasuk bayam kastoyan, menunjukkan aktivitas tinggi terhadap enzim alfa-amilase. Ekstrak heksana, metanol dan etil asetat dari bayam kastoyan dilaporkan memiliki efek penghambatan yang tinggi pada alfa-amilase.[5],[7]
Sebuah studi oleh Zambrana dkk. (2018) melaporkan bahwa ekstrak hidro-etanol dari bayam kastoyan meningkatkan toleransi glukosa pada tikus Goto-Kakizaki dan tikus Wister dengan meningkatkan level insulin serum.[5],[7]
Dosis 400mg / kg ekstrak metanol bayam kastoyan ditemukan menunjukkan aktivitas antidiabetes yang tinggi ketika diberikan pada tikus diabetes normal dan yang dipicu oleh streptozotocin selama dua puluh satu hari.[5],[7]
Bayam telah dievaluasi kaya akan senyawa bioaktif yang mampu menghambat perkembangbiakan sel kanker. Studi mengungkapkan dosis 50μg / ml galakto-gliserol, senyawa yang diekstrak dari bayam kastoyan telah dilaporkan menunjukkan aktivitas tinggi melawan kecenderungan pertumbuhan garis sel kanker.[5]
Dalam rangkaian percobaan lain, Quiroga et al. (2015) meneliti penghambatan pertumbuhan sel tumor oleh lektin yang berasal dari bayam kastoyan. Hasil penelitian ini menunjukkan lektin yang diperoleh dari tumbuhan sebagai solusi prospektif kanker pada uji klinis dan praklinis.[5]
Senyawa heksana, etil-asetat dan ekstrak metanol dari bayam menunjukkan sifat pencegahan terhadap pertumbuhan sel kanker dengan efek samping minimum sebagaimana yang diujikan dalam garis sel tumor usus besar manusia.[7]
Sejumlah studi meneliti aktivitas penurunan kolesterol ‘jahat’ lipoprotein densitas rendah (LDL) dari daun bayam kastoyan yang diekstrusi pada kelinci tinggi kolesterol.[5]
Hasil menyimpulkan bahwa makan bayam yang diekstrusi dapat menurunkan kadar kolesterol dan mencegah aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan lemak) dan infeksi jantung terkait lainnya.[5]
Selain itu, potensi ekstrak bayam kastoyan dikatakan lebih efektif dibandingkan dengan lovastatin, obat yang digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol pada penderita tinggi kolesterol. Ketika keduanya (ekstrak bayam dan lovastatin) diberikan pada kelinci, bayam menyebabkan penurunan yang bermakna pada kolesterol.[5],[7]
Evaluasi serupa mengenai efek penurunan kolesterol dari kandungan protein bayam pada hamster tinggi kolesterol menunjukkan bahwa asupan protein bayam dapat mengakibatkan penurunan yang luar biasa dalam kolesterol LDL karena daya cerna yang tinggi sehingga mempengaruhi penyerapan kolesterol.[5],[7]
Dapat disimpulkan dari penjelasan di atas bahwa protein bayam dapat digunakan untuk melengkapi atau menggantikan makanan pada hamster tinggi kolesterol.
Sayuran kaya akan flavonoid makanan dan fitokimia lainnya yang meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh. Mereka melindungi lapisan jaringan sel jantung dari stroke, serangan jantung dan kondisi ketegangan lainnya.[5]
Selain itu, ketersediaan hayati nutrisi makanan seperti kalsium, magnesium, dan kalium telah diasumsikan memiliki efek perlindungan pada organ kardiovaskular (jantung), yang dapat dicapai melalui konsumsi sayuran dan buah-buahan setiap hari.
Beberapa penelitian melaporkan bahwa Amaranthus spp., termasuk bayam kastoyan, meningkatkan efek kekebalan tubuh terhadap infeksi dari agen penyakit dengan meremajakan sistem kekebalan tubuh inangnya.[5]
Ekstrak metanol dari bayam kastoyan dilaporkan memiliki aktivitas perlindungan terhadap hati yang tinggi ketika diberikan pada tikus Wister dengan kerusakan hati yang dipicu oleh parasetamol pada dosis 200 dan 400mg / kg.[5]
Selain itu, amarantin, lektin yang ditemukan terkandung di bayam kastoyan telah dilaporkan terbukti dapat mencegah kekambuhan sel kanker hati pada manusia.[5]
Tidak ada anggota genus Amaranthus yang diketahui beracun, tetapi ketika ditanam di tanah yang kaya nitrogen, mereka diketahui memusatkan nitrat di daun. Terutamanya terlihat di tanah di mana pupuk kimia digunakan.[3]
Bagian vegetatif tanaman Amaranthus mengandung protein, Ca, K, Fe dan asam askorbat yang tinggi, yang menunjukkan potensi makanan bergizi tinggi, tetapi juga mungkin mengandung nitrat dan oksalat dalam jumlah yang cukup besar.[8]
Nitrat terlibat dalam beberapa penyakit seperti kanker perut, bayi biru dan beberapa masalah kesehatan lainnya. Oleh karena itu, tidak disarankan untuk memakan tanaman ini jika ditanam secara anorganik.[3]
Bayam kastoyan sering digunakan biji dan daunnya untuk kuliner. Kandungan nutrisinya yang kaya mineral, polifenol dan flavonoid menjadikan tumbuhan satu ini sebagai makanan sehat yang layak dikonsumsi.
Daun bayam kastoyan bisa dimakan mentah maupun dimasak sebagai sayuran seperti spesies bayam lainnya. Sementara bijinya, yang sangat kecil, bisa diledakkan (dengan cara yang sama seperti berondong jagung), atau dimasak.[1],[2],[3]
Ide Penyajian Bayam Kastoyan
Penyimpanan bayam kastoyan kurang lebih sama seperti bayam pada umumnya. Daun bayam biasanya dipetik segar untuk digunakan sebagai sayuran hijau dalam salad atau direbus, dikukus, direbus, digoreng dan dicampur dengan daging, ikan, dll.
Sayuran bayam segar sangat mudah rusak, tetapi akan bertahan jika disimpan selama beberapa hari di lemari es, dan dibungkus dengan tisu basah. Simpan biji bayam dalam botol kedap udara di lemari es agar tidak tengik (tips yang bagus untuk biji-bijian utuh).[9]
Bayam kastoyan merupakan jenis bayam yang memiliki bunga dengan warna yang bervariasi dari kuning, oranye, hingga ungu. Bayam ini meskipun sering dipandang sebelah mata, namun memberikan banyak manfaat untuk kesehatan seperti menurunkan gula darah, kolesterol, risiko kanker, radang hati, jantung, dll.
1. Ivana Mezeyová, PHD., Slovak University of Agriculture in Nitra (SUA), Horticulture and Landscape Engineering Faculty (HLEF), Department of Vegetable Production, Tr. Andreja Hlinku, Nitra, and Slovakia Republic. Amaranthus caudatus. L-KSVMP&EM an IVF Project; 2016.
2. Agong, S.G, In: Brink, M. & Belay, G. (Editors). Amaranthus caudatus L. PROTA (Plant Resources of Tropical Africa / Ressources végétales de l’Afrique tropicale); 2006.
3. Anonym. Amaranthus caudatus - L. Plant For A Future; 2020.
4. Condé Nast. Amaranth leaves, cooked, boiled, drained, without salt Nutrition Facts & Calories. The Self Nutrition Data; 2018.
5. Jimoh, M.O., Afolayan, A.J. and Lewu, F.B. Therapeutic uses of Amaranthus caudatus L. 36(4): 1038–1053. Tropical Biomedicine; 2019.
6. Pedersen B, Knudsen KE, and Eggum BO. The nutritive value of amaranth grain (Amaranthus caudatus). 3. Energy and fibre of raw and processed grain. 40(1): 61-71. Plant foods for human nutrition (Dordrecht, Netherlands); 1990.
7. Kavita Peter & Puneet Gandhi. Rediscovering the therapeutic potential of Amaranthus species: A review. 4(3): 196-205. Egyptian Journal of Basic and Applied Sciences; 2017.
8. Hill, R. M.; Rawate, P. D. Evaluation of food potential, some toxicological aspects and preparation of a protein isolate from the aerial part of amaranth (pigweed). 30(3): 465-469. Journal of Agricultural and Food Chemistry, U.S. Food and Drug Administration; 1982.
9. Anonym. Real Food Encyclopedia | Amaranth. Food Print; 2020.