Autisme merupakan jenis gangguan pada perkembangan otak yang kemudian memengaruhi secara negatif kemampuan pikiran dan perilaku penderita [1,3,4].
Gangguan pada perilaku ini kemudian berdampak pada interaksi dan komunikasi sosial antara penderita dengan orang lain [1,3,4].
Gangguan perilaku pada autisme pun memiliki pola berulang dan jauh lebih rentan terjadi pada anak daripada orang dewasa yang akan lebih terlihat di lingkungan belajar atau sekolahnya [1,3,4].
Anak pengidap autisme akan mengalami keterbatasan gerakan tubuh, kata-kata yang diucuapkan, dan aktivitas sehingga rutinitasnya hanya akan meliputi hal yang sama berkali-kali [1,3,4].
Apabila gejala autisme tidak segera memperoleh penanganan, berbagai bahaya atau risiko komplikasi terkait interaksi sosial dapat dialami oleh penderita seiring bertambahnya usia [1,2,3].
Autisme bukan suatu kondisi yang dapat dicegah saat bayi sudah lahir, sebab saat anak didiagnosis dengan autisme secara dini, anak hanya akan memperoleh penanganan dini agar komplikasi tidak terjadi [3].
Sementara untuk upaya pencegahan, biasanya para ibu hamil memerlukan edukasi terkait autisme agar dapat meminimalisir risiko anak lahir dengan kondisi tersebut [3].
Diagnosis dini juga dapat dilakukan dini saat seorang wanita tengah mengandung dan berikut ini adalah beberapa cara mencegah autisme pada anak sejak ada dalam kandungan.
Daftar isi
Selama hamil, para wanita wajib menghindari berbagai macam jenis obat apabila tidak terlalu darurat untuk menggunakannya [3,4].
Sekalipun sedang sakit saat hamil, pastikan untuk ke dokter lebih dulu dan memeriksakan diri agar penyebabnya bisa teridentifikasi secara tepat [3,4].
Setelah penyebab teridentifikasi, dokter akan memberikan obat dengan menyesuaikan kondisi kehamilan; pemberian resep obat oleh dokter akan aman bagi janin maupun ibu hamil. [3,4]
Sementara itu, langsung mengonsumsi obat tanpa konsultasi dengan dokter lebih dulu dapat mengancam kesehatan janin [3,4].
Beberapa wanita menyukai minuman beralkohol, namun pada waktu hamil, usahakan untuk tidak mengonsumsinya [4].
Hindari selama kehamilan, bahkan jenis wine atau anggur sekalipun; minuman alkohol yang tampak ringan pun mampu membahayakan kondisi janin [4].
Perkembangan janin dapat terganggu sebagai efek dari asupan alkohol, yang artinya risiko bayi lahir dengan kondisi cacat lebih tinggi [4,5].
Selain itu, wanita hamil pengonsumsi alkohol juga memiliki risiko tinggi melahirkan anak dengan autisme, bayi lahir dengan berat badan rendah, bayi lahir prematur, atau justru keguguran [4,5,6].
Hal ini tidak ada hubungannya dengan usia kehamilan, sebab mengonsumsi minuman beralkohol baik saat kehamilan trimester pertama, kedua maupun ketiga sama berbahayanya.
Dalam mencegah atau menurunkan risiko autisme pada anak, para ibu hamil perlu menjaga kehamilan dengan baik, salah satunya dengan tidak merokok [7].
Rokok mengandung banyak zat berbahaya yang bisa meningkatkan risiko bayi lahir prematur, lahir dengan berat badan rendah, lahir dengan cacat bawaan, lahir dengan gangguan pernafasan, dan lahir dengan autisme atau ADHD [7].
Selain itu, ibu merokok selama hamil juga akan memperbesar peluang bayi untuk mengalami gangguan tumbuh kembang hingga risiko sindrom kematian bayi mendadak [7].
Tidak hanya merokok, terkena paparan asap rokok (menjadi perokok pasif) pun dapat menyebabkan gangguan kehamilan dan gangguan perkembangan janin [7].
Asam folat adalah nutrisi penting yang perlu dipenuhi oleh seorang wanita saat hamil [8].
Dengan kebutuhan tubuh akan asam folat selama hamil yang terpenuhi dengan baik, risiko bayi lahir cacat dan mengalami autisme dapat diminimalisir [8].
Manfaat asam folat juga sangat baik untuk perkembangan otak si kecil, maka para ibu dapat mengonsumsi makanan-makanan sumber asam folat tinggi, seperti bayam, asparagus, pisang, telur, dan brokoli [8].
Risiko autisme pada anak dapat berkurang dengan sang calon ibu mengonsumsi makanan-makanan berzat besi tinggi selama hamil [9].
Daging, roti, makanan laut, sereal yang telah diperkaya zat besi, dan juga telur adalah sumber makanan yang dapat dikonsumsi rutin [9].
Selain baik dalam mencegah autisme, perkembangan otak anak selama dalam kandungan juga dapat berjalan dengan baik [9].
Apabila perlu, para ibu bisa mengonsumsi suplemen zat besi, namun sebaiknya hal ini dikonsultasikan lebih dulu dengan dokter agar lebih aman [9].
Vaksin MR (Measles Rubella) adalah vaksin yang seharusnya sudah diperoleh para wanita sebelum hamil [4].
Bila merencanakan kehamilan, maka sebaiknya dapatkan vaksin ini lebih dulu agar dapat mencegah autisme yang berkaitan dengan virus rubella pada bayi yang lahir nanti [4].
Penyakit rubella sendiri merupakan jenis penyakit infeksi menular di mana virus yang menjadi penyebabnya; istilah lain untuk kondisi ini adalah campak Jerman [4].
Pada para calon ibu yang didiagnosa dengan penyakit fenilketonuria atau penyakit Celiac, segera cari penanganan dokter secepatnya [4].
Pastikan bahwa salah satu kondisi yang dialami tersebut tetap berada di bawah pengawasan dan penanganan dokter [4].
Fenilketonuria sendiri adalah salah satu kelainan genetik yang terjadi sebagai kondisi bawaan lahir; tubuh penderita fenilketonuria tak mampu menguraikan asam amino fenilalanin dan alhasil akumulasi zat ini terjadi [10].
Sementara itu, penyakit Celiac adalah penyakit autoimun di mana konsumsi makanan gluten akan menimbulkan sejumlah gejala [11].
Setidaknya meski pencegahan autisme pada bayi yang sudah lahir tidak memungkinkan, para ibu dapat menjaga kehamilan untuk meminimalisir risiko autisme pada perkembangan anak nantinya dan membuat perkembangan janin selama di dalam kandungan berjalan normal.
1. Holly Hodges, Casey Fealko, & Neelkamal Soares. Autism spectrum disorder: definition, epidemiology, causes, and clinical evaluation. Translational Pediatrics; 2020.
2. Teresa Foden & Connie Anderson, Ph.D. Bullying and ASD. Interactive Autism Network; 2010.
3. Konstantinos Francis, Georgios Karantanos, Abdullah Al-Ozairi, & Sulaiman AlKhadhari. Prevention in Autism Spectrum Disorder: A Lifelong Focused Approach. Brain Sciences; 2021.
4. Smitha Bhandari, MD. Can You Prevent Autism? WebMD; 2021.
5. Alison B. Singer, Arthur S. Aylsworth, Christina Cordero, Lisa A. Croen, Carolyn DiGuiseppi, M. Daniele Fallin, Amy H. Herring, Stephen R. Hooper, Rebecca E. Pretzel, Laura A. Schieve, Gayle C. Windham, & Julie L. Danielsa. Prenatal Alcohol Exposure in Relation to Autism Spectrum Disorder: Findings from the Study to Explore Early Development (SEED). HHS Public Access; 2018.
6. Alexandra C Sundermann, Sifang Zhao, Chantay L Young, LeAnn Lam, Sarah H Jones, Digna R Velez Edwards & Katherine E Hartmann. Alcohol Use in Pregnancy and Miscarriage: A Systematic Review and Meta-Analysis. Alcoholism: Clinical and Experimental Research; 2019.
7. Brian K Lee, Renee M Gardner, Henrik Dal, Anna Svensson, Maria Rosaria Galanti, Dheeraj Rai, Christina Dalman, & Cecilia Magnusson. Brief report: maternal smoking during pregnancy and autism spectrum disorders. Journal of Autism and Developmental Disorders; 2012.
8. Meiyun Wang, Kaiqin Li, Dongmei Zhao, & Ling Li. The association between maternal use of folic acid supplements during pregnancy and risk of autism spectrum disorders in children: a meta-analysis. Molecular Autism; 2017.
9. Rebecca J Schmidt, Daniel J Tancredi, Paula Krakowiak, Robin L Hansen, & Sally Ozonoff. Maternal intake of supplemental iron and risk of autism spectrum disorder. American Journal of Epidemiology; 2014.
10. William L. Stone; Hajira Basit; & Evan Los. Phenylketonuria. National Center for Biotechnology Information; 2021.
11. Ewa B. Posner & Muhammad Haseeb. Celiac Disease. National Center for Biotechnology Information; 2021.