Daftar isi
Cerebral palsy merupakan kelainan permanen yang mempengaruhi perkembangan gerakan hingga dapat menyebabkan keterbatasan seseorang melakukan aktivitas [1, 2].
Cerebral Palsy ini juga merupakan salah satu gangguan non-progresif yang bermanifestasi dalam perkembangan otak janin atau bayi yang kemudian akan menyebabkan kelumpuhan serebral [1].
Oleh karena itu, Cerebral Palsy ini dikenal juga sebagai penyebab paling umum dari disabilitas yang terjadi pada anak. Adapun, derajat dan jenis gangguan motorik dan kemampuan fungsional yang terjadi akan bervariasi pada masing masing anak tergantung pada etiologinya [1].
Berikut ini merupakan beberapa jenis Cerebral Palsy yang memengaruhi berbagai bagian otak dan menyebabkan gangguan gerakan tertentu [3]:
Cerebral Palsy kejang merupakan salah satu jenis Cerebral Palsy yang paling umum terjadi (80% dari keseluruhan kasus Cerebral Palsy) dengan gejala berupa otot kaku dan refleks yang berlebihan dan sulit berjalan.
Oleh karena itu, banyak penderita Cerebral Palsy spastik juga memiliki kelainan berjalan, seperti menyilangkan lutut atau melakukan gerakan seperti gunting dengan kaki saat berjalan.
Selain itu, penderita Cerebral Palsy jenis ini juga dapat mengalami kelemahan dan kelumpuhan otot. Adapun perlu diketahui bahwa gejala gejala tersebut dapat menyerang seluruh tubuh atau hanya satu sisi tubuh saja.
Cerebral Palsy diskinetik merupakan salah satu jenis Cerebral Palsy yang mengakibatkan penderitanya dapat mengalami kesulitan mengontrol gerakan tubuh, sehingga menyebabkan gerakan tubuh abnormal.
Adapun gerakan abnormal tersebut terjadi secara tidak sengaja, pada bagian seperti lengan, kaki dan tangan penderitanya.
Dan dalam beberapa kasus, wajah dan lidah penderitanya diketahui juga dapat terpengaruh hingga mengakibatkan gerakan yang lambat dan menggeliat atau cepat dan tersentak-sentak.
Oleh karena itu, penderita Cerebral Palsy jenis ini akan mengalami kesulitan dalam menjali aktivitas hidupnya seperti berjalan, duduk, menelan, atau berbicara.
Cerebral Palsy hipotonik merupakan jenis Cerebral Palsy yang dapat menyebabkan otot penderitanya menjadi lemah dan terlalu rileks sehingga lengan dan kaki akan bergerak dengan sangat mudah dan tampak terkulai, seperti boneka kain.
Cerebral Palsy jenis ini dapat mengakibatkan bayi kesulitan bernapas. Selain itu, bayi dalam kondisi ini juga tidak dapat sepenuhnya memegang kendali atas kepalanya sendiri.
Seiring bertambahnya usia, bayi yang menderita Cerebral Palsy jenis ini mungkin akan mengalami kesulitan untuk duduk tegak, kesulitan berbicara, refleks yang buruk, dan kelainan berjalan.
Cerebral Palsy ataksik merupakan jenis Cerebral Palsy yang paling tidak umum atau jarang sekali terjadi dibandingkan dengan Cerebral Palsy jenis lainnya.
Cerebral Palsy ataksik ini memiliki gejala berupa gerakan otot sukarela yang sering kali tampak tidak teratur, kaku, atau tersentak.
Adapun penderita Cerebral Palsy jenis ini akan mengalami masalah dengan keseimbangan dan koordinasi, mengalami kesulitan berjalan dan bahkan mengalami kesulitan melakukan fungsi motorik halus, seperti memegang benda dan menulis.
Cerebral Palsy campuran merupakan jenis Cerebral Palsy yang terjadi akibat adanya kombinasi antara beberapa jenis Cerebral Palsy.
Adapun dalam kebanyakan kasus Cerebral Palsy campuran ini dialami oleh orang yang mengalami campuran dua jenis Cerebral Palsy yaitu Cerebral Palsy spastik dan diskinetik.
Perkembangan tidak normal pada otak janin atau bayi dapat menjadi penyebab Cerebral Palsy yang bersifat non-progresif (statis) khususnya pada periode prenatal, perinatal, atau postnatal. Adapun penyebab pada masing masing periode tersebut antara lain [1]:
Penyebab Cerebral Palsy pada periode prenatal yaitu :
Penyebab Cerebral Palsy pada periode perinatal antara lain :
Penyebab Cerebral Palsy pada periode pascakelahiran termasuk :
Selain itu, Cerebral Palsy juga dapat disebabkan oleh cedera kepala yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada otak. Adapun cedera kepala ini dapat terjadi karena jatuh, kecelakaan kendaraan maupun tindak kekerasan yang menyerang kepala [3].
Seseorang dapat meningkatkan risiko terkena Cerebral Palsy jika memiliki faktor faktor sebagai berikut [4]:
IRisiko Cerebral Palsy pada bayi dapat meningkat dengan adanya infeksi atau paparan racun selama kehamilan. Adapun infeksi tersebut termasuk:
Penyakit pada bayi baru lahir yang sangat meningkatkan risiko Cerebral Palsy meliputi:
Faktor kehamilan atau kelahiran tambahan yang memiliki kemungkinan meningkatkan risiko Cerebral Palsy meliputi:
Jika Anda sebagai orang tua atau seseorang terdekat Anda menunjukkan gangguan perkembangan maupun adanya kekhawatiran atas gerakan tubuh yang terlihat tidak normal, memeriksakannya kedokter adalah pilihan yang tepat [4].
Adapun menemui dokter menjadi sangat disarankan jika anak Anda atau orang terdekat Anda mengalami gejala berikut ini [4]:
Berikut ini merupakan beberapa komplikasi yang mungkin dapat ditimbulkan oleh Cerebral Palsy [1]:
Diagnosis Cerebral Palsy akan dilakukan dengan menganalisis riwayat medis lengkap pasien termasuk juga melakukan pemeriksaan fisik yang mencakup pemeriksaan neurologis terperinci, dan mengevaluasi gejalanya [3].
Adapun berikut ini merupakan beberapa pengujian tambahan yang juga dapat dilakukan dalam diagnosis Cerebral Palsy antara lain [3]:
Jika dokter mengkonfirmasi Cerebral Palsy maka penderita akan dirujuk ke spesialis yang dapat menguji masalah neurologis yang berkaitan dan melakukan tes untuk mendeteksi [3]:
Pengobatan Cerebral Palsy umumnya bertujuan untuk meningkatkan keterbatasan dan mencegah komplikasi. Adapun pengobatan dan perawatan Cerebral Palsy mungkin termasuk alat bantu, obat-obatan, dan operasi sebagai berikut [3]:
Alat bantu bantu meliputi:
Dokter umumnya akan memberikan obat antikonvulsan oral dan relaksan otot dalam pengobatan lini pertama untuk Cerebral Palsy. Adapun dokter mungkin akan meresepkan :
Selain itu, dokter mungkin juga menyarankan suntikan lokal botulinum toksin tipe A (Botox) atau terapi baclofen intratekal, di mana obat diberikan melalui pompa yang dapat ditanamkan.
Operasi merupakan salah satu metode yang digunakan dalam pengobatan Cerebral Palsy. Perlu diketahui bahwa bedah ortopedi dapat digunakan untuk menghilangkan rasa sakit dan meningkatkan mobilitas.
Selain itu, operasi untuk melepaskan otot yang tegang atau untuk memperbaiki kelainan tulang yang disebabkan oleh spastisitas mungkin juga diperlukan.
Adapun rhizotomi punggung selektif (SDR) dapat dilakukan sebagai upaya terakhir untuk mengurangi nyeri kronis atau spastisitas dengan melibatkan pemotongan saraf di dekat pangkal tulang belakang.
Berikut ini merupakan beberapa jenis pengobatan lain untuk Cerebral Palsy meliputi:
Cerebral Palsy untuk sebagian besar kasusnya diketahui hingga kini tidak dapat dicegah, namun dapat dikurangi risikonya [4].
Adapun langkah langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya Cerebral Palsy untuk ibu yang sedang hamil atau berencana untuk hamil antara lain [4]:
Selain itu, untuk mencegah Cerebral Palsy akibat cedera otak maka melakukan praktik keselamatan anak dengan baik adalah solusi yang tepat. Praktik keselamatan ini termasuk [4]:
1. Jamika L. Hallman-Cooper & Franklyn Rocha Cabrero. Cerebral Palsy. National Center for Biotechnology Information, US. National Library of Medicine, National Institutes of Health; 2020.
2. T. Michael O’Shea. Diagnosis, Treatment, and Prevention of Cerebral Palsy. Clinical Obstetrics and Gynecology; 2008.
3. Verneda Lights & Karen Gill. Cerebral Palsy. Healthline; 2018.
4. Anonim. Cerebral palsy. Mayo Clinic; 2021.