Tinjauan Medis : dr. Christine Verina
Skoliosis adalah kelainan bentuk lengkung tulang belakang yang bentuknya menyerupai huruf S atau C. Sebanyak 80% kasus skoliosis penyebabnya tidak diketahui dan lebih sering ditemukan pada wanita dibandingkan... pria. Penyebab lainnya disebabkan oleh kelainan genetik pada tulang belakang itu sendiri, kelainan otot, cerebral palsy, postur tubuh yang salah dalam jangka waktu lama, maupun osteoporosis. Gejalanya cukup bervarian tergantung pada kelompok usia penderita skoliosis tersebut, mulai dari nyeri punggung hingga pinggang, pinggang tampak tidak rata, kaki tidak sama panjang, hingga sesak napas. Sebagian besar penderita skoliosis tidak sadar akan gejalanya sampai mereka memeriksakan diri. Terdapat beberapa pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan tulang belakang yaitu xray, MRI, dan CT scan. Pengobatanya juga bermacam mulai dari chiropractic, penggunaan brace khusus, obat-obatan hingga operatif. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah olahraga yang rutin dan benar, konsumsi vitamin D secara cukup, serta istirahat yang cukup. Read more
Daftar isi
Apa Itu Skoliosis
Skoliosis adalah kondisi ketika tulang belakang melengkung atau membengkok secara abnormal yang paling umum mengintai anak-anak dan para pra-remaja [1,3,4,5,7,9].
Normalnya, lengkungan tulang belakang berawal dari bagian atas bahu hingga punggung bagian bawah.
Bila tulang belakang nampak melengkung ke salah satu sisi membentuk “C” ataupun “S,” maka inilah yang disebut dengan kondisi skoliosis [3].
Fakta Tentang Skoliosis
- Pada 80% kasus skoliosis penyebab pastinya tidaklah diketahui [2].
- Skoliosis jauh lebih rentan dialami oleh perempuan daripada laki-laki [1,3,7,9].
- Skoliosis idiopatik remaja adalah yang paling sering dijumpai dengan kurang lebih 2-4% remaja di dunia yang dapat mengalaminya [3,6].
- 23% pasien skoliosis idiopatik remaja didiagnosa memiliki sakit punggung biasa di awal [5].
- Skoliosis degeneratif atau yang terjadi pada orang dewasa lebih sering dialami pada area punggung bawah [5,7].
- Skoliosis pada orang dewasa 40% akan berkembang, 30% mengalami perkembangan yang ringan, namun 10% sisanya perkembangan yang cukup serius [5].
Jenis-jenis Skoliosis
Congenital Scoliosis / SkoliosisKongenital
Jenis skoliosis ini adalah kondisi skoliosis yang terjadi pada anak-anak karena bawaan sejak lahir [1,2,5,9].
Skoliosis kongenital berisiko tinggi terjadi selama masa tumbuh kembang janin.
Ketika perkembangan tulang janin tidak berjalan dengan sempurna dalam kandungan, maka saat lahir bayi akan mengalami kekurangan pada bagian tulangnya.
Early Onset Scoliosis
Lengkungan tulang belakang yang terjadi secara abnormal ini terjadi pada bayi hingga usia 10 tahun sehingga termasuk sangat dini [1,2,5].
Early onset scoliosis biasanya juga dikenal dengan istilah skoliosis idiopatik karena tak diketahui penyebabnya secara pasti.
Pada jenis skoliosis ini, kemungkinan memperbaiki kondisi tulang dan postur pasien secara aman masih sangat besar.
Scheuermann’s Kyphosis
Dalam tubuh manusia terdapat tulang-tulang kecil yang membentuk tulang belakang.
Saat bagian tersebut mengalami keterlambatan dalam pertumbuhannya, inilah yang disebut dengan Scheuermann’s kyphosis dan cenderung terjadi pada usia anak-anak [2].
Adolescent Idiopathic Scoliosis /Skoliosis Idiopatik Remaja
Perubahan bentuk tulang belakang terjadi pada usia remaja yang masih dalam masa tumbuh kembangnya disebut juga dengan skoliosis idiopatik remaja [1,2,3,6].
Anak-anak usia 10-18 tahun adalah yang paling rentan mengalami jenis skoliosis ini yang seringkali penyebabnya tidaklah diketahui.
Adult Degeneratif Scoliosis / SkoliosisDegeneratif
Skoliosis jenis ini terjadi pada orang dewasa, namun tentunya hanya orang dewasa dengan masa kecil sebagai penderita skoliosislah yang berisiko lebih tinggi [1,2].
Semakin bertambahnya usia, kurva lengkungan tulang belakang dapat bertambah serius dan biasanya orang-orang usia 50 tahunlah yang terdiagnosa jenis skoliosis ini.
Syndromic Scoliosis / Skoliosis Sindromik
Skoliosis sindromik dapat terjadi karena kondisi medis berupa sindrom tertentu [2].
Para penderita sindrom Ehlers-Danlos atau sindrom Marfan misalnya, mereka memiliki risiko lebih besar dalam mengembangkan skoliosis jenis ini.
Penderita sindrom Beale, Retts, dan Prada-Willi pun dapat mengalami skoliosis.
Neuromuscular Scoliosis
Skoliosis neuromuskular ini adalah kondisi lengkungan tulang belakang yang tidak normal karena kondisi otot atau saraf yang bermasalah [1,2,3,5,9].
Spina bifida maupun Cerebral palsy adalah contoh dari kondisi medis yang memengaruhi tulang belakang membengkok tak wajar.
Namun tak semua penderita masalah saraf dan otot dapat mengembangkan skoliosis [2].
Penyebab Skoliosis
Penyebab pasti dari kondisi skoliosis belumlah diketahui dan belum dapat ditentukan.
Namun, ada sejumlah kondisi medis yang dikaitkan dengan skoliosis dan dapat menjadi faktor peningkat risiko skoliosis, seperti :
- Cerebral Palsy : Kelainan sistem saraf yang dapat berpengaruh pada gerakan tubuh ini dapat menyebabkan skoliosis. Bukan hanya gerakan tubuh yang terkena dampak buruknya, kemampuan berpikir, melihat dan mendengar pun dapat terganggu pada kondisi cerebral palsy ini.
- Osteoporosis : Karena tulang mengalami pengeroposan atau kerapuhan, maka hal ini dapat berakibat pada skoliosis.
- Distrofi Otot : Kelainan genetik yang mampu berakibat pada otot lemah dan dapat berpengaruh pada tulang serta mengakibatkan skoliosis.
- Skoliosis Kongenital : Cacat tulang bawaan atau tulang yang berkembang secara abnormal pada janin selama masih di kandungan adalah penyebab skoliosis yang sangat langka, namun tetap memungkinkan untuk terjadi.
- Cedera atau Infeksi : Salah satu dari kedua faktor tersebut mampu membuat seseorang mengalami kelengkungan tulang belakang yang abnormal.
- Postur Buruk : Postur tubuh yang salah dan buruk pada usia yang masih sangat muda dapat meningkatkan risiko skoliosis.
- Faktor Usia : Usia 10-12 tahun adalah yang paling berisiko mengalami skoliosis, namun masa remaja secara umum tingkat kerentanannya tinggi. Hanya saja gejala akan mulai nampak pada usia balita.
- Riwayat Kesehatan Keluarga : Skoliosis dapat diturunkan atau diwariskan sehingga faktor genetik berperan cukup besar meski tergolong jarang.
- Faktor Jenis Kelamin : Perempuan dan laki-laki sebenarnya memiliki risiko sama tingginya dalam mengembangkan skoliosis, khususnya skoliosis ringan. Namun, perempuan memiliki risiko jauh lebih tinggi dalam mengalami lengkungan tulang belakang yang memburuk.
Skoliosis pada Anak
Skoliosis yang dialami oleh anak-anak terklasifikasi menjadi tiga berdasarkan rentang usianya, yaitu [3,5] :
- Bayi dan balita, yaitu usia antara 0-3 tahun.
- Anak-anak, yaitu usia antara 3-10 tahun.
- Pra-remaja hingga remaja, yaitu usia 11 tahun ke atas, khususnya pada masa pubertas sampai tulang benar-benar matang.
Ada pula kasus skoliosis kongenital atau skoliosis menjadi kondisi bawaan anak sejak lahir.
Pada kondisi skoliosis ini, biasanya dikaitkan pula dengan kelainan bawaan lain dan berhubungan dengan kelainan jantung, kelainan sumsum tulang belakang, dan sistem genitourinari.
Skoliosis pada Orang Dewasa
Skoliosis tak hanya berpotensi terjadi pada anak-anak, tapi juga pada orang dewasa.
Namun, kondisi skoliosis pada anak dan orang dewasa tidaklah sama karena pada skoliosis pada masa dewasa tulang sebenarnya sudah mengalami kematangan.
Berikut ini adalah kategori-kategori orang dewasa yang menderita skoliosis untuk bisa membedakannya dari skoliosis anak [5] :
- Orang dewasa yang dulunya semasa remaja sudah mengidap skoliosis namun tidak memperoleh penanganan tepat sehingga berkembang menjadi lebih parah.
- Orang dewasa yang pernah dirawat dan dioperasi karena skoliosis sewaktu masa remaja.
- Orang dewasa yang mengalami jenis skoliosis degeneratif.
Gejala Skoliosis
Gejala skoliosis secara umum dan paling dapat dikenali antara lain adalah [4] :
- Satu sisi pinggul kelihatan lebih tinggi.
- Pinggang tidak rata.
- Satu sisi bahu tampak lebih menonjol dari sisi yang lain.
- Kekakuan dan nyeri pada punggung bawah.
Gejala pada Bayi atau Balita
- Sering berbaring melengkung ke satu arah dan cenderung konsisten.
- Di bagian dada terdapat tonjolan di salah satu sisinya.
- Nyeri di bagian dada
- Sesak nafas karena adanya masalah pada paru-paru atau jantung.
- Sakit punggung (tergantung jenis skoliosis yang diderita dan sering juga dialami orang dewasa penderita skoliosis).
Gejala pada Pra-Remaja Hingga Remaja
Anak-anak usia 10-12 tahun adalah yang paling punya risiko tinggi terhadap skoliosis di mana hal ini lebih dikenal dengan istilah skoliosis idiopatik remaja.
Beberapa gejala skoliosis jenis ini yang dapat dikenali antara lain adalah [1] :
- Kaki memiliki panjang yang tak sama
- Memiliki tubuh dengan kecenderungan bersandar ke salah satu sisi
- Salah satu sisi pinggul kelihatan lebih menonjol
- Tulang rusuk tidak simetris
- Kepala tampak tidak berada di tengah
- Salah satu sisi bahu lebih menonjol dan tajam
Banyak penderita gejala yang sebetulnya telah mengarah pada skoliosis namun pada jenis skoliosis idiopatik rata-rata mereka didiagnosa dengan sakit punggung biasa.
Bila ketidaknyamanan pada bagian punggung lebih serius, barulah dokter akan mengevaluasi dan memeriksa untuk mengetahui penyebabnya.
Para orangtua perlu memerhatikan dengan seksama perubahan fisik pada anak-anak bayi, balita ataupun remaja mereka.
Bila pun terdapat sedikit lengkungan abnormal, penting untuk segera mengecek kesehatan anak ke dokter sebelum gejala berkembang.
Pemeriksaan Skoliosis
Pemeriksaan fisik adalah hal utama yang dokter lakukan untuk mengonfirmasi apakah gejala merujuk pada kondisi skoliosis.
Untuk lebih memastikan dan mengetahui seberapa parah kondisi skoliosis pasien, beberapa pemeriksaan pendukung dokter akan lakukan [1,3,4,5,9].
- Sinar-X
Tujuan pemeriksaan dengan metode ini adalah agar dokter dapat mengecek struktur tulang belakang pasien melalui gambar yang dihasilkan.
Tak hanya itu, sinar-X juga berguna dalam membantu dokter untuk mengetahui potensi penyebab nyeri tulang belakang,seperti kelainan, infeksi, atau bahkan patah tulang.
Pemeriksaan ini pun berfungsi agar dokter dapat mengetahui kondisi struktur tubuh dan tulang pasien dengan bantuan teknologi komputer dan magnet.
Melalui prosedur pemeriksaan ini, dokter dapat mengecek kondisi sumsum tulang belakang dan sekitarnya serta akar saraf pada tubuh pasien.
Dengan begitu, penyebab seperti kelainan bentuk, degenerasi atau faktor lainnya bisa terlihat dari pencitraan ini.
Selain pemeriksaan MRI, jika diperlukan pasien pun harus menempuh CT scan untuk dapat membantu dokter mengetahui bentuk hingga ukuran saluran tulang belakang, strukturnya hingga kondisi sekitarnya.
Melalui visual yang dihasilkan dari prosedur tes ini, dokter dapat memperoleh hasil yang lebih detil.
Pengobatan Skoliosis
Untuk mengobati skoliosis, ada berbagai pilihan perawatan yang bisa ditempuh oleh pasien, seperti pembedahan misalnya agar mengoreksi postur tubuh.
Namun, ada pula pilihan perawatan skoliosis tanpa operasi yang tersedia.
Perawatan Tanpa Operasi
Bagi para penderita skoliosis yang mempertimbangkan pengobatan atau perawatan tanpa operasi, beberapa cara penanganan ini adalah yang paling direkomendasikan :
- Chiropractic
Penanganan dengan chiropractic atau pengobatan alternatif yang menjadi solusi bagi gangguan muskoskeletal (sistem otot dan tulang belakang) hingga sistem saraf dapat dicoba [8].
Namun sebelum menempuh perawatan ini, pastikan dulu bahwa terapis untuk chiropractic ini memiliki pengetahuan dan pengalaman terpercaya dalam menangani masalah skoliosis.
Chiropractic bukan sembarang perawatan karena melibatkan proses koreksi leher yang bisa cukup berbahaya bagi penderita skoliosis bila dilakukan oleh yang bukan ahlinya.
Koreksi lengkungan abnormal pada skoliosis perlu dilakukan seorang profesional dan berpengalaman agar akurat dan terjamin keamanannya.
- Terapi Fisik
Terapi fisik khusus untuk penderita skoliosis meliputi sejumlah latihan fisik atau olahraga yang disesuaikan dengan lengkungan tulang belakang yang dialami pasien skoliosis [8].
Tujuan dari terapi ini lebih untuk menyeimbangkan dan memperkuat otot-otot punggung.
Tak hanya itu, latihan fisik pun bermanfaat dalam meningkatkan teknik pernafasan serta fungsi paru untuk keseimbangan postur.
- Yoga
Para orang dewasa yang menderita skoliosis sebagai cara meredakan kadar nyeri yang dirasakan bisa mengandalkan Yoga [8].
Untuk fungsi otot kaki, punggung dan pinggul, latihan Yoga juga dapat meningkatkan manfaatnya.
Dengan latihan rutin, postur tubuh sekalipun dapat diperbaiki melalui Yoga serta tubuh menjadi lebih kuat serta fleksibel.
Tentu saja untuk memperoleh hasil palingbaik, datanglah pada instruktur Yoga yang benar-benar terpercaya dan pernahpunya pengalaman mengajarkan Yoga pada penderita skoliosis.
- Penggunaan Brace
Brace menurut seorang ahli anatomi fisiologi adalah salah satu perawatan skoliosis yang aman [10].
Daripada menempuh prosedur operasi yang menjadi momok bagi banyak penderita skoliosis, penggunaan brace dapat dipertimbangkan.
Selama kurva lengkungan abnormal masih memungkinkan untuk dirawat dengan brace serta usia juga aman, maka tingkat keamanan penggunaan brace cukup tinggi.
Namun tak semua penderita skoliosis bisa menggunakan brace sebagai solusi, hanya penderita skoliosis inilah yang direkomendasikan untuk penggunaan brace :
- Kelengkungan tidak lebih dari 60 derajat.
- Kelengkungan bukan merupakan skoliosis kongenital atau bawaan lahir.
- Lebih dianjurkan pada anak-anak karena penggunaan brace tidak lagi dilanjutkan setelah tulang berhenti tumbuh.
Brace bukanlah solusi penyembuhan skoliosis secara total, namun dapat membantu perbaikan kurva lengkungan dan postur tubuh penderita [1,3,4,5,7,9].
Jenis brace yang umum digunakan adalah yang berbahan plastik di mana bila pemakaiannya tepat, penderita akan merasa nyaman dan tidak berefek samping berbahaya [4].
- Obat-obatan
Penggunaan aspirin, naproxen dan ibuprofen dapat menjadi salah satu cara menangani skoliosis tanpa operasi, namun tak dapat menyembuhkan total [7].
Tujuan obat-obatan ini hanya mengurangi rasa nyeri sekaligus bengkak yang dikeluhkan oleh penderita.
Perawatan dengan Operasi
Ketika langkah tanpa operasi tak terlalu membantu secara efektif, pembedahan atau prosedur operasi pastinya diperlukan [1,3,4,7].
- Laminektomi : Operasi ini bertujuan mengangkat atau menghilangkan tekanan pada sumsum tulang belakang.
- Fusi Spinal : Operasi ini bertujuang menghilangkan rasa sakit yang dirasakan pasien pada tulang belakangnya dengan menggabungkan dua atau lebih ruas tulang.
- Mikrodisektomi : Operasi ini bertujuan untuk mengangkat atau menghilangkan tekanan pada saraf tubuh pasien.
- Reseksi Kolom Vertebral : Prosedur operasi ini bertujuan membuat tulang belakang lurus kembali, namun biasanya dilakukan bila cara-cara bedah lainnya tak berhasil.
Komplikasi Skoliosis
Walau skoliosis pada umumnya terjadi dalam bentuk yang tidak terlalu berat dan serius, tetap ada beberapa kasus di mana komplikasi-komplikasi ini berkemungkinan terjadi [4] :
- Penampilan Fisik Memburuk : Saat skoliosis makin parah, perubahan utama yang akan nampak dari penderitanya adalah penampilan fisik. Tulang pinggul, bahu dan pinggang akan sangat nampak tidak simetris.
- Masalah Punggung : Para orang dewasa dengan skoliosis yang sudah dialaminya sejak masa anak-anak biasanya berisiko mengembangkan nyeri punggung kronis.
- Kerusakan Jantung dan Paru : Pada skoliosis yang sudah sangat parah, jantung dan paru-paru berpotensi mengalami kerusakan karena memperoleh tekanan. Hal ini menyebabkan pasien sulit bernafas dan mengganggu pula kinerja jantung dalam memompa darah.
Pencegahan Skoliosis
Skoliosis bukanlah suatu gangguan kesehatan yang dapat dicegah. Satu-satunya kasus skoliosis yang dapat dicegah adalah skoliosis yang berkaitan dengan kondisi osteoporosis [9].
Namun selain karena osteoporosis, kondisi skoliosis tak dapat diminimalisir risikonya.
Hanya saja, upaya dalam menjaga tulang anak tetap sehat begitu juga calon bayi yang masih dalam kandungan, beberapa hal ini bisa dilakukan :
- Ibu hamil dan anak-anak perlu memenuhi kebutuhan kalsium dengan baik.
- Ibu hamil dan anak-anak perlu mendapatkan cukup vitamin D.
- Para orangtua dapat memeriksakan kesehatan tulang anak sejak dini secara teratur.
- Berolahraga secara rutin dan tidak berlebihan.
- Selalu mendapatkan istirahat yang cukup setiap hari.
Beberapa langkah tersebut pun dapat menjadi cara pencegahan untuk orang-orang yang telah mengalami gejala skoliosis awal dan ringan agar gejala tidak makin buruk.