Demam kelenjar banyak ditemukan menyerang remaja dan dewasa muda. Penyakit ini dapat sembuh tanpa penganganan, namun tetap dapat membuat seseorang merasa sakit dan dapat bertahan selama beberapa minggu. [2]
Daftar isi
Demam kelenjar atau yang disebut dengan infeksi mononukleosis adalah sebuah penyakit yang disebabkan oleh virus Epstein Barr. Penyakit ini juga sering dikenal dengan nama penyakit ciuman atau ‘kissing disease’ karena penularannya melalui ludah. [1,3]
Para ahli percaya bahwa lebih dari 90% penduduk dunia mengalami infeksi virus Epstein Barr. Walaupun demikian, tidak semua orang yang terinfeksi mengalami gejala atau mengalami demam kelenjar. [3]
Infeksi cytomegalovirus dan rubella, termasuk campak Jerman, juga dapat menyebabkan demam kelenjar. Selain itu, penyakit toksoplasmosis juga dapat menyebabkan gejala yang serupa dengan demam kelenjar. [3]
Banyak penduduk Australia terpapar dengan virus yang dapat menyebabkan demam kelenjar namun tidak menunjukkan gejala apapun. Hal ini paling banyak terjadi pada anak-anak. [1]
Saat seseorang mengalami demam kelenjar, gejala umumnya muncul setelah 4 sampai 6 minggu pasca terinfeksi. [3]
Gejala demam kelenjar antara lain [1,3] :
Gejala demam kelenjar dapat bertahan selama beberapa minggu hingga bulan, terutama rasa lelah dan kekurangan energi. [3]
Virus Epstein Barr merupakan salah satu jenis virus yang bertransmisi melalui air liur. Beberapa kegiatan yang dapat memindahkan virus ini dari antar individu adalah [1] :
The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mencatat bahwa virus ini juga dapat menyebar melalui kontak cairan tubuh lainnya, termasuk air mani, transplantasi organ, ataupun donor darah. Namun, hasil tes risiko penularan melalui donor darah dan organ masih terhitung sangat rendah. [3]
Kebanyakan infeksi virus Epstein Barr terjadi pada anak-anak. Saat infeksi terjadi, sistem imun tubuh akan memproduksi antibodi untuk melawan virus. [3]
Virus Epstein Barr berada dalam tubuh seumur hidup. Virus berada dalam kondisi inaktif pada tenggorokan dan sel darah. Antibodi menyediakan perlindungan seumur hidup, dan demam kelenjar jarang muncul kembali untuk yang kedua kalinya. [3]
Walaupun demikian, virus Epstein Barr dapat kembali aktif lagi. Infeksi akibat reaktivasi ini dapat menimbul gejala, terutama pada orang dengan sistem imun rendah. [3]
Komplikasi demam kelenjar sangatlah jarang terjadi, namun dapat menjadi hal yang sangat serius. Beberapa komplikasi demam kelenjar adalah [1,2,3] :
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mendeteksi adanya pembengkakan limfo nodus dan menilai kondisi tonsil, hati, dan limpa. [3]
Jika dokter mencurigai demam kelenjar, dokter akan melakukan beberapa tes tambahan spesifik untuk penyakit ini. Tes antibodi dapat dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya antibodi yang terbentuk akibat infeksi virus Epstain Barr. [3]
Selama kehamilan, beberapa tes dapat menunjukkan ada tidaknya rubella atau toksoplasmosis. Virus Epstein Barr tidak berbahaya untuk janin ataupun embrio. [3]
Tidak ada pengobatan spesifik untuk demam kelenjar. Gejala yang muncul dapat hilang dengan sendirinya setelah beberapa minggu. Penyakit ini adalah infeksi virus, sehingga antibiotik tidak akan bekerja (antibiotik hanya bekerja pada infeksi bakteri). [1]
Penderita demam kelenjar umumnya merasa lelah dan tidak bertenaga untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Beristirahat total merupakan kunci dari kesembuhan penyakit ini, terutama pada bulan awal setelah terinfeksi. [3]
Penderita demam kelenjar harus menghindari beberapa jenis olahraga seperti olahraga berat, olahraga yang melakukan kontak fisik, dan angkat beban. Jenis olahraga tersebut dapat meningkatkan risiko ruptur limpa. [1]
Saat kondisi tubuh mulai membaik, sedikit olahraga ringan dapat membantu mengembalikan kekuatan otot penderita demam kelenjar. Bicaralah dengan dokter jika anda akan kembali melakukan aktivitas normal setelah istirahat total. [1,3]
Minum banyak air mineral dapat membantu mencegah dehidrasi yang dapat terjadi akibat demam. Sakit tenggorokan dapat membuat penderita demam kelenjar menjadi sulit untuk menelan, namun asupan cairan tetap harus terpenuhi. [3]
Penderita demam kelenjar tidak diperbolehkan untuk minum alkohol karena kondisi hati yang lemah. [2]
Pengobatan pereda nyeri seperti ibuprofen (Advil) dan acetaminophen (Tylenol) dapat dibeli secara online maupun melalui toko obat. Obat-obat tersebut dapat membantu meredakan demam dan nyeri. [3]
Aspirin tidak disarankan untuk penderita demam kelenjar karena dapat meningkatkan risiko pendarahan. Anak dibawah usia 16 tahun juga tidak disarakan menggunakan aspirin karena berisiko membentuk sindrom Reyes. [3]
Berkumur dengan air garam atau larutan lain dari apotek dapat membantu meredakan sakit tenggorokan. [3]
Jika tonsil sangat membengkak hingga menyebabkan kesulitan bernapas, dokter dapat meresepkan obat kortikosteroid untuk meredakannya. [3]
Sama seperti penyakit infeksius lainnya, penyebaran dari demam kelenjar dapat dikurangi dengan beberapa tindakan pencegahan. Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah [1,2] :
1. Anonim. Glandular Fever. Health Direct; 2021.
2. Anonim. Glandular Fever. NHS; 2020.
3. Dr. Sirisha Yellayi, DO. & Stephanie Brunner. Glandular Fever: What to Know. Medical News Today; 2020.