Salah satu obat stimulan pernafasan adalah doxapram. Obat ini diberikan melalui intravena.[1]
Doxapram dapat digunakan untuk menangani masalah henti napas (apnea) pada bayi yang baru lahir.[2]
Daftar isi
Berikut ini diberikan data doxapram terkait indikasi, peringatan, golongan obat, kontraindikasi dan beberapa data lainnya:[1,2]
Indikasi | Depresi pernapasan pasca operasi, gagal napas akut, penyakit paru obstruktif kronik |
Kategori | Obat resep |
Konsumsi | Anak-anak dan dewasa |
Kelas | Stimulan pernapasan |
Bentuk | Intravena (injeksi dan infus) |
Kontraindikasi | Pasien dengan hipertensi parah, status asmatikus (asma akut berat), penyakit arteri koroner, epilepsi dan gangguan kejang lainnya, pembengkakan otak, stroke, hipertiroidisme (kadar tiroid tinggi)/tirotoksikosis (kerja tiroid berlebihan), penyumbatan fisik saluran napas, cedera kepala, emboli paru (baik dugaan maupun yang telah diketahui pasti). Pasien dengan alat bantu napas mekanis. |
Peringatan | Pasien dengan kondisi berikut, wajib berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan doxapram: → Pasien dengan penyakit serebrovaskular (penyakit pada pembuluh darah otak). → Pasien dengan hipermetabolisme. → Pasien dengan tekanan darah tinggi. → Gangguan fungsi hati dan ginjal. |
Kategori Obat Pada Kehamilan & Menyusui | Cara Pemberian Obat: ↔ Melalui IV/Parenteral (infus/injeksi): Kategori B: Studi pada reproduksi hewan tidak menemukan risiko pada janin. Belum ada studi yang memadai dan terkontrol pada wanita hamil |
Doxapram memiliki manfaat dalam menangani pasien dengan kondisi sebagai berikut:[1,2,3]
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, doxapram dapat diberikan pada orang dewasa dan anak-anak. Di bawah ini adalah dosis yang digunakan:[1,2]
Parenteral/Injeksi ⇔ Depresi pernapasan pasca operasi: → 1 s/d 1,5 mg/kg. → Diberikan paling tidak selama 30 detik. → Pemberian diulangi setiap jamnya jika dibutuhkan. |
Parenteral/Infus ⇔ Depresi pernapasan pasca operasi: → Dosis awal: 2 s/d 5 mg/menit. → Dosis selanjutnya: 1 s/d 3 mg/menit tergantung respons pasien. → Dosis maksimum: 4 mg/kg. |
Parenteral/Infus ⇔ Gagal napas akut: → Dosis awal: 1,5 s/d 4 mg/menit. → Dosis selanjutnya: Tergantung respons pasien. |
Parenteral/Infus ⇔ Penyakit Paru Obstruktif Kronik: → Dosis awal: 1 s/d 2 mg/menit. → Dosis maksimum: 3 mg/menit. → Waktu maksimum pemberian: 2 jam. |
Parenteral/Injeksi ⇔ Depresi pernafasan pasca operasi: → Dosis yang disarankan: 0,5 s/d 1 mg/kg untuk injeksi tunggal. → Injeksi diulang setiap interval 5 menit. → Dosis maksimum per injeksi: 1,5 mg/kg. → Total dosis maksimum: 2 mg/kg; tidak boleh melebihi 3 gram dalam waktu 24 jam. |
Parenteral/Infus ⇔ Penyakit Paru Obstruktif Kronik: → Dosis awal: 1 s/d 2 mg/menit. → Dosis maksimum: 3 mg/menit. → Waktu maksimum pemberian: 2 jam. |
Selain efek menguntungkan, pemberian doxapram juga mengakibatkan efek samping. Berikut ini adalah gejalanya:[2]
Di bawah ini adalah gejala overdosis yang dapat dialami pengguna doxapram. Hubungi tenaga medis jika mengalami gejala seperti di bawah ini:[1]
Info Efek bagi Tenaga Medis:[2]
Tabel berikut akan menjelaskan doxapram secara lebih rinci:[1,4]
Penyimpanan | → Simpan antara 20-25°C. |
Cara Kerja | → Deskripsi: Doxapram menstimulasi pernapasan melalui kerja dari bagian kemoreseptor karotis periferal. Secara langsung doxapram pada dosis tinggi menstimulasi pusat pernapasan pada medula melalui stimulasi progresif pada bagian lain otak dan sumsum tulang bealakang. Onset: Stimulasi pernapasan sekitar 20-40 detik. Durasi: 5-12 menit ⇔ Farmakokinetik: Penyebaran: Secara cepat disebar melalui jaringan lunak. Metabolisme: Secara luas dimetabolisme di hati. Doxapram dimetabolisme menjadi bentuk aktif keto-doxapram melalui reaksi hidroksilasi cincin. Ekskresi: Terutama dikeluarkan melalui feses (sebagai bentuk aktif dan bentuk awal) dan melalui air seni. Waktu paruh eliminasi berkisar 2,4-4,1 jam dengan rata-rata adalah 3,4 jam. |
Interaksi Dengan Obat Lain | → Penggunaan bersama MAOI atau simpatomimetik menimbulkan efek penekan aditif (seperti peningkatatn tekanan darah). → Menutupi secara sementara efek samping dari obat penghambat neuromuskular jika digunakan bersamaan. → Penggunaan bersama aminofilin/teofilin meningkatkan stimulasi sistem saraf pusat, cemas, kedutan dan hiperaktivitas. → Pemberian bersama obat anastesi katekolamin (enfluran, halotan, isofluran) dapat menyebabkan aritmia jantung, tunda pemberian doxapram setidaknya 10 menit setelah penghentian konsumsi obat anestesi |
Overdosis | ⇔ Gejala: Tekanan darah tinggi, takikardia (detak jantung cepat), aritmia (detak jantung tak beraturan), hiperaktivitas otot rangka termasuk peningkatan refleks tendon, dispnea, batuk, kebingungan, cemas, berkeringat, kejang umum dan klonik. ⇔ Cara Mengatasi: Pemberian IV diazepam, fenintoin, barbiturat bersama dengan oksigen dan peralatan resusitasi. |
Apakah bisa diberikan doxapram pada anak-anak usia di bawah 12 tahun?
Ya, bisa. Pada beberapa kasus, doxapram dapat diberikan untuk menangani henti napas pada bayi.[3]
Apakah doxapram dapat menyebabkan naiknya tekanan darah?
Ya, bisa.[5]
Bisakah doxapram diberikan saat pasien menggunakan alat bantu pernapasan mekanis?
Tidak diperbolehkan penggunaan bersama dengan alat bantu pernapasan mekanis.[2]
Apakah doxapram memengaruhi sistem saraf?
Ya. Cara kerja doxapram adalah menstimulasi pusat pernapasan di sistem saraf agar napas menjadi lebih cepat dan dalam.[6]
Bisakah doxapram menyebabkan cegukan?
Ya, bisa. Salah satu efek samping pemberian doxapram adalah cegukan.[2]
Di bawah ini adalah beberapa merek dagang dari doxapram: [5]
Brand Merek Dagang |
Dopram |
Doxapram Hidroklorida |
1) Anonim. Diakses 2020. Mims Indonesia. Doxapram.
2) Anonim. Diakses 2020. Drugs.com. Doxapram.
3) Vidhi P.Shah, Juliann M.Di Fiore, Richard J.Martin. 2019. The Newborn Lung (Third Edition), Neonatology Questions and Controversies. Respiratory Control and Apnea in Premature Infants.
4) Anonim. Diakses 2020. U.S. National Library of Medicine, National Center for Biotechnology Information. Doxapram.
5) Anonim. Diakses 2020. Drugbank.ca. Doxapram.
6) Derek G. Waller BSc (HONS), DM, MBBS (HONS), FRCP Anthony P. Sampson MA, PhD, FHEA, FBPhS. 2018. Medical Pharmacology and Therapeutics (Fifth Edition). Respiratory Disorders: Cough, Respiratory Stimulants, Cystic Fibrosis, Idiopathic Pulmonary Fibrosis and Neonatal Respiratory Distress Syndrome.