Mie instan merupakan salah satu makanan praktis yang populer di seluruh dunia. Alasan yang menyebabkan mie instan menjadi pilihan bagi sebagian orang adalah harganya yang murah dan mudah untuk disajikan. Selain itu mie instan memiliki rasa enak dan gurih sehingga menjadi pilihan utama bagi tiap orang.
Bahan yang terdapat dalam mie instan pada umumnya adalah tepung, garam, minyak kepala sawit dan penyedap rasa serta monosodium glutamat (MSG) [1]. Mayoritas mie instan memiliki kandungan rendah kalori, serat dan protein tetapi tinggi lemak, karbohidrat, natrium dan beberapa zat gizi mikro [2]. MSG dalam mie instan memiliki begitu banyak efek samping. Terutama saat menyajikannya bersama dengan mie instan. Berikut adalah efek samping dari mie instan antara lain:
Daftar isi
Konsumsi natrium yang terkandung dalam mie instan memiliki resiko peningkatan tekanan darah. Kadar yang dimiliki oleh mie instan yaitu sebesar 861 mg [3]. Sementara dalam tubuh manusia pada umumnya membutuhkan 2000-2400 mg. Jika dalam sehari seseorang memakan makanan lain selain mie instan maka bisa jadi kandungan natrium yang dikonsumsi melebihi target harian.
Jika hal ini dibiarkan terus terjadi, maka natrium akan menyebabkan tekanan darah tinggi. Hal ini akan menyebabkan volume darah yang lebih besar mengalir melalui pembuluh darah dan arteri [4]. Sebenarnya seberapa banyak natrium dapat mempengaruhi seseorang juga tergantung pada sensitivitas orang tersebut terhadap kandungan garam [5]. Beberapa orang yang tahan terhadap kandungan natrium memiliki resiko lebih renda terhadap darah tinggi [6].
Konsumsi mie instan yang berlebihan akan menyebabkan terjadinya kenaikan beberapa mikronutrien tertentu. Hal ini sejalan dengan penurunan asupan protein, kalsium, vitamin C, fosfor, zat besi, niasin, dan vitamin A secara signifikan. Mie instan dapat meningkatkan faktor resiko kardiometabolik seperti kelebihan berat badan dan obesitas [7]. Beberapa sindrom kardiometabolik ini dapat menyerang semua usia dewasa meski umumnya pada usia 20-an dan 30-an [8].
Berdasarkan data yang ada di lapangan, kebanyakan orang mengonsumsi mie instan untuk cemilan. Jika seperti itu, maka akan menghasilkan sindrom metabolik yang lebih tinggi [9]. Tapi beberapa penelitian menyebutkan bahwa orang dewasa makan mie instan saat makan siang atau makan malam sebagai pengganti makanan daripada cemilan [10]. Terlepas dari penggunaan mie instan sebagai makanan pokok atau cemilan, kandungan yang dimiliki tidak disarankan untuk dikonsumsi dalam jumlah yang banyak.
MSG yang terdapat dalam mie instan menyebabkan gejala nyeri dada dan jantung berdebar. Efek pemakaian MSG pada mie instan ini dapat membuat pembuluh darah dan arteri akan mengeras [11]. Penyakit jantung juga menyebabkan kematian dini yang lebih tinggi. Dalam sebuah penelitian mencatat bahwa peserta yang mengonsumsi kurang dari 5,8 gram garam per hari memiliki tingkat kematian terendah, sedangkan yang mengonsumsi lebih dari 15 gram garam perhari memiliki tingkat kematian tinggi [12].
Penelitian Baylor Heart and Vacular Hospital (BHVH) menemukan bahwa makan mie instan dua kali atau lebih dalam seminggu akan menyebabkan sindrom kardiometabolik sehingga menginkatkan penyakit jantung. Dalam mie instan mengandung bisphenol A (BPA) yang digunakan untuk mengemas mie dalam wadah busa polistiren. Penelitian telah menunjukkan bahwa BPA menganggu cara hormon mengirim pesan ke seluruh tubuh, khususnya estrogen [13].
Mie instan dapat membebani sistem pencernaan karena tubuh akan dipaksa untuk mencerna mie selama berjam-jam. Hal ini juga dapat menganggu kadar gula darah dan pelepasan insulin jika dicerna terlalu cepat. Oleh karena makanan disimpan di dalam tubuh begitu lama sebagai akibat dari pencernaan yang lambat, bahan kimia beracun dan pengawet menjadi bertahan dalam tubuh. Secara tidak langsung akan menyebabkan paparan berlebihan Butylated Hydroxyanisole (BHA) dan t-butylhydroquinone (TBHQ) [3].
TBHQ dan BHA digunakan dalam produk agar dapat digunakan lebih lama. Kedua bahan tersebut bersifat karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker bahkan menyebabkan asma jika dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama. Tidak hanya dalam jangka waktu yang lama, dikonsumsi dalam jumlah yang besar juga menyebabkan kecemasan dan diare [3].
Gangguan ginjal dapat terjadi jika mengonsumsi mie instan berlebihan. Hal ini disebebkan karena kandungan natrium yang tinggi dalam mie instan daapt meningkatkan jumlah kalsium dalam urin. Setelah selesai makan, oksalat ekstra akan menempel pada kalsium di ginjal dan mengeras hingga berpotensi menyebabkan batu ginjal [14].
Jumlah takaran yang aman untuk mengkonsumsi mie instan
Bahaya yang ditimbulkan dari konsumsi mie instan secara berlebihan sungguh mengerikan. Tapi tidak perlu khawatir jika hanya memakan mie instan sesekali saja. Selama kandungan yang dikonsumsi dalam mie instan masih pada takaran maka tidak bermasalah. Berikut merupakan kadar atau takaran yang aman untuk mengkonsumsi mie instan, antara lain:
1) Man Li, Ke-Xue Zhu, Xiao-Na Guo, Kristof Brijs, Hui-Ming Zhou. onlinelibrary.wiley.com. Natural Additives in Wheat-Based Pasta and Noodle Products: Opportunities for Enhanced Nutritional and Functional Properties. 2014.
2) Self Nutrition Data Staff. nutritiondata.self.com. Soup, Ramen Noodle, Beef Flavor, Dry Nutrition Fascts & Calories. 2017.
3) Clare Farrand, Karen Charlton, Michelle Crino. pubmed.ncbi.nlm.nih.gov. Know your noodles! assessing variations in sodium content noodles across countries. 2017.
4) Robert Agocs, Daniel Sugar, Attila J Szabo. pubmed.ncbi.nlm.nih.gov. Is too much salt harmful? Yes. 2020.
5) Andrea Grillo, Lucia Salvi, Paolo Coruzzi, Paolo Salvi, Gianfranco Parati. ncbi.nlm.nih.gov. Sodium intake and hypertension. 2019.
6) Ferruccio Galletti, Pasquale Strazzullo. pubmed.ncbi.nlm.nih.gov. The blood pressure-salt sensitivity paradigm: pathophysiologically sound yet of no practical value. 2016.
7) In Sil Huh, Hyesook Kim. ncbi.nlm.nih.gov. Instant noodle consumption is associated with cardiometabolic risk factors among college students in Seoul. 2017.
8) Yeon JY, Bae YJ. ncbi.nlm.nih.gov. Assosiation of instant noodle intake with metabolic factors in Korea: based on 2013-2014 Korean National Health Examination Survey. 2016.
9) Lakka HM, Laaksonen DE, Lakka TA. ncbi.nlm.nih.gov. The metabolic syndrome and total and cardiovascular disease mortality in middle-aged men. 2002.
10) Elobeid MA, Allison DB. ncbi.nlm.nih.gov. Putative enviromental-endocrine disruptors and obesity: a review. 2008.
11) Lanfranco D, Ferruccio G, Ersilia LF, Paola S, Pasquale S. ncbi.nlm.nih.gov. Effect od fietary sodium restriction on arterial stiffness: systematic review and meta-analysis of the randomized controlled trials. 2018.
12) Nancy, Lawrence, Paul. pubmed.ncbi.nlm.nih.gov. Sodium intake and all-cause mortality over 20 years in the trials of hypertension prevention. 2016.
13) Baylor Scott and White Health. newswise.com. Can Instant Noodles Lead to Heart Disease, Diabeter and Stroke?. 2014.
14) Steven Brown. webmd.com. Can what you eat give you kidney stones?. 2019.
15) Kamada C, Yoshimura H, Okumura R. ncbi.nlm.nih.gov. Optimal energy distribution of carbohydrate intake for Japanese elderly patients with type 2 diabetes: the Japanese Erderly Intervention Trial. 2012.
16) Seow Vi Vien (Nutrisionist Mount Elizabeth Hospital). straitstime.com. Limit intake of instant noodles and add healthier ingredients. 2017.