Penyakit & Kelainan

Emfisema – Penyebab – Gejala dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Emfisema adalah bagian dari PPOK, yaitu suatu gangguan pernapasan yang bersifat kronik dan semakin memburuk seiring berjalannya waktu. Emfisema akan mempengaruhi kantung udara di paru yang disebut dengan

Emfisema adalah kondisi ketika alveoli atau kantong udara pada paru-paru mengalami kerusakan sehingga menyebabkan sesak nafas.

Emfisema juga tergolong sebagai penyakit paruk obstruktif kronik di mana selain sesak nafas, penderitanya pun akan mengalami batuk kronis.

Seiring bertambahnya usia yang didukung oleh gaya hidup buruk, dinding bagian dalam kantong udara dapat makin lemah dan berisiko pecah.

Fakta Tentang Emfisema

  1. PPOK atau penyakit paru obstruktif kronik adalah istilah umum yang digunakan oleh para ahli kesehatan zaman dulu untuk menyebut bronkitis kronis dan emfisema.
  2. Bronkitis kronis dan emfisema adalah jenis penyakit paru obstruktif paling umum.
  3. Orang-orang dengan gangguan kesehatan paru seperti emfisema dan asma sangat rentan terhadap asap kebakaran dan sejenisnya yang meningkatkan risiko perburukan iritasi.
  4. Emfisema sempat menjangkiti sekitar 3,5 juta orang Amerika di mana 90% dari penderitanya adalah yang sudah berusia 45 tahun lebih.
  5. Merokok adalah penyebab utama dari kebanyakan kasus emfisema.

Penyebab Emfisema

Kerusakan alveoli pada kondisi emfisema tak hanya sekadar pembengkakan, sebab elastisitasnya pun dapat hilang.

Dinding kantong udara yang meregang, menyempit, atau hancur dapat menjadi penyebab pembesaran maupun hilangnya elastisitas alveoli.

Berikut ini adalah sejumlah faktor yang menjadi penyebab utama terjadinya emfisema :

1. Merokok

Rokok tembakau tak hanya menjadi salah satu sebab utama kanker paru-paru atau kanker mulut, sebab merokok juga dapat menyebabkan kemunculan penyakit paru lainnya.

Kantong paru dapat menjadi rusak dindingnya karena kebiasaan merokok yang aktif maupun jangka panjang.

Dengan begitu, para perokok aktif memiliki risiko 6 kali lipat jauh lebih besar dalam mengembangkan penyakit emfisema daripada orang-orang yang tidak merokok sama sekali.

Kerusakan yang terjadi pada dinding alveoli bersifat permanen dan belum terdapat pengobatan yang benar-benar bisa menyembuhkannya.

2. Polusi Udara

Paparan polusi udara yang berlebihan, cenderung setiap hari dan jangka panjang pun efeknya bagi paru akan sama seperti paparan asap rokok.

Ini karena polutan sangat berpotensi besar menjadi alasan dibalik terjadinya peradangan pada saluran udara sehingga memicu kerusakan jaringan.

3. Debu, Zat Kimia dan Asap Marijuana

Faktor utama lainnya yang umum dalam menyebabkan emfisema adalah paparan zat-zat kimia, debu, serta asap marijuana yang perlu diwaspadai.

4. Faktor Usia

Bukan penyebab utama, namun faktor usia menjadi peningkat risiko seseorang terkena emfisema.

Kondisi emfisema ini lebih rentan terjadi pada orang-orang yang sudah memasuki usia 40 sampai 60 tahun.

5. Faktor Jenis Kelamin

Emfisema cenderung banyak dialami oleh pria daripada wanita. Namun, sebab utama mengapa pria yang lebih rentan mengalami emfisema masih belum diketahui.

6. Perokok Pasif

Non perokok lebih baik sangat waspada karena menghirup asap rokok sekalipun dapat meningkatkan risiko kerusakan dinding alveoli.

Tinggal serumah dengan perokok aktif atau berada di lingkungan kerja yang penuh dengan perokok tentunya tetap mampu membahayakan kesehatan paru.

7. Kekurangan AAT (Alpha-1 antitrypsin)

Faktor lainnya yang mampu menjadi penyebab emfisema adalah tubuh yang kekurangan protein alami berupa alpha-1 antitrypsin atau AAT.

Protein alami ini biasanya ada pada sirkulasi darah manusia di mana fungsi utamanya adalah untuk melawan infeksi sekaligus menjadi pelindung sel-sel darah putih dari jaringan-jaringan normal yang rusak.

Kekurangan AAT dalam tubuh dan didukung dengan kebiasaan merokok aktif dapat memperburuk risiko bahaya emfisema maupun penyakit paru lainnya.

Tak hanya emfisema yang dapat berkembang karena defisiensi AAT ini, sebab ketika menderita emfisema, otomatis gangguan organ liver pun dapat terjadi.

8. Faktor Riwayat Kesehatan Keluarga

Memiliki anggota keluarga yang pernah atau sedang menderita emfisema akan meningkatkan risiko seseorang mengalaminya juga.

Hal ini dapat disebabkan oleh sensitivitas jaringan terhadap iritan (asap maupun zat kimia) yang diturunkan oleh orangtua.

Gejala Emfisema

Gejala yang ditimbulkan oleh kondisi emfisema bisa saja sudah terjadi dan dialami selama bertahun-tahun, namun banyak orang jarang menyadarinya secara langsung.

Sesak nafas adalah gejala paling awal dari emfisema dan kemudian dapat berkembang makin buruk dalam beberapa tahun.

Perhatikan dan rasakan setiap kali melakukan aktivitas apapun apakah sesak nafas pernah terjadi.

Banyak orang mungkin mengalami hal ini namun tak mengindahkannya karena merasa adalah kondisi yang normal apalagi jika aktivitas sedikit berat dan melelahkan.

Namun, segeralah ke dokter untuk memeriksakan diri apabila beberapa hal ini mulai terjadi sehari-hari :

  • Sesak nafas bahkan sewaktu dalam kondisi istirahat.
  • Tak dapat beraktivitas naik/turun tangga karena nafas menjadi benar-benar pendek.
  • Batuk yang tidak juga mereda dan sembuh.
  • Nyeri pada bagian dada, seperti ada sensasi kencang dan ketat.
  • Mengi

Bagi para perokok aktif, merokok bisa jadi penyebab utama batuk persisten. Namun jika batuk adalah tanda emfisema, gejala ini tak akan hilang walau sudah berhenti merokok.

Dada yang terasa sesak dan nyeri tak hanya muncul sebagai efek dari emfisema, tapi juga penyakit jantung yang berkembang karena empfisema itu sendiri.

Emfisema sudah tergolong serius dan perlu memperoleh penanganan medis sesegera mungkin bila gejala-gejala ini telah muncul :

Pemeriksaan Emfisema

Untuk menentukan apakah seseorang dengan gejala-gejala yang telah disebutkan merupakan penderita emfisema, maka pemeriksaan-pemeriksaan ini perlu ditempuh :

1. Riwayat Medis

Pemeriksaan ini dilakukan dokter melalui sejumlah pertanyaan yang diajukan kepada pasien terkait riwayat medis personal maupun anggota keluarga terkait penyakit paru dan jantung.

Dokter pun biasanya ingin tahu sudah berapa lama kira-kira gejala seperti batuk dan sesak nafas dialami oleh pasien.

2. Pemeriksaan Fisik

Dokter akan memeriksa fisik pasien melalui pengecekan tekanan darah, detak jantung, dan berat badan.

Beberapa hal yang kemungkinan ditangkap oleh dokter mengenai kondisi pasien yang mengarah pada emfisema adalah :

  • Mengi, yang menunjukkan bahwa terdapat kesulitan dalam mengambil nafas.
  • Pasien memiliki barrel chest atau ukuran paru yang lebih besar dari normalnya karena kerusakan alveoli.
  • Bibir membiru karena kadar oksigen dalam tubuh makin rendah.
  • Kadar tinggi karbondioksida pada tubuh pasien karena emfisema tak hanya membuat pasien sulit mengambil nafas, tapi juga mengembuskan nafas.
  • Saat ambil nafas harus sambil mengerutkan bibir.
  • Otot-otot yang mulai mengendur karena massa-nya berkurang karena malnutrisi.
  • Pasien memiliki ujung jari yang membulat.

3. Tes Darah

Dokter akan mengambil sampel darah pasien untuk diperiksa di laboratorium untuk mengetahui kondisi paru dalam mengirimkan oksigen ke aliran darah maupun dalam membuang karbondioksida dari aliran darah.

4. Pemindaian

Rontgen dada diperlukan supaya dokter dapat mengetahui apa saja yang menjadi penyebab pasien mengalami sesak nafas.

CT scan pun kemungkinan dibutuhkan agar dokter mampu mengecek kondisi organ dalam pasien dari berbagai arah, khususnya jika dikombinasi dengan sinar-X.

5. Tes Fungsi Paru

Tujuan pemeriksaan ini adalah agar dokter dapat mengukur kemampuan paru pasien dalam menahan seberapa banyak udara.

Tes ini juga akan memperlihatkan tingkat kenormalan aliran udara yang masuk ke paru maupun yang keluar dari paru.

Dari hasil pemeriksaan, dokter baru dapat menentukan emfisema yang diderita pasien sudah sampai di tahap mana.

  • Tahap Risiko : Tes pernafasan menunjukkan semuanya normal, namun bila pasien mengalami batuk yang sudah cukup lama ditambah terjadi peningkatan produksi lendir, itu tandanya risiko emfisema cukup tinggi.
  • Tahap Awal/Ringan : Terdapat sumbatan aliran udara ringan yang disertai dengan gejala batuk dan produksi lendir yang meningkat.
  • Tahap Sedang : Penderita mulai menyadari dan merasakan bahwa aliran udara terjadi penurunan. Setiap melakukan aktivitas, penderita akan alami sesak nafas maupun mengi.
  • Tahap Serius/Parah : Aliran udara terbatas menurut hasil tes paru-paru/pernafasan.

Pengobatan Emfisema

Pengobatan yang diberikan kepada pasien hanya sebatas membantu meredakan gejala karena emfisema belum ada obatnya.

Melalui Obat-obatan

  • Beta-agonist : Obat ini masih tergolong bronkodilator yang mampu melegakan pernafasan pasien, sekaligus membersihkan mukus/lendir serta merilekskan otot polos bronkial.
  • Antikolinergik : Obat ini juga termasuk golongan bronkodilator yang akan menenangkan otot polos bronkial serta meredakan batuk pasien.
  • Steroid Hirup : Obat kortikosteroid yang bisa dihirup biasanya berguna dalam meredakan sesak nafas dan menurunkan risiko memburuknya peradangan.
  • Antibiotik : Dokter akan memberikan obat jenis antibiotik apabila pasien diketahui menderita pneumonia atau bronkitis akut yang disebabkan oleh infeksi bakteri.

Melalui Operasi

Jika kondisi emfisema sudah sangat serius dan obat-obatan tak mampu menjadi pereda gejala, ada kemungkinan dokter menyarankan opsi operasi.

  • Operasi Pengurangan Volume Paru-paru : Tindakan bedah ini bertujuan mengangkat jaringan paru yang rusak sebagian kecil saja supaya jaringan yang tersisa bisa berkembang dan berfungsi lebih efisien.
  • Transplantasi Paru : Bila dokter menemukan bahwa paru-paru sudah rusak parah sementara tindakan medis lainnya tak efektif, pasien dianjurkan untuk menjalani transplantasi paru.

Melalui Terapi dan Perubahan Gaya Hidup

  • Terapi Oksigen : Pada kondisi emfisema parah dengan kadar oksigen dalam darah begitu rendah, maka terapi ini diperlukan oleh pasien selama pemulihan.
  • Terapi Nutrisi : Dokter atau ahli nutrisi biasanya akan memberi rekomendasi asupan nutrisi yang tepat agar berat badan yang sempat turun dapat naik kembali dan normal.
  • Rehabilitasi Paru : Program ini bertujuan membantu para pasien emfisema untuk dapat bernafas lagi dengan normal. Latihan pernafasan ini akan mengurangi sesak nafas dan membantu pasien agar bisa berolahraga lagi.
  • Berhenti Merokok : Walau risiko dan gejala emfisema tidak dapat sembuh total hanya karena berhenti merokok, namun setidaknya hal ini dapat menghambat perkembangan emfisema, termasuk mencegah komplikasi.

Komplikasi Emfisema

Bila kondisi emfisema tidak ditangani dengan tepat atau bahkan dibiarkan tanpa penanganan apapun, sejumlah risiko komplikasi ini dapat menyerang penderitanya :

  • Giant Bullae : Kondisi ini adalah keberadaan lubang di paru-paru yang ukurannya besar sehingga sulit bagi paru-paru untuk mengembang. Jika sampai kena infeksi, maka paru-paru bisa dalam keadaan bahaya.
  • Pneumotoraks : Pada emfisema yang sudah parah, paru-paru berisiko kolaps dan mengancam nyawa penderitanya. Paru-paru telah kehilangan fungsinya sehingga membuat potensi penderita bertahan hidup makin kecil.
  • Gangguan Jantung : Emfisema yang tak segera ditangani dapat membuat tekanan pada arteri penghubung paru dan jantung meningkat. Karena hal ini, waspadai area jantung melemah karena terjadi pelebaran di sana.

Pencegahan Emfisema

Emfisema adalah gangguan kesehatan paru yang sebenarnya bisa dicegah dengan menerapkan kebiasaan dan gaya hidup baik.

Untuk menurunkan risiko emfisema, hindarilah beberapa hal ini :

  • Aktivitas merokok.
  • Asap rokok (tidak menjadi perokok pasif).
  • Debu
  • Bau atau paparan zat-zat kimia

Agar keamanan terjamin, kenakan masker penutup hidung dan mulut saat berada di luar ruangan, khususnya saat berkunjung ke daerah berpolusi tinggi.

Robin Madell, Valencia Higueria & Stacy R. Sampson, DO. 2016. Healthline. What Are the Stages of Emphysema?
Anonim. 2017. Mayo Clinic. Emphysema.
George Schiffman, MD, FCCP & Charles Patrick Davis, MD, PhD. 2019. eMedicineHealth. Facts You Should Know About Emphysema.
Paul Boyce, MD. 2019. WebMD. What Is Emphysema?
Markus MacGill & University of Illinois-Chicago, School of Medicine. 2017. Medical News Today. What is emphysema?
Anonim. 2015. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Tanggap Darurat Terhadap Kabut Asap.
Jen Thomas & George Krucik, MD, MBA. 2018. Healthline. COPD: Facts, Statistics, and You.

Share