Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Sendi temporomandibular (TMJ) adalah sendi yang menghubungkan rahang dengan tempurung kepala. Adanya gangguan pada sendi ini akan menyebabkan nyeri pada area rahang dan otot yang mengatur pergerakan rahang.
Daftar isi
Gangguan sendi rahang juga dikenal dengan istilah TMJ (temporomandibular joint) disorder [1,2,3].
Sendi temporomandibular sendiri adalah otot dan sendi rahang yang mendukung proses terbuka dan tertutupnya mulut.
Sendi ini ada di tiap sisi kepala dan ketika proses mengunyah maka sendi ini akan bekerja sama.
Aktivitas berbicara dan menelan pun melibatkan sendi temporomandibular, berikut juga ligamen, otot, dan tulang rahang.
Sebagai pengendali rahang bawah ketika bergerak ke samping, depan dan belakang, sendi ini sangat penting sehingga terjadinya gangguan pada sendi ini mampu memicu rasa sakit yang mengganggu.
Tinjauan Gangguan sendi rahang atau TMJ (temporomandibular joint disorder) merupakan kondisi yang ditandai rasa nyeri mengganggu pada area rahang.
Terdapat piringan di antara bola dan soket pada setiap sendi temporomandibular di mana fungsinya adalah sebagai penyokong beban.
Terbukanya rahang secara lebar-lebar juga karena terdapat piringan tersebut, begitu juga fungsinya dalam membuat rahang bergeser dan berputar.
Saat gangguan sendi rahang terjadi, ada sejumlah kemungkinan yang mampu menyebabkan atau meningkatkan risikonya, yaitu antara lain adalah [1,3] :
Meski begitu, terdapat banyak kasus gangguan sendi rahang yang tidak diketahui penyebab pastinya.
Sementara itu, penting untuk juga mengenali berbagai kondisi berikut sebab faktor-faktor di bawah ini mampu meningkatkan risiko gangguan sendi rahang.
Gangguan sendi rahang dapat dipicu oleh stres emosional, terutama karena energi yang ditimbulkan oleh stres akan tersalurkan ke seluruh tubuh.
Sebagai akibatnya, berbagai jenis penyakit seperti penyakit jantung, asma, dan hipertensi akan dialami penderita.
Tak hanya itu, kontraksi pada otot leher dan kepala pun berpotensi besar untuk terjadi.
Makrotrauma merupakan jenis kondisi trauma besar yang terjadi tiba-tiba dan mampu berakibat serius pada struktur rahang.
Contoh makrotrauma adalah kecelakaan atau pukulan pada wajah yang mampu berdampak pada perubahan struktur rahang.
Sementara itu, mikrotrauma adalah trauma yang sifatnya lebih ringan namun terjadi secara berulang dalam jangka waktu lama.
Kebiasaan menggesekkan gigi (bruxism) keras-keras adalah salah satu contoh mikrotrauma yang tidak hanya merugikan kesehatan gigi, tapi juga otot dan sendi rahang.
Mengunyah satu sisi, mengerat kiki, menggesekkan gigi atas dan bawah keras-keras, bertopang dagu, serta menggigit kuku merupakan kebiasaan atau aktivitas yang menimbulkan nyeri di bagian sendi rahang.
Selain rasa nyeri, setiap bangun tidur, penderita juga akan merasakan kelelahan di bagian otot-otot wajah.
Tinjauan Cedera atau trauma pada wajah khususnya bagian rahang, Pukulan pada sendi, penyakit sendi (osteorarthritis maupun arthritis), hingga piringan sendi yang terkikis atau bergeser dari posisi normal, biasanya ketiga faktor ini mampu menyebabkan gangguan sendi rahang.
Gejala-gejala gangguan sendi rahang yang perlu diketahui antara lain adalah [1,3,4,5] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Jika rasa nyeri yang terjadi pada area rahang, telinga atau wajah cenderung persisten, maka hal ini sudah seharusnya langsung diperiksakan ke dokter.
Terlebih bila mulai sulit mengunyah apalagi membuka dan menutup mulut, segera ke dokter untuk pemeriksaan.
Ada baiknya untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis sendi temporomandibular atau dokter gigi untuk mendiskusikan berbagai kemungkinan penyebabnya sekaligus cara menangani gejala.
Tinjauan Gejala-gejala gangguan sendi rahang umumnya meliputi nyeri rahang, nyeri wajah, nyeri di area telinga, sulit membuka dan menutup mulut, nyeri di area pipi, sulit mengunyah, pusing hingga vertigo, serta rahang berbunyi ketika digerakkan.
Ketika merasakan gejala-gejala yang mengarah pada gangguan sendi rahang, maka segera ke dokter.
Dokter akan menggunakan beberapa metode diagnosa yang meliputi :
Pemeriksaan fisik biasanya meliputi pemeriksaan pada rahang [1,2,3].
Dokter akan mengecek gejala di bagian tersebut, atau dokter juga akan menyentuh rahang serta mendengar adanya bunyi yang keluar saat pasien menggerakkan mulut membuka dan menutup.
Dalam pemeriksaan fisik, dokter juga akan mengobservasi jarak gerakan rahang pasien.
Untuk mengidentifikasi lokasi nyeri dan ketidaknyamanan yang dirasakan pasien, dokter akan menekan pada bagian area rahang.
Untuk mengetahui kondisi detail bagian rahang dan gigi pasien, maka biasanya pasien perlu menempuh sinar-X gigi [1].
Rontgen gigi ini akan membantu dokter mengidentifikasi adanya kelainan atau gangguan secara spesifik pada rahang dan gigi.
Tes pemindaian seperti CT scan dan MRI scan merupakan dua metode pemeriksaan penunjang yang kemungkinan dokter akan anjurkan pada pasien [1].
CT scan adalah bentuk tes yang akan menghasilkan gambar kondisi tulang dan sendi pasien.
Sementara MRI scan, metode ini akan memperlihatkan kepada dokter kondisi gangguan pada piringan sendi dan sekitar jaringan lunak.
Metode pemeriksaan ini jarang diterapkan, namun bila memang perlu dokter akan merekomendasikannya pada pasien [1,3,5].
Prosedur ini dilakukan dengan membuat sayatan yang besarnya selubang kunci agar artroskop dapat dimasukkan.
Dari alat yang disebut artroskop tersebut, dokter baru dapat melihat seperti apa gangguan sendi yang dialami oleh pasien, mendiagnosanya, lalu memutuskan penanganan yang tepat untuk gangguan sendi rahang.
Tinjauan Dalam mendiagnosa gangguan sendi rahang, dokter menggunakan beberapa metode yang meliputi pemeriksaan fisik, rontgen gigi, tes pemindaian, serta artroskopi jika diperlukan.
Dalam menangani gangguan sendi rahang, terdapat sejumlah metode yang umum diterapkan pada penderitanya.
Pemberian obat-obatan, perubahan gaya hidup serta beberapa terapi lainnya diperlukan sesuai dengan tingkat keparahan kondisi pasien.
Ketika memeriksakan diri ke dokter, biasanya dokter akan memberikan sejumlah obat serta tindakan medis untuk mengatasi gejala-gejala gangguan sendi rahang.
Beberapa jenis obat dan perawatan yang umumnya akan diresepkan antara lain adalah :
Umumnya jenis obat ini akan diberikan dengan dosis lebih tinggi.
Tujuan menggunakan obat ini adalah untuk meredakan pembengkakan dan rasa sakit.
Untuk menghilangkan rasa cemas dan stres yang kemungkinan besar menjadi pemicu gangguan sendi rahang, dokter akan meresepkan obat anti-cemas.
Selain mengurangi kecemasan, obat ini juga dapat diandalkan sebagai pereda rasa sakit, terutama bila digunakan dalam dosis rendah.
Dokter juga berkemungkinan meresepkan pelemas otot jika kontraksi terjadi pada sendi dan otot rahang.
Tujuan penggunaan obat ini tentu sebagai pengendur rahang sehingga proses mengunyah tidak terganggu.
Belat merupakan benda berupa corong plastik yang dipasang pada gigi atas dan bawah.
Biasanya pemasangan akan dipaskan dengan gigi atas maupun bawah yang tujuan utamanya adalah demi menjaga gigi bawah dan atas tidak saling bersentuhan.
Alat ini juga merupakan bentuk perawatan bagi pasien gangguan sendi rahang untuk membuat gigitan lebih baik dan posisi gigi juga dapat ditempatkan pada arah yang benar.
Botox adalah salah satu metode pengobatan gangguan sendi rahang yang diberikan dengan cara disuntkkan pada area rahang yang terkena.
Otot akan lebih rileks karena botox dan rasa nyerinya pun dapat mereda atau hilang.
Umumnya, botox adalah perawatan jangka panjang yang efeknya dapat bertahan hingga sekitar 8 bulan, namun pastikan untuk berkonsultasi secara detail dengan dokter mengenai metode ini.
Terapi lainnya yang juga diperlukan oleh pasien adalah terapi fisik, yakni meliputi latihan fisik dan perbaikan postur tubuh.
Tak hanya itu, ini akan membantu memperbaiki dan memulihkan kondisi wajah serta rahang.
Selain obat-obatan dan terapi medis, beberapa perawatan non-medis berikut dapat pula ditempuh oleh pasien [6,7].
Tinjauan Gangguan sendi rahang dapat ditangani dengan dua metode, yaitu perawatan secara medis (pemberian obat, belat, dan terapi fisik) dan non-medis (baik alternatif maupun mandiri).
Gangguan sendi rahang diketahui pada banyak kasus tidaklah mengakibatkan komplikasi yang berbahaya [1].
Namun risiko komplikasi ketika gangguan sendi rahang tidak segera ditangani tetap ada, yaitu antara lain [7] :
Karena onset dari gejala gangguan sendi rahang tak dapat diprediksi, sulit untuk melakukan pencegahannya [3].
Hingga kini pun belum terdapat cara pencegahan efektif terhadap gangguan sendi rahang.
Bahkan ketika gangguan ini terjadi, kesembuhan pasien pun tak dapat dijamin.
Tinjauan Belum terdapat cara pencegahan gangguan sendi rahang. Namun menjaga kesehatan sendi dan otot rahang dengan menghindari kebiasaan yang mampu memicunya dapat diupayakan.
1. Kushagra Maini & Anterpreet Dua. Temporomandibular Joint Syndrome. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Ani Iswatin Khuril Iin Khasanah. Pengaruh Gangguan Sendi Temporomandibula Terhadap Kualitas Hidup (Terkait Kesehatan Gigi dan Mulut) pada Lansia. Jurnal Media Medika Muda; 2012.
3. Shalender Sharma, D. S. Gupta, U. S. Pal, & Sunit Kumar Jurel. Etiological factors of temporomandibular joint disorders. National Journal of Maxillofacial Surgery; 2011.
4. Vikram Ahuja, Vikash Ranjan, Deepak Passi, & Rashi Jaiswal. Study of stress-induced temporomandibular disorders among dental students: An institutional study. National Journal of Maxillofacial Surgery; 2018.
5. Alfonso Gil-Martínez, Alba Paris-Alemany, Ibai López-de-Uralde-Villanueva, & Roy La Touche. Management of pain in patients with temporomandibular disorder (TMD): challenges and solutions. Journal of Pain Research; 2018.
6. drg. Franciscus Wihan Pradana, Sp.Pros. Kelainan Sendi Rahang (Temporo Mandibular Disorder). RSUP Dr. Sardjito; 2019.
7. Dr, Michael Gelb. Not Just a Jaw Click: The Consequences of Untreated TMJ. Dr. Michael Gelb; 2019.