Semua kinerja tubuh baik itu bergerak, melihat, menelan, berbicara, bernapas dan sebagainya dikendalikan oleh yang namanya sistem saraf. Ketika salah satu sistem saraf terganggu, maka sebagian kinerja tubuh tidak akan berfungsi dengan baik [1]. Salah satu penyakit yang menyerang sistem saraf manusia adalah penyakit Parkinson.
Parkinson merupakan suatu penyakit pada sistem saraf manusia yang mengganggu kinerja tubuh [2]. Hal ini terjadi ketika sel-sel saraf (Neuron) di bagian otak tidak cukup menghasilkan zat kimia yang disebut dopamin [3]. Jika hal ini terjadi, maka seseorang akan mengalami gangguan gerakan yang menjadi gejala penyakit Parkinson [4]. Simak 12 gejala penyakit Parkinson beserta cara mengatasinya.
Penyakit Parkinson bisa menyerang siapa saja, baik perempuan maupun laki-laki [5]. Ada banyak gejala yang dialami oleh penderita Parkinson, namun tidak semua orang mengalami gejala ini [6]. Gejala penyakit ini muncul secara bertahap, biasanya di satu sisi tubuh kemudian menyebar ke sisi tubuh lainnya dan akan memburuk seiring berjalannya waktu [3]. Berikut gejala umum penyakit Parkinson meliputi:
Daftar isi
Tremor atau gemetar merupakan gerakan tidak terkendali yang dimulai dari tangan kemudian menyebar ke seluruh lengan, kaki, hingga rahang [5]. Gejala ini memiliki karakteristik gerakan maju mundur yang melibatkan ibu jari dan jari telunjuk[2].
Biasanya gejala ini muncul dengan jelas ketika tangan dalam kondisi diam. Tremor ini hanya bersifat sementara dan akan hilang dengan sendirinya[2]. Pengobatan untuk tremor ini tidak ada, namun penderita bisa meminta perawatan dari dokter ahlinya [6].
Penderita Parkinson akan mudah lelah meskipun waktu istirahatnya cukup. Hal ini terjadi karena adanya perubahan kimia pada otak. Selain itu, gejala ini juga bisa terjadi karena adanya keterkaitan dengan gejala lain seperti tremor maupun kekauan otot. Kelelahan akan membuat seseorang sulit fokus dalam waktu yang lama. Meskipun demikian, gejala ini hanya dialami oleh sebagian besar penderita Parkinson [6].
Penderita penyakit Parkinson akan mengalami gangguan emosional berupa kecemasan yang berlebihan. Gangguan kecemasan tersebut seperti perasaan gelisah, khawatir, panik, jantung berdebar, berkeringat dingin, takut hingga sesak napas. Gangguan ini muncul secara tiba-tiba dan menjadi tahap awal seseorang menderita penyakit Parkinson sebelum mengalami gejala-gejala lainnya [6].
Penderita penyakit Parkinson akan mengalami insomnia pada malam hari. Gejala ini membuat penderita sulit tidur. Gejala ini bisa terjadi karena penderita merasakan gangguan kecemasan berlebihan, kekakuan otot dan tremor pada tubuhnya. Hal ini tentunya akan mengganggu jam tidur penderita Parkinson sehingga akan menyebabkan rasa lelah dan mengantuk pada siang hari [6].
Penyakit Parkinson membuat sel-sel saraf di otak menjadi lemah sehingga seseorang akan mengalami gangguan gerakan [2]. Gerakan akan menjadi lambat daripada sebelumnya. Penderita akan kesulitan melakukan sesuatu seperti menulis. Adanya gangguan tersebut bisa membuat hasil tulisan tidak seperti biasanya. Tulisan akan menjadi lebih kecil dan secara bertahap akan bertambah kecil seiring berjalannya waktu [6].
Penderita Parkinson akan mengalami keaktifan di kandung kemihnya. Intensitas buang air kecil dan buang air besar akan meningkat. Hal ini menyebabkan penderita akan sering menggunakan toilet untuk buang air kecil mapun buang air besar tanpa bisa ditahan [6].
Penyakit Parkinson bisa mengubah suasana hati seseorang secara drastis dan cepat. Perubahan suasana hati tersebut memungkinkan seseorang akan mudah depresi karena perubahan yang dialami tanpa sebab[6].
Perubahan tersebut bisa bertahan dalam waktu yang lama apabila penderita tidak bisa mengontrol suasana hatinya. Sebagian penderita Parkinson akan mengalami gejala depresi hingga berbulan-bulan sebelum mengalami gejala lainnya [6].
Penderita penyakit Parkinson akan mengalami gejala kekakuan pada otot. Otot akan terasa kaku, tegang dan kram [6]. Hal ini tentunya akan membuat seseorang sulit menggerakkan tubuh hingga menimbulkan rasa sakit. Gejala ini akan menjadi jelas ketika seseorang mencoba melakukan gerakan tertentu seperti balik badan, bangun dari tidur, memakai baju, menulis dan sebagainya [7].
Bradikinesia bisa disebut dengan perlambatan dalam gerakan. Aktvitas yang biasanya dilakukan secara mudah dan cepat seperti membayar, berbicara maupun berjalan akan membutuhkan waktu yang lama ketika mengalami gejala ini. Gejala ini terjadi karena sinyal yang berasal dari otak bergerak lambat ke bagian tubuh tertentu. Selain itu, gejala ini juga bisa menurunkan ekspresi wajah penderita [7].
Gejala lain seseorang menderita penyakit Parkinson adalah lengan akan berhenti berayun ketika berjalan. Gaya berjalan akan berubah. Berjalan akan menjadi kaku seperti robot karena lengan tidak bisa digerakkan. Selain itu, langkah kaki saat berjalan pun akan menjadi lambat, pendek dan terseok-seok. Penderita mungkin saja akan mengalami kesulitan berjalan di tikungan [7].
Penderita Parkinson akan mulai menyadari jika indra penciumannya tidak sekuat dulu ketika dalam kondisi normal. Penderita akan kesulitan mencium bau disekitarnya. Kehilangan indra penciuman menjadi awal mula gejala penyakit Parkinson sebelum gejala lainnya berkembang [6]. Saat ini, kehilangan indra penciuman menjadi gejala seseorang yang terkena virus Covid-19 yang disebut dengan Anosmia [8].
Gejala sembelit pada penderita penyakit Parkinson sangat bervariasi. Tidak semua penderita penyakit tersebut mengalami gejala ini. Di beberapa orang, sembelit terjadi karena fungsi sistem saraf otonom tidak tepat. Padahal sistem tersebut bertanggung jawab pada aktivitas otot tubuh. Jika sistem saraf otonom tidak bekerja dengan baik, maka saluran usus akan terganggu sehingga menyebabkan sembelit [9].
Saat ini, penyakit Parkinson tidak ada obat khusus untuk menyembuhkannya, namun ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan tingkat gejala yang bisa dialami oleh penderita Parkinson meliputi [2]:
Berolahraga secara teratur juga akan mengurangi gejala penyakit Parkinson. Cara ini tentunya akan meningkatkan kekuatan, fleksibilitas, dan keseimbangan tubuh [5]. Bentuk olahraga yang dilakukan bisa berupa aktivitas fisik seperti berjalan, berkebun, berenang, senam, dan sebagainya. Sebelum melakukan cara ini, alangkah baiknya konsultasi kepada dokter ahlinya [2].
Bentuk terapi obat yang diberikan dokter seperti pemberian obat untuk menjaga kadar dopamin dalam otak [2]. Dopamin merupakan salah satu jenis Neurotransmitter yang berfungsi mengirim pesan di antara sel-sel saraf [10].
Salah satu jenis obat yang diberikan adalah obat Entacapone (Comtan), Opicapone (Ongentys) atau tolcapone (Tasmar) untuk menghambat enzim Catechol-O-Methyltransferase (COMT) dalam memecah dopamin sehingga dapat meringankan gejala Parkinson [11].
Apabila terapi obat-obatan tidak bekerja dengan baik, dokter akan menyarankan untuk operasi dalam mengobati penyakit Parkinson. Ada tiga bentuk operasi yang dilakukan untuk penyakit Parkinson meliputi pembedahan ablatif (Pallidotomi dan Talamotomi), stimulasi otak dalam (DBS) Thalamus, Globus Pallidus Internal (GPI), dan Nukleus Subthalamic (STN); dan mencangkok sel mesensefalik janin ke dalam stratum [12].
Selain terapi obat, penderita penyakit Parkinson bisa melakukan terapi fisik dengan meminta bantuan seorang ahli fisioterapi. Hal ini dilakukan untuk menurunkan ketegangan otot dan membuat tubuh menjadi lebih tidak kaku dan fleksibel dalam bergerak. Terapi-terapi yang bisa dilakukan seperti terapi okupasi, terapi pijat dan terapi wicara dan bahasa[13].
Pola makan yang sehat menjadi salah satu cara untuk mencegah gejala penyakit Parkinson. Penderita penyakit tersebut bisa mencoba untuk melakukan diet sehat dengan memperbanyak makanan kaya serat (sayur dan buah) dan minum banyak air putih[13].
Kedua hal itu dapat mengurangi salah satu gejala Parkinson yaitu sembelit. Sebelum memulai diet, konsultasikan dulu pada dokter atau ahli gizi [13].
Penggunaan obat-obatan untuk mencegah gejala penyakit Parkinson harus sesuai dengan resep dokter. Penderita penyakit Parkinson tersebut juga wajib mengetahui tentang obat yang diresepkan dan efek sampingnya[11].
Penderita penyakit tersebut dapat bekerja sama dengan dokter untuk merencanakan pengobatan. Pastikan jika penderita paham dengan manfaat dari pengobatan yang dilakukan [11].
[1] Anonim. Medlineplus.gov. Neurologic Diseases.
[2] NIH. Ninds.nih.gov. Parkinson’s Disease: Hope Through Research. 2021
[3] Anonim. Medlineplus.gov. Parkinson’s Disease
[4] Jennifer Robinson, MD. Webmd.com. Understanding Parkinson’s Disease- Symptoms. 2021
[5] Melinda Ratini, DO, MS. Webmd.com. Parkinson’s Disease: What to Know. 2020
[6] Anonim. Parkinsons.org.uk. 10 Early Symptoms of Parkinson’s.
[7] Christopher Melinosky, MD. Webmd.com. Signs and Symptoms of Parkinson’s Disease. 2021
[8] Anonim. Cdc.gov. Interim Clinical Guidance for Management of Patients with Confirmed Coronavirus Disease (COVID-19). 2021
[9] Arefa Cassoobhoy, MD, MPH. Webmd.com. Parkinson’s Disease and Constipation. 2020
[10] Smitha Bhandari, MD. Webmd.com. What Is Dopamine?. 2021
[11] MelindaRatini, DO, MS. Webmd.com. Medications for Parkinson’s Disease. 2020Me
[12] J.A Obeso, M.C Rodriguez, A Gorospe, J Guridi, L Alvarez, and R Macias. Pubmed.ncbi.nlm.nih.gov. Surgical Treatment of Parkinson’s Disease. 1997
[13] Anonim. Nhs.uk. Treatment-Parkinson’s Disease.