Hematidrosis ialah kondisi langka darah keluar melalui kelenjar keringat sehingga dikenal juga dengan istilah “keringat darah”. Kasus Hematidrosis merupakan kasus langka di dunia. Berdasarkan studi Hematidrosis dapat berhenti sendiri [1,2].
Daftar isi
Berikut beberapa fakta terkait hematridosis [4].
Hermatidosis dapat terjadi secara berbeda-beda pada tiap individu. Pendarahan bisa terjadi di mata, dahi, tangan, pusar, dan kuku. Perbedaan ini membuat dokter kesulitan untuk memberikan prognosis atau tes yang jelas, sehingga gejalanya pun tidak bisa disebutkan. Hambatan ini juga membuat dokter kesulitan untuk menemukan obatnya.
Sebuah studi kasus Hematridosis diterbitkan tahun 2013 berhasil mengumpulkan data sebagai berikut [4]:
Penyebab Hematridosis diduga sebagai berikut:
Tingkat stres, gangguan kecemasan, dan kondisi kesehatan mental menyebabkan kelainan pada lapisan kulit di bawah lapisan kulit luar, tempat di mana kelenjar keringat berada[4].
Cacat kulit ini membuat darah menumpuk sampai ke pori-pori. Ketika keringat keluar melalui pori-pori, darah tersebut terdorong keluar[4].
Beberapa penelitian menemukan hipotesis sistem saraf dapat jadi pemicu hematidrosis. Ketika sistem bermasalah seperti ketika ada beberapa pembuluh darah kapiler yang pecah, darah keluar melalui kelenjar keringat[4].
Banyak pembuluh darah membentuk jaring di sekitar kelenjar keringat. Ketika kelenjar keringat memproduksi keringat, darah ikut terdorong ke permukaan [4].
Belum ada hasil penelitian yang mengungkap secara spesifik siapa yang beresiko kena Hematridosis. Akan tetapi, ada beberapa kasus terlapor sebagai berikut [6].
Berdasarkan data penelitian tersebut, hipotesanya siapa yang beresiko kena Hematridosis ialah anak dan remaja berusia 10-15 tahun baik laki-laki atau pun perempuan beresiko tinggi mengalami Hematridosis. Meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa siapa saja dalam usia berapapun dapat mengalami Hematridosis.
Pengobatan untuk hematridrosis masih belum jelas, karena profesional medis belum dapat menemukan obatnya. Sementara ini, untuk menghentikan pendarahan menggunakan obat tekanan darah tinggi telah berhasil[7].
Bila dalam riwayat medis pasien terdiagnosa mengalami depresi, mereka akan diberi antidepresan untuk mengobati penyebab dan gejala psikogenik yang dapat memperparah kondisi hematridosis pada pasien [7].
Masih banyak hal yang tidak diketahui seputar hematidrosis, dan tidak ada pengobatan tunggal yang efektif. Sampai saat ini, Hematohidrosis dianggap tidak mengancam jiwa[7].
Akan tetapi, Hematridosis juga tidak dianggap enteng karena dapat menyebabkan pasien alami dehidrasi dan lesu. Dampaknya pasien dapat mengalami depresi berat dan gangguan panik[7].
Dokter mungkin akan memberikan obat tambahan untuk mengatasi gejala tersebut. Oleh karena itu, dokter akan memerlukan catatan riwayat medis pasien untuk membantu mengatasi Hematridosis[4].
Bila tidak ada catatan riwayat medis sebelumnya, maka dokter akan melakukan berbagai macam tes. Tes itu antara lain [4,5,7]:
Beberapa hal yang dapat dicoba untuk mencegah Hematidrosis ialah sebagai berikut [5]:
Hematidrosis adalah kasus langka. Karenanya, tidak dapat diabaikan begitu saja.
1. Dr. Tomislav Meštrović, MD, Ph.D. What is Hematidrosis?. News Medical Life Sciences; 2020.
2. Debra Jaliman, MD. What Is Hematidrosis?. WebMD; 2020.
3. Valencia Higuera. Hematidrosis: Is Sweating Blood Real?. Healthline; 2020.
4. Zawn Villines. Hematidrosis: Can people sweat blood?. MedicalNewsToday; 2020.
5. Michelle Konstantinovsky. What is hematohidrosis? Do people really sweat blood?. HealthGuide; 2020.
6. Ali Jafar and Ali Ahmad 2. Child Who Presented with Facial Hematohidrosis Compared with Published Cases. PMC US National Library of Medicine National Isntitute of Health; 2020.
7. Hezne Ezaty Abu Hasan. Hematohidrosis, a rare condition that causes one “keep bleeding, keep keep bleeding”. MIMS Today;2020.