Hematidrosis: Gejala – Penyebab dan Pengobatan

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by redaction team, read our quality control guidelance for more info

Hematidrosis ialah kondisi langka darah keluar melalui kelenjar keringat sehingga dikenal juga dengan istilah “keringat darah”. Kasus Hematidrosis merupakan kasus langka di dunia. Berdasarkan studi Hematidrosis dapat berhenti sendiri [1,2].

Fakta Hematidrosis

Berikut beberapa fakta terkait hematridosis [4].

  • Bisa dialami seorang wanita yang sedang menstruasi
  • Penelitian tentang kasus Hematidrosis sulit ditemukan karena kasus ini jarang terjadi
  • Bilapun ada penelitian tentnag kasus Hematidrosis, masing-masing sulit membuat kesimpulan mengenai penyebab dan gejala utamanya
  • Beberapa hasil penelitian membuat hipotesis sementara penyebab Hematidrosis adalah pembuluh darah kecil pecah di bawah tekanan yang intens.
  • Perawatan Hematridosis belum jelas secara medis
  • Kasus Hematridosis yang langka menyebabkan perhatian dunia medis pada Hematridosis hampir tidak pernah terjadi.

Gejala Hematridosis

Hermatidosis dapat terjadi secara berbeda-beda pada tiap individu. Pendarahan bisa terjadi di mata, dahi, tangan, pusar, dan kuku. Perbedaan ini membuat dokter kesulitan untuk memberikan prognosis atau tes yang jelas, sehingga gejalanya pun tidak bisa disebutkan. Hambatan ini juga membuat dokter kesulitan untuk menemukan obatnya.

Sebuah studi kasus Hematridosis diterbitkan tahun 2013 berhasil mengumpulkan data sebagai berikut [4]:

  • Seorang wanita berusia 18 tahun mengalami hematidrosis selama 6 bulan
  • Wanita tersebut mengalami pendarahan dari dahi, mata, tangan, pusar, dan kuku.
  • Semua pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil normal
  • Sebaliknya frekuensi perdarahan meningkat seiring waktu
  • Saat dirawat di rumah sakit, wanita tersebut mengalami 30 episode perdarahan yang berbeda.
  • Pada akhirnya Dokter tidak pernah dapat mendiagnosis gejalanya.
  • Pendarahan menurun drastis dengan sendirinya setelah 20 bulan.

Penyebab Hematridosis

Penyebab Hematridosis diduga sebagai berikut:

  • Stres Fisik dan Psikologis

Tingkat stres, gangguan kecemasan, dan kondisi kesehatan mental menyebabkan kelainan pada lapisan kulit di bawah lapisan kulit luar, tempat di mana kelenjar keringat berada[4]. 

Cacat kulit ini membuat darah menumpuk sampai ke pori-pori. Ketika keringat keluar melalui pori-pori, darah tersebut terdorong keluar[4].

  • Sistem Saraf

Beberapa penelitian menemukan hipotesis sistem saraf dapat jadi pemicu hematidrosis. Ketika sistem bermasalah seperti ketika ada beberapa pembuluh darah kapiler yang pecah, darah keluar melalui kelenjar keringat[4].

Banyak pembuluh darah membentuk jaring di sekitar kelenjar keringat. Ketika kelenjar keringat memproduksi keringat, darah ikut terdorong ke permukaan [4].

Siapa yang Beresiko Kena Hematridosis

Belum ada hasil penelitian yang mengungkap secara spesifik siapa yang beresiko kena Hematridosis. Akan tetapi, ada beberapa kasus terlapor sebagai berikut [6].

  • Peneliti Da Silva Carvalho dkk. Pada 2008 melaporkan seorang gadis berusia 13 tahun mengalami Hematidrosis di sekitar mulut. Peristiwa ini terjadi setelah ia menjalani olahraga berat dan terkena paparan sinar matahari dalam waktu lama. Riwayat klinis dan pemeriksaan fisiknya normal. Dilakukan tes laboratorium dengan hasil normal.
  • Peneliti Praveen dan Vincent tahun 2012 melaporkan seorang gadis berusia 10 tahun mengalami Hematidrosis dan hemolacria dari dahi, leher, umbilikus, pergelangan tangan, dan kaki serta mengalami epistaksis. Penanganannya dilakukan dengan pemeriksaan klinis umum dan semua evaluasi laboratorium normal.
  • Peneliti Tshifularo tahun 2014 melaporkan seorang gadis berusia 18 tahun, mengalami Hematidrosis. Diduga karena stres sekolah. Pemeriksaan klinis umum dan semua evaluasi laboratorium normal.
  • Peneliti Biswas dkk. Pada 2013 melaporkan seorang gadis berusia 12 tahun mengalami Hematohidrosis dari kulit utuh di atas dahi, kulit kepala, pipi, hidung, dan batang tubuh, tanpa kejadian stres sebelumnya. Riwayat klinis dan pemeriksaan fisik normal. Pada laporannya disebutkan pasien menerima atropin transdermal di area perdarahan selama satu bulan. Setelah itu, pendarahan berhenti.
  • Penelitian Deshpande dkk. Tahun 2014 menyebutkan seorang anak laki-laki berusia 10 tahun mengalami episode berulang hematohidrosis. Mulai dari umbilical, mata, lobulus telinga, dan daerah hidung. Penanganan dilaksanakan dengan pemeriksaan klinis umum dan dilakukan semua bentuk tes laboratorium. Hasil evaluasi laboratorium tersebut normal. Kemudian diputuskan penanganan dengan terapi, dimulai dengan lorazepam. Dilaporkan bahwa kondisi pasien membaik secara bertahap dan dipulangkan dengan dibekali propranolol.

Berdasarkan data penelitian tersebut, hipotesanya siapa yang beresiko kena Hematridosis ialah anak dan remaja berusia 10-15 tahun baik laki-laki atau pun perempuan beresiko tinggi mengalami Hematridosis. Meskipun tidak menutup kemungkinan bahwa siapa saja dalam usia berapapun dapat mengalami Hematridosis.

Pengobatan Hematridosis

Pengobatan untuk hematridrosis masih belum jelas, karena profesional medis belum dapat menemukan obatnya. Sementara ini, untuk menghentikan pendarahan menggunakan obat tekanan darah tinggi telah berhasil[7].

Bila dalam riwayat medis pasien terdiagnosa mengalami depresi, mereka akan diberi antidepresan untuk mengobati penyebab dan gejala psikogenik yang dapat memperparah kondisi hematridosis pada pasien [7].

Masih banyak hal yang tidak diketahui seputar hematidrosis, dan tidak ada pengobatan tunggal yang efektif. Sampai saat ini, Hematohidrosis dianggap tidak mengancam jiwa[7]

Akan tetapi, Hematridosis juga tidak dianggap enteng karena dapat menyebabkan pasien alami dehidrasi dan lesu. Dampaknya pasien dapat mengalami depresi berat dan gangguan panik[7].

Dokter mungkin akan memberikan obat tambahan untuk mengatasi gejala tersebut. Oleh karena itu, dokter akan memerlukan catatan riwayat medis pasien untuk membantu mengatasi Hematridosis[4].

Bila tidak ada catatan riwayat medis sebelumnya, maka dokter akan melakukan berbagai macam tes. Tes itu antara lain [4,5,7]:

  • Tes darah untuk melihat jumlah trombosit, sel darah merah, dan putih seimbang atau tidak.
  • Biopsi pada area yang berdarah untuk menemukan sel abnormal
  • Tes darah untuk memastikan ada tidaknya berbagai infeksi pada fisik yang menjadi pemicu darah terdorong keluar melalui kelenjar keringat
  • Tes psikologis
  • Pengujian neurologis, termasuk pemindaian otak untuk menemukan kerusakan sel atau sistem saraf dari otak

Pencegahan Hematridosis

Beberapa hal yang dapat dicoba untuk mencegah Hematidrosis ialah sebagai berikut [5]:

  • Memperbanyak konsumsi vitamin C
  • Mengurangi stress fisik dan emosional
  • Menjaga daya tahan fisik dan otot/pembuluh darah dengan olahraga
  • Lakukan konseling psikologis sesegera mungkin bila Anda merasa mengalami depresi

Hematidrosis adalah kasus langka. Karenanya, tidak dapat diabaikan begitu saja.

fbWhatsappTwitterLinkedIn

Add Comment