Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Depresi adalah sebuah gangguan mood yang ditandai dengan perasaan sedih, tidak bertenaga, kehilangan minat yang mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari. Gejala depresi bervariasi dari ringan hingga
Daftar isi
Depresi mayor juga dikenal sebagai gangguan depresi mayor, suatu bentuk depresi klasik atau depresi unipolar. Depresi jenis ini cukup umum terjadi. [1, 2, 3, 4]
Orang dengan depresi mayor mengalami gejala-gejala hampir sepanjang hari, setiap hari. Seperti sebagian besar gangguan kesehatan mental lainnya, depresi mayor hampir tidak berkaitan dengan hal-hal yang terjadi di sekitar penderitanya.
Penderita depresi mayor bisa memiliki keluarga yang sangat menyayanginya, banyak teman, dan pekerjaan impian, namun tetap mengalami depresi.
Depresi mayor adalah suatu bentuk depresi yang berat dan ditandai dengan hal-hal berikut: [1, 2, 3, 4]
Gejala-gejala ini bisa berlangsung selama beberapa minggu bahkan bulan. Beberapa orang bisa saja hanya mengalami satu episode depresi mayor, sementara sebagian lainnya terus mengalami depresi ini sepanjang hidupnya.
Pikiran-pikiran tentang kematian dan bunuh diri biasanya diatasi dengan psikoterapi dan obat-obatan. Bagi pasien dengan depresi berat yan tidak bisa ditolon oleh psikoterapi atau obat antidepresan, maka akan dirawat menggunakan terapi electroconvulsive. [2]
Gangguan depresi kronis adalah depresi yang berlangsung selama dua tahun atau lebih. Depresi jenis ini juga dikenal sebagai dysthymia atau depresi persisten. [1, 2, 3, 4]
Depresi kronis tidak se-intens depresi mayor, tetapi tetap bisa menggangu hubungan pribadi penderitanya dan membuatnya kesulitan melakukan aktivitas harian.
Beberapa gejala depresi kronis termasuk: [1, 2, 3, 4]
Meskipun depresi kronis bersifat jangka panjang, namun tingkat keparahan gejala-gejalanya bisa berkurang dalam hitungan bulan sebelum kemudian memburuk lagi.
Beberapa pasien ada yang mengalami beberapa episode depresi mayor sebelumnya atau bersamaan dengan depresi kronis. Hal ini disebut depresi berganda.
Depresi kronis bisa berlangsung selama bertahun-tahun dalam satu waktu, sehingga orang-orang dengan depresi jenis ini biasanya mulai merasa gejala-gejala yang mereka alami adalah cara pandang yang normal tentang hidup. [1]
Depresi manic terdiri dari beberapa periode mania atau hipomania, dimana penderitanya merasa sangat bahagia, lalu berganti menjadi episode depresi. Depresi manic sekarang lebih dikenal sebagai gangguan bipolar. [1, 2, 3, 4]
Untuk bisa didiagnosa mengalami gangguan bipolar, pasien harus mengalami satu episode mania yang berlangsung selama tujuh hari, atau kurang jika harus dirawat di rumah sakit. Pasien mungkin pernah mengalami episode depresi sebelumnya atau setelah episode mania yang tengah berlangsung.
Episode depresi memiliki gejala-gejala yang sama dengan depresi mayor, termasuk: [1, 2, 3, 4]
Sementara tanda-tanda fase manic termasuk:
Pada kasus yang berat, episode-episode yang dialami penderita gangguan bipolar bisa termasuk halusinasi dan khayalan.
Seseorang bisa mengalami episode campuran dimana ia mengalami baik gejala mania maupun depresi.
Obat yang diberikan pada penderita gangguan bipolar berbeda dari yang diberikan pada pasien dengan jenis depresi lainnya, tetapi bisa sangat efektif untuk menstabilkan mood. [2]
Beberapa orang yang mengalami depresi mayor juga mengalami beberapa episode dimana ia tidak hidup dalam kenyataan. Hal ini disebut psikosis, yang bisa termasuk halusinasi dan delusi. Mengalami keduanya bersamaan secara klinis dikenal sebagai gangguan depresi mayor dengan psikosis atau depresi psikosis. [1, 2, 3, 4]
Halusinasi adalah keadaan dimana seseorang melihat, mendengar, mencium, mengecap, atau merasakan hal-hal yang sebenarnya tidak nyata. Contoh dari kondisi ini adalah mendengar suara-suara atau melihat orang yang tidak ada.
Delusi adalah meyakini sesuatu yang jelas-jelas salah atau tidak masuk akal. Namun bagi seseorang yang mengalami psikosis, semua hal-hal ini terasa sangat benar dan nyata.
Depresi dengan psikosis bisa menimbulkan gejala-gejala fisik, termasuk tidak bisa duduk diam atau gerakan tubuh yang melambat.
Jenis depresi ini bisa terdiri dari beberapa episode depresi mayor dan minor yang terjadi selama masa kehamilan atau dalam beberapa bulan pertama setelah melahirkan (juga dikenal dengan depresi postpartum). [1, 2, 3, 4]
Depresi perinatal bisa terjadi pada satu dari tujuh wanita yang melahirkan dan bisa berdampak negatif bagi penderitanya, bayinya, serta juga keluarganya. Perawatan yang diberikan termasuk konseling dan pemberian obat. [1]
Perubahan hormonal yang terjadi selama masa kehamilan dan persalinan bisa memicu perubahan di otak yang mengarah pada mood swings. Kurangnya waktu tidur dan tubuh yang merasa tidak nyaman yang seringkali dialami wanita hamil dan baru melahirkan juga bisa memperparah kondisi ini.
Gejala-gejala dari depresi perinatal bisa seberat depresi mayor, yaitu termasuk: [1, 3]
Wanita yang tidak mendapatkan cukup dukungan atau pernah mengalami depresi sebelumnya berisiko lebih tinggi untuk mengalami depresi perinatal, namun kondisi ini bisa terjadi pada siapa saja.
Gangguan disphoria pramenstruasi (PMDD) adalah kondisi PMS (premenstrual syndrome) yang berat. Gejala-gejala PMS bisa bersifat fisik maupun psikologis, namun gejala-gejala PMDD cenderung lebih bersifat psikologis. [1, 2, 3]
Gejala-gejala psikologis ini lebih berat dibandingkan yang berhubungan dengan PMS. Misalnya, beberapa wanita mungkin merasa lebih emosional di hari-hari menjelang waktunya menstruasi. Tetapi penderita PMDD akan mengalami depresi dan kesedihan pada tingkat tertentu yang membuat mereka sulit untuk beraktivitas seperti biasa.
Gejala-gejala PMDD lainnya bisa termasuk: [1]
Mirip dengan depresi perinatal, PMDD diyakini berhubungan dengan perubahan hormon. Gejala-gejalanya seringkali muncul tepat setelah masa ovulasi dan akan mereda ketika menstruasi dimulai.
Beberapa wanita seringkali menganggap PMDD hanyalah suatu bentuk PMS yang berat. Namun sebenarnya kondisi ini bisa sangat buruk dan melibatkan pikirian untuk bunuh diri.
Depresi ini sangat mirip dengan depresi mayor dalam berbagai hal, tetapi dipicu oleh situasi atau kejadian tertentu, misalnya: [1, 3]
Tentu saja wajar untuk merasa sedih dan cemas ketika menghadapi situasi-situasi diatas, bahkan ketika sampai pada menarik diri dari lingkungan. Tetapi depresi situasional terjadi ketika perasaan-perasaan ini mulai lepas dari kendali dan mengganggu kehidupan sehari-hari.
Gejala-gejala depresi situasional biasanya dimulai dalam tiga bulan sejak mengalami kejadian yang menjadi pemicu, termasuk:
Depresi atipikal mengacu pada depresi yang secara sementara akan hilang ketika mengalami kejadian yang positif. Berbeda dengan namanya, depresi atipikal bukanlah kondisi yan langka atau tidak biasa. Depresi jenis ini juga tidak berarti tidak seserius jenis depresi lainnya.
Orang yang mengalami depresi atipikal bisa lebih sulit dirawat karena tidak selalu kelihatan depresi di mata orang lain (atau bahkan diri sendiri). Kondisi ini bisa muncul pada depresi mayor maupun depresi kronis. [1, 2, 3, 4]
Gejala-gejala dari depresi atipikal bisa termasuk: [1, 3]
1. Ann Pietrangelo, Timothy J. Legg, Ph.D., CRNP. 9 Types of Depression and How to Recognize Them. Healthline; 2018.
2. Beverly Merz. Six common depression types. Harvard Health Publishing; 2017.
3. Nancy Schimelpfening, Steven Gans, MD. 7 Common Types of Depression. Very Well Health; 2021.
4. American Psychiatric Association. Are There Types Of Depression? Mental Health of America.