Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Orofaring adalah bagian tenggorokan yang berada di belakang mulut Anda. Bagian ini merupakan selubung kosong tempat lewatnya udara, air, dan makanan. Adanya pertumbuhan sel-sel ganas abnormal di area ini
Daftar isi
Di dalam tenggorokan atau faring, bagian tengahnya disebut dengan orofaring [2].
Orofaring meliputi amandel, sisi dan dinding tenggorokan, bagian belakang lidah, dan bagian belakang atap/langit-langit mulut.
Orofaring berfungsi sebagai penghasil air liur dan bagian dari tenggorokan inilah yang menjaga agar tenggorokan serta mulut tetap lembab.
Dengan keberadaan orofaring, proses pencernaan makanan yang kita makan juga menjadi lebih mudah.
Kanker orofaring termasuk jenis kanker kepala leher di mana sel-sel kanker tumbuh di orofaring, yaitu salah satu area tenggorokan [1,3,6,11].
Kanker ini menyerang struktur dan jaringan tenggorokan bagian belakang yang bisa disebabkan oleh infeksi virus hingga kebiasaan merokok.
Tinjauan Kanker orofaring adalah kanker yang tumbuh di orofaring, yaitu dapat meliputi amandel, sisi dan dinding tenggorokan, bagian belakang atap mulut dan bagian belakang lidah.
Kanker orofaring berawal dari tumbuhnya sel-sel abnormal yang menumpuk pada area orofaring dan kemudian berkembang semakin besar maupun berpotensi menyebar [1,3].
Mutasi gen pun disebut menjadi salah satu penyebab dari kanker orofaring.
Meski demikian, terdapat pula sejumlah faktor yang mampu menjadi pemicu atau peningkat risiko seseorang mengalami kanker orofaring, seperti :
Efek zat-zat kimia berbahaya pada produk rokok dan alkohol terbukti mampu merusak sel-sel yang melapisi bagian dalam tenggorokan dan mulut [1,3,4].
Sementara itu, infeksi HPV membuat protein menghambat gen yang menjaga perkembangan sel-sel tubuh secara normal menjadi berubah [1].
Hal ini kemudian memicu perkembangan sel-sel abnormal yang tidak terkontrol sehingga berujung pada kanker.
Pada rata-rata kasus kanker orofaring, infeksi HPV adalah yang paling kerap terjadi menjadi penyebabnya [1,3,4].
Namun pada sebagian kasus kanker orofaring lainnya, penyebabnya sama sekali tidak diketahui.
Risiko terkena kanker orofaring semakin tinggi apabila seseorang mempunyai atau mengalami kondisi sebagai berikut [1,3,4,5,6] :
Tinjauan Kebiasaan merokok atau penggunaan tembakau, penyalahgunaan alkohol, dan infeksi HPV merupakan faktor peningkat risiko kanker orofaring walau diketahui bahwa mutasi genetik menjadi sebab utama kanker ini tumbuh.
Kanker orofaring dapat menimbulkan sejumlah gejala yang perlu dikenali dan diwaspadai agar pasien dapat segera mengonsultasikannya [1] :
Ketika gejala-gejala abnormal timbul, sebaiknya penderita segera memeriksakan diri ke dokter.
Beberapa metode diagnosa yang umumnya diterapkan oleh dokter antara lain adalah :
Seperti pada pemeriksaan awal umumnya, dokter akan mengecek gejala fisik yang dialami pasien lebih dulu [1,6].
Keberadaan benjolan pada leher lebih dulu akan diidentifikasi oleh dokter.
Dari benjolan yang terdapat pada mulut hingga kelenjar getah bening di leher yang membesar menjadi tanda adanya keabnormalan.
Dokter akan melakukan pemeriksaan riwayat kesehatan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan seputar riwayat medis dan riwayat pengobatan pasien [1,6].
Bila misalnya pasien pernah menjalani tindakan medis berupa terapi radiasi di bagian kepala leher, ada kemungkinan kanker dipicu oleh prosedur tersebut.
Selain itu, dokter akan bertanya kepada pasien terkait riwayat kesehatan keluarga pasien untuk memastikan apakah terdapat faktor genetik terkait gejala kanker orofaring pasien.
Pemeriksaan saraf atau neurologis pun dilakukan oleh dokter untuk mengecek kesehatan dan fungsi otak [1].
Dokter juga perlu tahu seberapa baik fungsi saraf serta sumsum tulang belakang pasien.
Melalui pemeriksaan ini, dokter juga mengecek status mental, fungsi koordinasi tubuh pasien serta kemampuan pasien untuk berjalan secara normal.
Pemeriksaan saraf juga akan menunjukkan bagaimana refleks, setiap indera, dan otot pasien bekerja.
Tes pemindaian yang meliputi CT scan, PET scan, dan MRI scan merupakan serangkaian tes penunjang yang akan membantu dokter dalam mendeteksi adanya keabnormalan dalam leher pasien [1,6,7].
Bagian tenggorokan baru akan dapat diperiksa secara mendetail melalui tes pencitraain tersebut.
Pengambilan sampel jaringan atau biopsi menjadi tes penunjang lainnya yang sangat penting agar dokter dapat mengidentifikasi adanya sel-sel kanker pada jaringan tersebut [1,4,6].
Melalui biopsi juga, dokter dapat mengetahui apakah infeksi HPV menjadi penyebab timbulnya sel kanker orofaring.
Stadium atau tahap kondisi kanker orofaring menentukan tingkat keparahan kanker.
Stadium kanker orofaring terdiri dari empat jenis kondisi, yaitu [1] :
Stadium paling awal ini menunjukkan prognosis kanker orofaring yang baik karena ukuran sel tumor belum terlalu besar dan belum menyebar ke sekitarnya [1].
Ukuran tumor pada stadium ini adalah di bawah 6 cm dengan keberadaannya di salah satu sisi leher.
Namun, kanker juga dapat dijumpai pada orofaring atau tenggorokan dengan ukuran kurang dari 4 cm.
Tumor dapat berada di satu atau lebih kelenjar getah bening yang ukurannya pun bisa berbeda-beda, terkadang kurang dari 6 cm dengan salah satu atau kedua sisi leher [1].
Tumor juga ada pada bagian orofaring dengan ukuran kurang dari 4 cm yang bisa menyebar hingga kelenjar getah bening.
Ada kemungkinan bahwa pada stadium ini, tumor menyebar hingga ke bagian atas epiglotis maupun satu atau lebih kelenjar getah bening di sisi leher manapun.
Pada tahap ini kanker menyebar hingga ke laring, kelenjar getah bening, bagian depan langit-langit mulut, otot penggerak lidah, rahang bagian bawah, atau bagian lainnya dari leher maupun kepala [1].
Ukuran kanker pun sudah jauh lebih besar karena berpotensi lebih dari 6 cm.
Pada stadium ini, penyebaran kanker sudah lebih jauh dan menjangkiti berbagai bagian tubuh [1].
Tulang dan paru merupakan dua bagian tubuh yang dapat terpengaruh.
Tinjauan - Metode diagnosa yang digunakan untuk memastikan kondisi pasien adalah pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat kesehatan, pemeriksaan saraf, tes darah, dan biopsi. - Penerapan stadium tersebut digunakan untuk para pasien kanker orofaring karena positif infeksi HPV.
Kanker orofaring akan ditangani oleh dokter sesuai dengan stadium kanker yang pasien alami.
Usia pasien serta kondisi kesehatan keseluruhan pun menjadi pertimbangan dokter dalam memberikan penanganan.
Beberapa jenis tindakan perawatan untuk kanker orofaring adalah sebagai berikut :
Operasi pengangkatan kanker biasanya direkomendasikan paling utama oleh dokter dalam mengatasi kanker orofaring [1,6,8].
Untuk penderita kanker orofaring yang disebabkan oleh infeksi HPV, maka langkah operasi adalah yang paling dianjurkan [8].
Ini karena pasien kanker orofaring oleh infeksi HPV biasanya masih tergolong muda dan sehat sehingga prognosis cenderung baik serta masa pemulihan lebih cepat.
Kemoterapi atau terapi obat-obatan ini perlu dijalani oleh pasien dengan pemberian obat antikanker oleh dokter berupa pil [1,6,9].
Namun, ada pula kemoterapi yang prosedur pemberian obatnya melalui intravena sehingga menggunakan metode injeksi.
Tujuan kemoterapi adalah untuk membasmi sel-sel kanker baik sebelum maupun sesudah operasi.
Kemoterapi dapat ditempuh pasien kanker orofaring stadium awal tanpa menjalani operasi, namun juga dapat ditempuh pasien stadium lanjut usai menjalani operasi [9].
Guna kemoterapi sebelum operasi adalah mengecilkan tumor, sementara guna kemoterapi usai operasi adalah untuk membunuh sisa-sisa sel kanker yang masih ada [9].
Biasanya, dokter mengombinasikan kemoterapi dengan terapi radiasi untuk hasil yang lebih maksimal [9].
Terapi radiasi umumnya digunaka untuk stadium awal maupun lanjut kanker orofaring [1,6,10].
Dokter dalam prosedur ini akan menggunakan sinar-X bertenaga tinggi untuk membunuh sel-sel kanker.
Terapi radiasi bertujuan mencegah tumbuh kembalinya sel-sel kanker.
Imunoterapi adalah metode perawatan untuk mengaktifkan kembali sistem imun [11].
Imunoterapi mengaktivasi sistem imun dengan tujuan membunuh sel-sel kanker.
Tinjauan Pengobatan kanker orofaring meliputi operasi, kemoterapi, terapi radiasi, dan imunoterapi.
Seperti rata-rata kasus kanker, kanker orofaring memiliki risiko komplikasi berupa metastasis [1,6].
Metatasis atau penyebaran dapat terjadi ketika kanker orofaring terlambat terdeteksi maupun terlambat ditangani.
Penyebaran sel kanker dapat mencapai jaringan terdekat orofaring maupun organ-organ tubuh yang lebih jauh pada kondisi yang sudah parah.
Penyebaran yang semakin luas hingga ke organ tubuh paling jauh tentu menandakan bahwa kondisi kanker semakin parah.
Bila tingkat keparahan dan metastasis semakin serius, prognosis pun semakin buruk [6].
Tingkat kelangsungan hidup pasien kanker orofaring dalam 5 tahun setelah pengobatan adalah sekitar 60%, namun baik dan buruknya prognosis tergantung dari stadium kanker [1,6].
Kanker orofaring tidak dapat dicegah sepenuhnya agar tidak terjadi sama sekali.
Namun untuk meminimalisir dan memperlambat risikonya, beberapa upaya berikut dapat dilakukan [12] :
Tinjauan Untuk meminimalisir risiko kanker orofaring, menghindari aktivitas merokok, konsumsi makanan sehat, melakukan aktivitas seksual yang aman, dan memeriksakan kesehatan rutin adalah langkah pencegahan yang tepat.
1. PDQ Adult Treatment Editorial Board. Oropharyngeal Cancer Treatment (Adult) (PDQ®). PDQ Cancer Information Summaries. Bethesda (MD): National Cancer Institute (US); 2002.
2. Anonim. Oropharyngeal Cancer Treatment (Adult) (PDQ®)–Patient Version. National Cancer Institute at the National Institutes of Health; 2020.
3. Aimée R. Kreimer & Anil K. Chaturvedi. HPV-associated Oropharyngeal Cancers—Are They Preventable? HHS Public Access; 2012.
4. Christian Grønhøj, Jakob Schmidt Jensen, Steffen Wagner, Christian Dehlendorff, Jeppe Friborg, Elo Andersen, Claus Wittekindt, Nora Würdemann, Shachi Jenny Sharma, Stefan Gattenlöhner, Jens Peter Klussmann, & Christian von Buchwald. Impact on Survival of Tobacco Smoking for Cases with Oropharyngeal Squamous Cell Carcinoma and Known Human Papillomavirus and p-16-status: A Multicenter Retrospective Study. Oncotarget; 2019.
5. Xiaoge Jiang, Jiaxin Wu, Jiexue Wang, & Ruijie Huang. Tobacco and oral squamous cell carcinoma: A review of carcinogenic pathways. Tobacco Induced Diseases; 2019.
6. Zohaib Jamal & Fatima Anjum. Oropharyngeal Squamous Cell Carcinoma. National Center for Biotechnology Information; 2020.
7. Christiaan A Krabbe, Pieter U Dijkstra, Jan Pruim, Bernard F M van der Laan, Jacqueline E van der Wal, Joost P Gravendeel, & Jan L N Roodenburg. FDG PET in oral and oropharyngeal cancer. Value for confirmation of N0 neck and detection of occult metastases. Oral Oncology; 2008.
8. Michael L Hinni, Thomas Nagel, & Brittany Howard. Oropharyngeal cancer treatment: the role of transoral surgery. Current Opinion in Otolaryngology & Head and Neck Surgery; 2015.
9. David J Adelstein. Oropharyngeal cancer: the role of chemotherapy. Current Treatment Options in Oncology; 2003.
10. Alexander Lin. Radiation Therapy for Oral Cavity and Oropharyngeal Cancers. Dental Clinics of North America; 2018.
11. Ashley Hay & Iain J. Nixon. Recent advances in the understanding and management of oropharyngeal cancer. F1000 Research; 2018.
12. The American Cancer Society medical and editorial content team. Can Oral Cavity and Oropharyngeal Cancers Be Prevented? American Cancer Society; 2020.