Keloid umumnya menyerang orang dengan warna kulit lebih gelap seperti orang keturunan Afrika dan Asia. [1]
Kondisi dermatologis ini menyerang 1 dari 10 orang di Afrika dan tercatat sekitar 0,15% kasus keloid terjadi pada populasi di Asia setiap tahunnya. [4]
Kasus keloid di Indonesia tepatnya di Surabaya menunjukkan prevalensi pasien keloid di Poli Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya adalah 1,4% (2013), 1,6% (2014), dan 1,5% (2015). [5]
Daftar isi
Ketika kulit Anda terluka, jaringan fibrosa yang disebut jaringan parut menutupi luka untuk memperbaiki dan melindungi bekas luka. Dalam beberapa kasus, jaringan parut tumbuh secara berlebihan, membentuk pertumbuhan yang halus dan keras. Kondisi inilah yang kemudian disebut dengan keloid. [ 2]
Keloid paling sering ditemukan di dada, bahu, telinga, dan pipi. Namun, keloid juga bisa ditemukan pada bagian tubuh mana pun. [1, 2, 3]
Umumnya kondisi ini terjadi pada usia antara 10 dan 30 tahun. Baik pria maupun wanita memiliki kecenderungan memiliki bekas luka keloid, meskipun lebih umum terjadi pada wanita muda yang ditindik. [1]
Orang yang memiliki warna kulit lebih gelap juga diketahui lebih rentan terhadap keloid. [ 2]
Tinjauan Keloid merupakan penyakit kulit yang umumnya terjadi pada orang berusia 10 dan 30 tahun.
Dermatologis telah mengklasifikasikan keloid ke dalam beberapa jenis yang meliputi: [7]
Keloid yang terjadi setelah operasi dan paling sering dialami oleh orang Kaukasia atau kulit putih. Biasanya keloid ini ditemukan di bagian dada, bahu, punggung.
Penyebab timbulnya keloid ini ialah akibat telinga yang di tindik tetapi, juga bisa disebabkan karena trauma. Umumnya dialami oleh anak di bawah usia 11 tahun. Bekas luka berbentuk bundar, mengkilap dan halus di daerah lobus telinga dan bagian luar telinga.
Keloid ini diakibatkan oleh trauma atau peradangan di masa lalu yang tidak teridentifikasi. Ciri – cirinya adalah nodul yang menebal, padat, dan berserat di permukaan kulit yang bisa terjadi pada bagian tubuh mana saja.
Jenis ini disebabkan karena adanya iritasi kronis dan radang
folikel rambut. Biasanya keloid ini dialami oleh laki-laki yang berasal dari Afrika-Amerika. Kondisi ini ditandai oleh benjolan bundari di kulit kepala dan tengkuk.
Jenis ini hampir selalu terjadi pada pria dewasa yang berusia 18-40 tahun. Keloid ini terjadi karena peradangan kronis pada folikel rambut yang mengakibatkan rasa sakit di kulit kepala, rambut rontok dan keluarnya nanah.
Jenis terjadi disebabkan oleh trauma sehingga, terdapat lesi tebal yang dapat terjadi di bagian tubuh mana saja.
Biasanya terjadi akibat lesi inflamasi (peradangan) yang biasanya dapat sembuh tetapi, dapat berkembang pada orang yang rentan terhadap keloid. Jerawat bisa tumbuh di bagian wajah manapun.
Berikut ini adalah fakta-fakta seputar keloid yang perlu Anda ketahui yaitu: [1] [2] [3] [6]
Bagaimana cara membedakan bekas luka keloid dengan hipertrofik?
Bekas luka akibat keloid terkadang disalah artikan sebagai jenis bekas luka lain seperti bekas luka hipertrofik. Hipertrofik adalah bekas luka datar yang dapat berwarna mulai dari merah muda hingga coklat.Tidak seperti keloid, bekas luka hipertrofik lebih kecil, dan dapat hilang dengan sendirinya seiring waktu. [2]
Hipertrofik cenderung tumbuh di area pundak, leher, lutut, dan pergelangan kaki. Sementara keloid cenderung tumbuh di dada, bahu, telinga, lengan atas, dan pipi. Selain itu, keloid sering muncul kembali setelah operasi pengangkatan, hal ini jarang terjadi dengan bekas luka hipertrofik. [1, 2]
Bekas luka hipertrofik terjadi secara dapat terjadi pada seseorang dengan jenis kelamin dan etnis apapun, dan biasanya disebabkan oleh berbagai bentuk cedera fisik atau kimia, seperti tindik atau cedera lainnya. [2]
Beberapa hal berikut ini bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya keloid seperti: [8]
Kebanyakan orang mengalami keloid setelah kulit mereka terluka seperi akibat luka bakar, luka goresan, tusukan, tato atau tindik. Namun, pada beberapa orang keloid dapat terbentuk tanpa adanya luka pada kulit.
Operasi terkadang juga dapat menjadi keloid seperti wanita yang pernah menjalani operasi caesar (operasi caesar) atau histerektomi dapat mengalami keloid setelah operasi.
Beberapa orang bisa mendapatkan keloid saat jerawat serius hilang atau cacar air telah memudar. Bahkan, gigitan serangga atau suntikan vaksin juga diketahui dapat menjadi penyebab keloid.
Rambut yang dikepang ketat diketahui juga dapat menyebabkan keloid pada beberapa orang.
Beberapa pria yang mencukur wajah dapat menyebabkan terbentuknya keloid di daerah janggut mereka.
Apasajakah faktor-faktor risiko keloid?
Faktor risiko yang terkait dengan pembentukan keloid meliputi: [1, 2, 3]
Keloid lebih mungkin dialami orang dengan warna kulit yang gelap dibandingkan dengan kulit putih.
Orang keturunan Asia dan Latin lebih berisiko mengalami keloid.
Wanita yang sedang hamil dan berusia lebih muda dari 30 tahun memiliki risiko mengalami keloid yang lebih besar.
Keloid cenderung memiliki komponen genetik, yang berarti Anda lebih mungkin memiliki keloid jika salah satu atau kedua orang tua Anda ada yang memilikinya. Orang yang memiliki gen AHNAK lebih mungkin mengalami bekas luka keloid daripada mereka yang tidak.
AHNAK adalah protein 700 kDa yang terletak di membran sel, nukleus dan sitoplasma jenis sel lain seperti fibroblas. Gen ini dapat menentukan siapa yang berisiko mengembangkan keloid dan siapa yang tidak.
Jika Anda mengetahui faktor-faktor risiko yang dapat memicu terbentuknya keloid, Anda mungkin ingin menghindari penindikan tubuh, operasi yang tidak perlu, dan tato.
Keloid berasal dari pertumbuhan berlebih dari jaringan parut. Keloid cenderung tumbuh lebih besar dari luka aslinya. Keloid membutuhkan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk berkembang. [1, 2, 3]
Gejala keloid dapat meliputi:
Meskipun bekas luka keloid dapat menimbulkan gatal, tetapi biasanya tidak berbahaya bagi kesehatan Anda. Anda mungkin mengalami ketidaknyamanan, rasa sakit, atau mungkin iritasi dari pakaian atau bentuk gesekan lainnya. [2]
Jaringan parut keloid dapat terbentuk di area tubuh Anda yang luas, tetapi ini biasanya jarang terjadi. Ketika itu terjadi, jaringan parut yang mengeras dan kencang dapat membatasi gerakan. [2]
Keloid seringkali diakibatkan oleh masalah kosmetik daripada masalah kesehatan. Anda dapat menyadari jika keloid sangat besar atau tumbuh di lokasi yang sangat terlihat, seperti pada daun telinga atau wajah.
Kapan harus ke dokter?
Jika bekas luka yang Anda miliki membesar, gatal, tidak nyaman, mengganggu pergerakan sendi, atau timbul efek lainnya yang mengganggu Anda segeralah diskusikan pilihan pengobatan yang tepat dengan dokter Anda. [3]
Dokter mendiagnosis keloid berdasarkan tampilan bekas luka dan riwayat cedera jaringan, seperti pembedahan, jerawat, atau tindik badan. Dalam kasus yang jarang, dokter dapat melakukan biopsi atau pengangkatan sepotong kecil kulit untuk diperiksa di bawah mikroskop. [3]
Sebelum melakukan pengobatan medis, cobalah pertimbangkan untuk melakukan perawatan di rumah menggunakan minyak pelembab. Minyak ini dapat membantu menjaga jaringan parut tetap lembut dan mengurangi ukuran bekas luka. Keloid cenderung menyusut dan permukaannya menjadi lebih rata dari waktu ke waktu, bahkan tanpa perawatan.
Meski pada beberapa kasus pengobatan medis untuk keloid tidak dibutuhkan. Namun, jika Anda merasa tidak nyaman, maka berkonsultasilah ke dokter. Pengobatan keloid sebaiknya dilakukan segera setelah keloid muncul agar Anda dapat memperoleh hasil terbaik. Pengobatan keloid yang tersedia saat ini meliputi: [1, 2, 3]
1. Terapi Laser
Merupakan pengobatan alternatif untuk pembedahan konvensional untuk menghilangkan keloid. Namun, terapi laser ini memiliki risiko dapat membuat keloid Anda bertambah parah dengan menyebabkan peningkatan jaringan parut dan kemerahan.
2. Suntik Kortikosteroid
Suntikan kortikosteroid seringkali bermanfaat dalam mengurangi ukuran dan iritasi keloid, tetapi suntikan ini cukup menyakitkan. Suntikan biasanya diberikan pada kulit yang mengalami keloid setiap empat hingga enam minggu sekali.
3. Gel Silikon
Penanganan keloid satu ini menggunakan gel atau lembaran silikon yang dibalutkan pada bagian kulit yang mengalami keloid sehingga ukuran keloid dapat berkurang dari waktu ke waktu. Perawatan ini tergolong aman, tapi cukup menyakitkan.
4. Cryotherapy
Cryotherapy menggunakan nitrogen cair yang diberikan setiap 20 hingga 30 hari. Perawatan medis ini bertujuan untuk mengempiskan keloid. Namun cryotherapy dapat menyebabkan efek samping dan biasanya akan meninggalkan bekas luka berwarna lebih gelap pada permukaan kulit.
5. Kompresi
Perawatan ini menggunakan perban atau plester yang dibalut pada kulit untuk memberikan tekanan terus menerus 24 jam sehari selama jangka waktu enam hingga 12 bulan.
Kompresi dapat membuat ukuran keloid mengecil. Untuk keloid yang terbentuk karena tindik telinga, klip yang dikenal sebagai “belat Zimmer” biasanya mengurangi ukuran keloid setidaknya 50% setelah pemberian kompresi selama satu tahun.
6. Terapi Radiasi
Meski terapi ini terbilang kontroversial karena radiasi dapat meningkatkan risiko kanker, tetapi perawatan ini dapat mengurangi pembentukan bekas luka jika digunakan segera setelah operasi, selama masa penyembuhan luka.
7. Perawatan Eksperimental
Perawatan ini dilakukan dengan menyuntikkan bekas luka keloid dengan obat-obatan yang dikembangkan untuk mengobati penyakit atau kanker autoimun. Obat-obatan yang digunakan (berbagai jenis interferon dan agen kemoterapi 5-fluorouracil dan bleomycin ) perlu dievaluasi lebih lanjut sebelum digunakan. [3]
Orang-orang yang rentan menderita keloid setelah operasi perlu melakukan pencegahan khusus untuk meminimalkan pembentukan keloid di area sayatan bekas operasi.
Cara yang bisa dilakukan ialah menutupi luka dengan pita kertas hypoallergenic selama beberapa minggu setelah operasi, menutupi luka dengan lembaran atau gel silikon setelah operasi, atau menggunakan suntikan kortikosteroid atau perawatan radiasi di rumah sakit yang dapat membantu mencegah keloid. [2, 3]
Paparan sinar matahari bisa menghitamkan jaringan parut, sehingga membuatnya sedikit lebih gelap dari kulit di sekitarnya. Kondisi ini membuat keloid terlihat lebih menonjol.
Untuk itu biarkanlah bekas luka tertutup saat Anda di bawah sinar matahari untuk mencegah perubahan warna. Anda juga dapat menggunakan tabir surya untuk melindungi kulit Anda seperti sunstick NewGel + PROTECT SPF 30 setiap hari, baik saat cerah atau berawan [2].
Terbentuknya jaringan parut keloid juga sering terjadi karena penindikan pada daun telinga. Untuk mencegah terbentuknya keloid setelah ditusuk ada hal yang perlu Anda lakukan. Para profesional medis telah menyatakan bahwa logam adalah pemicu utama keloid. Oleh karena itu, menggunakan bagian belakang anting non-logam saat ditindik sangat mengurangi risiko terbentuknya bekas luka keloid. [6]
1) Joseph Bennington-Castro. 2015. everydayhealth. What Are Keloids?
2) Rachel Nall. 2019. Healthline. Everything You Need to Know About Keloid Scars
3) Anonim. 2020. Drugs.com. Keloids
4) Sun LM , Wang KH , Lee YC . 2014. Perpustakaan Nasional Kedokteran Amerika Serikat. Keloid incidence in Asian people and its comorbidity with other fibrosis-related diseases: a nationwide population-based study
5) Brama Rachmantyo, M. Yulianto Listiawan, Dwi Murtiastutik, Willy Sandhika. 2018. Periodical of Dermatology and Venereology. Perbandingan Terapi Kombinasi Laser CO2-Injeksi Triamsinolon dengan Injeksi Triamsinolon Monoterapi pada Keloid.
6) Anonim. 2018. newgelplus. 6 Facts You Need to Know About Keloid Scars.
7) Anonim. 2020. keloid.com. Keloid
8) Anonim. 2020. American Academy of Dermatology Association. KELOIDS: WHO GETS AND CAUSES