Daftar isi
Kesumba keling adalah tanaman pewarna dan bumbu penyedap makanan alami pada industri kuliner. Berikut itu diperoleh dari lapisan luar berpigmen (pericarp) dari buah bijinya.[1]
Ketika polong kesumba keling tersebut mengering dan retak terbuka, akan terlihat biji berwarna merah, dimana pigmen merah dapat diekstraksi. Inilah kenapa pohon kesumba keling sering disebut juga pohon lipstik.
Kesumba keling juga dikenal dengan sebutan annatto, achiote, chitoe, onoto, bija, colorau, urucum, atau atsuete di berbagai daerah. Nama achiote berasal dari dialek suku Aztec, Nahuatl.[1,7]
Kesumba keling adalah tanaman yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat lokal, menyediakan berbagai macam makanan dan bahan. Biasanya ditanam di banyak daerah tropis, terutama Amerika, sebagai tanaman hias dan juga sering dibudidayakan untuk bahan merah yang banyak digunakan sebagai pewarna, pewarna makanan, penyedap rasa dan pengusir serangga.[2]
Biji kesumba keling memiliki rasa jeruk yang lembut dan agak pedas dengan kompleksitas halus dari peppermint, coklat, dan pala yang tertinggal di langit-langit mulut.[3]
Karakteristik Kesumba Keling
Kesumba keling adalah tanaman semak cemara kecil yang tumbuh cukup cepat atau pohon kecil yang tumbuh setinggi 2 – 8 meter dengan diameter batangnya yang bisa mencapai 10 – 30 cm. Bagian tanaman kesumba keling yang paling sering dimanfaatkan yaitu buah bijinya.[2,7]
Biji kesumba keling berbentuk piramida, berukuran panjang sekitar 5 mm, dan dibungkus dalam polong biji berbulu hitam-coklat yang tumbuh dalam kelompok yang rapat. Setiap polong menampung 8 hingga 10 biji, dan cangkang lilin berwarna merah bata.[3,4]
Saat dipanen, biji kesumba keling biasanya mengeluarkan residu berminyak dengan warna oranye kemerahan yang dengan mudah mewarnai tangan dan permukaan.[3]
Biji kesumba keling sangat keras, sehingga sulit untuk memotong dan menggiling bijinya. Biji kesumba keling juga mengeluarkan aroma apak dengan sentuhan akhir peppermint, yang dapat mengembangkan sensasi kesemutan ketika dihirup dalam-dalam.[3]
Sedangkan daun kesumba keling memiliki tangkai yang ramping, sedikit membesar di puncak, panjang tangkainya sekitar 1,8 hingga 14 cm, lebih atau kurang rapat dengan sisik kecil. Sedangkan panjang daunnya sekitar 1 cm, berbentuk bilah bulat telur atau kadang-kadang bulat telur-segitiga. Pada helai daunnya terdapat bintik-bintik bulat telur kecil, tajam.[4]
Kesumba keling juga memiliki rantaian bunga yang bervariasi, sedikit hingga banyak. Tangkai bunganya sepanjang 1 cm, tertutup rapat dengan sisik kecil berwarna coklat kemerahan. Kelopak bunganya lonjong, bulat di puncak, panjang 20-33 mm dan lebar 8-20 mm, berwarna putih atau merah muda.[4,7]
Berikut informasi kandungan senyawa yang terdapat dalam biji kesumba keling.[5,6]
Nama | Jumlah | Unit |
Karotenoid | 40.33 | mg |
Fenolik total | 62.08 | mg |
Asam askorbat | 13.75 | mg |
Antioksidan total | 17.42 | mg |
Protein | 16 | % |
Selulosa | 45 | % |
Gula | 5.5 | % |
Minyak esensial | 0.9 | % |
Minyak tetap | 3.0 | % |
Pigmen | 4.5 | % |
Bixin, karotenoid berwarna merah, adalah pigmen berkonsentrasi tinggi yang terdapat dalam biji kesumba keling. Ini adalah zat utama yang bertanggung jawab atas karakteristik pencelupan benih, di mana konsentrasinya bisa setinggi 5,0%.[6]
Bixin mewakili sekitar 80% dari total kandungan karotenoid yang ada dalam pewarna yang diperoleh dari biji kesumba keling. Apokarotenoid lain yang hadir dalam jumlah yang lebih rendah adalah norbixin, bixin dimethyl ester dan produk sampingan dari degradasi likopen.[3,7]
Saat ini, lebih dari dua lusin zat telah diisolasi dari biji kesumba keling. Selain bixin dan norbixin, senyawa lain seperti isobixin, beta-karoten, cryptoxanthin, lutein, zeaxanthin, orellin, bixein, bixol, crocetin, ishwarane, ellagic acid, salicylic acid, treonine, tomentosic acid, tryptophan, and phenylalanine telah ditemukan pada benih kesumba keling.[6]
Karena biji kesumba keling merupakan sumber karotenoid yang kaya, kesumba keling menjadi sangat penting secara komersial. Faktanya, sifat terapeutik dari kesumba keling (misalnya, antioksidan dan hipoglikemik / mengurangi kadar gula darah) telah dikaitkan dengan karotenoid tingkat tinggi.[6,7]
Kesumba keling, karena senyawa antioksidannya yang kuat, memiliki sifat antimikroba yang dapat membunuh berbagai patogen (parasit yang menimbulkan penyakit) dan bakteri di dalam tubuh. Ini juga sangat efektif melawan berbagai penyakit bawaan akibat makanan.[1]
Sebuah studi oleh Fleischer, dkk. menemukan ekstrak etanol dari daun dan biji kesumba keling menunjukkan aktivitas yang dapat melawan semua bakteri Gram-positif dan Gram-negatif dan juga jamur yang mirip ragi C. albicans.[8]
Aktivitas tersebut tampak lebih jelas pada ekstrak daun kesumba keling. Hasil penelitian menyatakan dukungan ilmiah untuk penggunaan kesumba keling dalam pengobatan tradisional khususnya sebagai obat kumur untuk sakit tenggorokan dan kebersihan mulut.[8]
Ekstrak air hangat daun kesumba keling terbukti memiliki aktivitas antimikroba yang sangat baik terhadap spesies Streptococcus dan Shigella dysenteriae dengan aktivitas sedang melawan E. coli.[9]
Kesumba keling dikenal sebagai ramuan pencahar yang pahit, zat astringen yang konon dapat menghancurkan cacing usus, menurunkan demam, dan meningkatkan pencernaan.[2,6]
Hal ini diduga karena kandungan serat tingkat tinggi yang ditemukan dalam biji kesumba keling, serta daunnya juga dapat dimakan dan baik untuk pencernaan. Ini meningkatkan kelancaran perjalanan makanan melalui usus dan penyerapan nutrisi yang efisien.[1]
Rebusan daun kesumba keling dapat digunakan untuk mengobati disentri, sakit perut, menghilangkan cacingan pada anak, dan mengurangi muntah selama kehamilan.[1,2,3]
Selain dapat mematikan mikroba, ekstrak metanol daun kesumba keling juga terbukti menunjukkan aktivitas analgesik (meredakan nyeri) pada tikus dengan dosis 520 mg / kg. Disamping itu, daun kesumba keling dapat dioleskan ke kepala atau area keseleo untuk meredakan nyeri dan merelaksasi otot.[1,9]
Kandungan karotenoid yang tinggi dalam kesumba keling berfungsi sebagai antioksidan dalam sistem mata dan mencegah perkembangan katarak, sekaligus mencegah penurunan fungsi penglihatan akibat usia.[1]
Getah dari tangkai daun kesumba keling direndam dalam air panas dengan rum, kemudian digunakan untuk menghilangkan belekan dari kelopak mata sebagai pengobatan untuk blepharitis (radang kelopak mata).[2]
Pasta dari biji kesumba keling juga dapat digunakan untuk membantu mempercepat proses penyembuhan luka bakar atau luka pada kulit, atau iritasi kulit apa pun.[1,3]
Pasta biji kesumba keling juga dapat mengurangi munculnya bekas luka. Selain itu, sifat antimikroba alami dapat membantu mencegah infeksi.[1]
Ekstrak air daun kesumba keling terbukti menjadi agen pencegahan radang yang sangat baik melawan peradangan akut dan kronis pada tikus. Reaksi peradangan akut pada kaki tikus yang dipicu oleh zat karagenan, histamin, serotonin dan bradikinin semuanya mampu dihambat oleh pemberian oral (secara telan) 50 mg / kg dan 150 mg / kg ekstrak daun kesumba keling.[9]
Ekstrak hidroalkohol daun kesumba keling juga terbukti dapat mencegah radang usus pada tikus. Dosis 200 mg / kg dan 400 mg / kg menghasilkan efek perlindungan sebagian lambung tikus terhadap cedera yang dipicu oleh zat etanol 96% dan mengurangi migrasi sel yang menyebabkan peradangan.[9]
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun kesumba keling mungkin menunjukkan aktivitas penurunan glukosa (hipoglikemik) dan anti-diabetes sederhana.
Quanico dkk. meneliti aktivitas hipoglikemik dari metanol dan ekstrak air daun kesumba keling. Ekstrak air yang diberikan kepada tikus 45 menit sebelum beban glukosa menurunkan kadar glukosa darah sekitar 30%. Sementara ekstrak metanol menghasilkan penurunan kadar glukosa darah sebesar 19% ketika diberikan 15 menit sebelum beban glukosa.[9]
Ekstrak metanol daun kesumba keling menunjukkan aktivitas penghambatan sederhana terhadap aktivitas enzim alfa-amilase, tindakan yang akan memperlambat penyerapan glukosa di saluran pencernaan.[9]
Obat diuretik adalah obat yang berfungsi untuk membuang kelebihan garam dan cairan tubuh dengan cara mengeluarkannya lewat air kencing. Biasanya diuretik dikonsumsi oleh penderita hipertensi, gagal jantung, atau kondisi dengan kelebihan garam dan atau pembengkakan akibat cairan berlebih dalam tubuh.
Ekstrak metanol daun kesumba keling terbukti menunjukkan efek diuretik pada tikus saat diberikan dengan dosis 500 mg / kg. Efek diuretik diamati dengan peningkatan volume urin dan kadar natrium, kalium, dan klorida dalam urin.[9]
Meskipun ramuan dan ekstrak daun kesumba keling serta bubuknya telah digunakan selama bertahun-tahun untuk berbagai tujuan pengobatan, sangat sedikit informasi yang tersedia mengenai efek samping serius yang dilaporkan.
Sembelit dilaporkan terjadi pada sekitar 3% dari 68 subjek yang diobati dengan 250 mg bubuk daun kesumba keling sebanyak tiga kali sehari selama 6 bulan.[9]
Studi melaporkan peningkatan jumlah sel darah merah total dan volume sel yang dikemas tetapi tidak ada perubahan jumlah leukosit atau hemoglobin pada dosis 80 mg / kg dan 120 mg / kg.[9]
Bagi sebagian orang yang hipersensitif mungkin dapat menunjukkan reaksi alergi terhadap kesumba keling, beberapa bahkan mungkin menderita anafilaksis (syok yang disebabkan oleh reaksi alergi yang berat). Jadi sebaiknya hindari penggunaan berlebihan jika memiliki hipersensitifitas.[1]
Tanaman kesumba keling yang paling sering dimanfaatkan untuk khasiat kesehatan yaitu bagian daun, biji, dan ekstraknya. Daun kesumba keling bisa dipetik sesuai kebutuhan dan digunakan saat masih segar atau setelah dikeringkan.[2]
Rebusan daun kesumba keling cukup diminum setengah cangkir sebanyak dua atau tiga kali sehari.
Rebusan daun kesumba keling dapat diminum untuk mengontrol asma. Rebusan daun juga telah terbukti efektif melawan bronkitis, sakit tenggorokan, radang mata, dan mengurangi muntah saat kehamilan.[2,6]
Selain itu rebusan akar kesumba keling dalam air dan rum dapat digunakan untuk mengobati penyakit kelamin.[2]
Biji kesumba keling yang telah siap digiling akan menghasilkan bubuk yang dapat dimanfaatkan sebagai afrodisiak atau perangsang daya seksual, penurun panas, dan sebagai minuman ringan.[2,6]
Selain itu, bubuknya juga dapat dibuat minuman / sirup untuk meredakan gejala radang paru-paru.[2]
Biji kesumba keling juga biasanya digunakan untuk membuat minyak yang merupakan bahan penting dalam banyak masakan Asia. Cara membuat minyak kesumba keling juga cukup mudah.[1,11]
Cukup rendam biji kesumba keling dalam minyak canola sampai beberapa pigmen dari biji meresap ke dalam minyak sehingga menjadi kuning-oranye cerah. Kemudian minyak kesumba keling dapat digunakan untuk memberi warna khas kesumba keling pada makanan.[11]
Formula yang baik adalah 1/2 cangkir biji kesumba keling dengan secangkir minyak. Panaskan minyak dan bijinya bersama-sama, lalu diamkan hingga mencapai suhu kamar. Saring bijinya dan buang.[11]
Kesumba keling termasuk tanaman yang dapat bertahan lama. Baik benih dan akar kesumba keling dapat bertahan hingga 3 tahun, jika di bawah penyimpanan yang tepat.[10,11]
Tips yang dapat diikuti untuk menjaga kesumba keling tetap aman yaitu dengan menyimpannya dalam wadah plastik kedap udara dan menaruhnya di lemari bumbu atau kabinet yang jauh dari cahaya langsung.[10]
Kesumba keling merupakan tanaman dari keluarga Bixa yang banyak ditemukan di wilayah Amerika Selatan. Hampir seluruh bagian tanaman ini dapat dimanfaatkan, mulai dari daun, biji, benih, tunas, hingga akarnya untuk kesehatan, kuliner, hingga industri kecantikan. Bixin, adalah senyawa karotenoid yang paling banyak ditemukan dalam konstitusinya. Tanaman ini merupakan antimikroba yang terbukti efektif, anti-nyeri, anti-radang, penurun glukosa darah, hingga afrodisiak.
1. John Staughton (BASc, BFA). 9 Incredible Benefits Of Annatto (Atsuete). Organic Facts; 2020.
2. Anonym. Bixa orellana. Tropical Plants Database, Ken Fern; 2020.
3. Anonym. Annatto. Specialty Produce; 2020.
4. Eduardo Ventosa. Bixa orellana (annatto). CAB International; 2016.
5. Anonym. Annatto chemical composition. US National Library of Medicine National Institutes of Health; 2020.
6. Daniela de Araújo Vilar, Marina Suênia de Araujo Vilar, Túlio Flávio Accioly de Lima e Moura, Fernanda Nervo Raffin, Márcia Rosa de Oliveira, Camilo Flamarion de Oliveira Franco, Petrônio Filgueiras de Athayde-Filho, Margareth de Fátima Formiga Melo Diniz, José Maria Barbosa-Filho. Traditional Uses, Chemical Constituents, and Biological Activities of Bixa orellana L.: A Review. 2014: 1-11. The Scientific World Journal; 2014.
7. Raddatz-Mota, D., Pérez-Flores, L.J., Carrari, F. et al. Achiote (Bixa orellana L.): a natural source of pigment and vitamin E. 54(6): 1729–1741. Journal of Food Science and Technology; 2017.
8. T.C. Fleischer, E.P.K. Ameade, M.L.K. Mensah and I.K. Sawer. Antimicrobial activity of the leaves and seeds of Bixa orellana. 74(2003): 136–138. Fitoterapia; 2003.
9. Sidney J. Stohs. Safety and Efficacy of Bixa orellana (Achiote, Annatto) Leaf Extracts. 28(7): 956-960. Phytotherapy Research; 2013.
10. Kevin. Achiote and Annatto Seed. Kevin Is Cooking; 2013.
11.