Daftar isi
Klaudikasio intermiten merupakan sebuah kondisi nyeri pada tubuh (khususnya pada bagian bokong, pinggul, lengan dan tungkai) karena tidak lancarnya peredaran darah [1,5].
Kondisi ini paling sering dijumpai terjadi pada tungkai, terutama ketika usai berjalan pada kecepatan tertentu atau dalam jangka waktu tertentu.
Disebut dengan istilah klaudikasio intermiten karena nyeri yang dialami tidak terjadi secara persisten atau konstan.
Penderita dapat mengalami kondisi ini pada saat memulai olahraga dan selama melakukan olahraga.
Namun biasanya, rasa nyeri akan hilang pada waktu sudah selesai berolahraga; jika parah, nyeri bahkan terus berlanjut pada waktu istirahat usai olahraga.
Tinjauan Klaudikasio intermiten adalah nyeri yang timbul pada tungkai/kaki, pinggul, lengan dan/atau bokong yang disebabkan oleh ketidaklancaran aliran darah dalam tubuh.
Klaudikasio intermiten merupakan gejala suatu penyakit tertentu, yaitu penyakit arteri perifer [1,2,4,5,6].
Penyakit arteri perifer sendiri merupakan kondisi pembuluh arteri yang menyempit sehingga peredaran darah menuju tungkai tidak lancar [6].
Penyempitan terjadi karena dinding pembuluh darah yang mengeras karena adanya plak yang menumpuk di sana dalam jangka panjang.
Faktor inilah yang kemudian mampu menghambat aliran darah menuju tungkai karena terjadinya sumbatan.
Plak yang dimaksud merupakan penumpukan campuran senyawa dalam darah (kolesterol, kalsium dan lemak berlebih) yang jika tak segera diatasi dapat semakin terakumulasi.
Akumulasi plak akan menyumbat pembuluh arteri menyebabkan gangguan aliran darah dan membuat suplai oksigen yang seharusnya dibawa oleh darah ke seluruh sel tubuh menjadi berkurang.
Penyakit arteri perifer dapat dipicu oleh beberapa faktor seperti di bawah ini [1,2,4,5,6] :
Tinjauan Penyakit arteri perifer atau penimbunan plak pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan penyempitan/sumbatan sehingga aliran darah tidak lancar menjadi penyebab utama klaudikasio intermiten.
Klaudikasio inermiten adalah nyeri pada otot karena aliran darah yang tidak lancar sekaligus sel tubuh yang tidak mendapatkan oksigen secara cukup.
Nyeri pada otot akan dapat terasa sewaktu penderita melakukan aktivitas fisik.
Bila dalam kondisi istirahat, maka nyeri akan hilang atau tidak terasa.
Di bawah ini adalah tanda-tanda seseorang mengalami penyakit arteri perifer pada kondisi yang sudah cukup berat [7] :
Sementara itu, berikut ini adalah beberapa tanda utama seseorang mengalami klaudikasio intermiten antara lain adalah [1,5] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Segera periksakan diri ke dokter ketika mulai merasakan adanya nyeri di bagian lengan atau kaki, terutama setiap kali berolahraga.
Jika rasa nyeri ini timbul setiap olahraga namun hilang usai olahraga, jangan tunggu terlalu lama untuk mendapatkan penanganan medis.
Terdapat kemungkinan besar penyakit arteri perifer menjadi sebab utama gejala tersebut yang jika dibiarkan terlalu lama dapat meningkatkan risiko penyakit stroke dan serangan jantung.
Segera temui dokter dan tempuh beberapa metode pemeriksaan yang diperlukan untuk mengetahui potensi penyebab nyeri agar dapat segera ditangani dengan cepat.
Tinjauan Nyeri pada beberapa bagian tubuh (terutama kaki) adalah gejala utama klaudikasio intermiten. Rasa nyeri muncul ketika berolahraga dan hilang ketika beristirahat. Namun pada kondisi lebih serius, nyeri akan bertahan bahkan ketika tubuh sedang istirahat.
Banyak orang tidak memeriksakan diri ketika rasa nyeri pada otot timbul. Mereka mengira bahwa kondisi tersebut normal karena seiring usia bertambah tua, maka nyeri otot akan timbul dengan sendirinya.
Kebanyakan dari mereka hanya membatasi tingkat aktivitas fisik agar nyeri tidak mudah timbul.
Namun bila memutuskan untuk ke dokter dan menempuh jalur pemeriksaan, beberapa metode diagnosa di bawah inilah yang biasanya diterapkan dokter.
Dokter perlu memeriksa kondisi fisik pasien dan memberikan sejumlah pertanyaan terkait riwayat gejala yang dialami selama ini [1,6,7].
Dokter kemungkinan juga perlu tahu mengenai riwayat medis pasien dan keluarga pasien untuk memastikan penyebab klaudikasio intermiten.
Sebagai tes lanjutan untuk menegakkan diagnosa, dokter juga akan memeriksa denyut pasien [1,5,6,7].
Pemeriksaan denyut nadi biasanya dilakukan khususnya pada bagian lengan dan tungkai pasien.
Selain itu, tes penunjang lain yang juga perlu ditempuh pasien adalah USG doppler [1,6,7].
USG doppler merupakan tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan memantai kondisi aliran darah khusus pada bagian kaki.
CT dan MRI scan yang tergolong sebagai metode tes pemindaian juga akan direkomendasikan oleh dokter untuk mengetahui apakah terdapat penyempitan di pembuluh arteri pasien [1,7].
Penumpukan plak akan membentuk sumbatan di pembuluh darah, maka hal ini harus diperiksa dengan jelas.
Karena tekanan darah di bagian pergelangan kaki dan lengan pasien dapat berbeda, maka dokter perlu membandingkannya [1,4,5,6].
Proses pembandingan tersebut disebut dengan tes ankle brachial index.
Pemeriksaan metode ini dilakukan dengan dokter lebih dulu meminta pasien berjalan di atas treadmill [1,5,6].
Sampai pasien mengeluhkan rasa nyeri mulai timbul, barulah dokter menyuruh berhenti.
Dokter akan mengukur rentang waktu dari mulai pasien berada di atas treadmill hingga rasa sakit dirasakan.
Tinjauan Metode diagnosa klaudikasio intermiten meliputi pemeriksaan fisik, pemeriksaan riwayat gejala, pemeriksaan denyut nadi, USG Doppler, tes pemindaian (CT dan MRI scan), tes ketahanan fisik di atas treadmill, dan ankle brachial index.
Dalam mengobati klaudikasio intermiten, penyakit arteri perifer juga perlu diatasi.
Tujuan pengobatan adalah untuk mengenalikan faktor risiko yang menyebabkan penyakit vaskular sekaligus mengurangi nyeri pada tubuh.
Berikut ini adalah sejumlah penanganan yang umumnya pasien butuhkan untuk memulihkan diri.
1. Obat-obatan
Salah satu bentuk perawatan yang dokter berikan adalah obat-obatan.
Dokter kemungkinan akan memberi resep satu atau lebih jenis obat khusus untuk mengendalikan faktor risiko penyakit vaskular dan juga mengendalikan rasa nyeri.
Sebelum mengonsumsi obat resep dokter, pastikan pasien sudah berkonsultasi dengan dokter mengenai suplemen atau obat apapun yang tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan obat resep.
Penggunaan obat resep dan tanpa resep bersamaan mampu mengurangi manfaat obat resep bagi tubuh.
2. Obat Alternatif
Pasien juga dapat mencoba berbagai jenis obat alternatif, semacam vitamin B kompleks, vitamin E, L-arginine, dan ginkgo biloba [5,7].
Selain itu terapi khelasi juga cukup umum digunakan untuk mengatasi penyakit arteri perifer dan klaudikasio intermiten [7].
Namun sebelumnya, berkonsultasi dengan dokter jauh lebih baik sehingga dapat menghindari kondisi yang tidak diinginkan.
3. Program Olahraga
Berolahraga dapat meningkatkan kesehatan vaskular sekaligus mengurangi rasa nyeri [5,6,7].
Pada program olahraga khusus untuk pasien penyakit arteri perifer dan klaudikasio intermiten, biasanya berjalan kaki sampai nyeri tidak lagi parah adalah awal dari program ini.
Kemudian pasien dapat beristirahat sebentar untuk meredakan nyeri sebelum berjalan lagi.
Proses berjalan, istirahat, dan berjalan lagi adalah inti dari program olahraga ini.
Pasien dapat melakukannya selama 30-45 menit seminggu 3 kali atau boleh lebih sesuai dengan anjuran dokter saja.
4. Perubahan Gaya Hidup
Selain program olahraga, beberapa langkah gaya hidup sehat berikut ini perlu dilakukan oleh pasien agar risiko komplikasi dapat dihindari dan tubuh lebih cepat pulih [1,5,6,7].
5. Operasi
Jika pasien diketahui memiliki kondisi penyakit arteri perifer yang parah dan penanganan dalam bentuk lain tidak efektif, jalur operasi perlu ditempuh.
Tinjauan Penanganan klaudikasio intermitan pada umumnya adalah dengan pemberian obat, obat alternatif, program olahraga khusus, perubahan gaya hidup dan jalur operasi (khusus pada kondisi yang sudah sangat parah).
Klaudikasio intermiten merupakan kondisi nyeri pada beberapa anggota tubuh yang dapat menjadi gejala aterosklerosis atau penyakit arteri perifer.
Gangguan pada sistem sirkulasi ini mampu menjadi indikator risiko penyakit serius semacam stroke dan serangan jantung [1,6,7].
Maka bila gejala tak segera diatasi, ada kemungkinan komplikasi berupa penyakit stroke dan serangan jantung dapat terjadi.
Selain itu, perlu diketahui bahwa aterosklerosis dapat menyebabkan penyakit arteri perifer yang kemudian berakibat pada sejumlah komplikasi lainnya, seperti [1,3,6,7] :
Upaya pencegahan klaudikasio intermiten adalah dengan menjaga peredaran darah tetap baik dan lancar.
Perubahan gaya hidup yang semula tak sehat menjadi lebih sehat dan seimbang adalah kunci agar aterosklerosis tidak terjadi, begitu juga penyakit arteri perifer [1,6,7].
Tinjauan Perubahan gaya hidup dari yang kurang sehat menjadi lebih sehat adalah cara mencegah aterosklerosis maupun penyakit arteri perifer yang menyebabkan klaudikasio intermiten.
1. Shivik K. Patel & Scott M. Surowiec. Intermittent Claudication. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020.
2. Naldo Sofian, Garry Prasetyo, & Stephanie Wibisono. Penyakit Arteri Perifer Disertai Klaudikasio Intermiten di Daerah Terpencil Kabupaten Sikka, Flores –Studi Potong Lintang dengan Metode Palpasi Nadi dan Faktor Risikonya. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia; 2017.
3. E Baubeta Fridh, M Andersson, M Thuresson, B Sigvant, B Kragsterman, S Johansson, P Hasvold, M Falkenberg, & J Nordanstig. Amputation Rates, Mortality, and Pre-operative Comorbidities in Patients Revascularised for Intermittent Claudication or Critical Limb Ischaemia: A Population Based Study. European Journal of Vascular and Endovascular Surgery; 2017.
4. Dr. Moon Kyu Lee, Dr. Tetsuro Miyata, Dr. Hiroshi Shigematsu & Dr. In Sung Moon. Diabetic Complications and PAD. Annals of Vascular Diseases; 2016.
5. Kevin Cassar. Intermittent claudication. British Medical Journal; 2006.
6. Michael R. Zemaitis; Julia M. Boll; & Mark A. Dreyer. Peripheral Arterial Disease. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020.
7. David Bergqvist, Martin Delle, Ingemar Eckerlund, Jan Holst, Tomas Jogestrand, Gun Jörneskog, Bengt Fagrell, Jerzy Leppert, Christina Lindholm, Lars Norgren, Rosemarie Klevsgård, Lars-Åke Marké, Ingrid Mattiasson, Olov Rolandsson, Anneth Syversson, Ulf Nyman, Stefan Rosfors, Niklas Zethraeus, Håkan Ahlström, Anders Gottsäter, Juliette Säwe, Thomas Troëng, & Eric Wahlberg. Peripheral Arterial Disease – Diagnosis and Treatment : A Systematic Review. National Center for Biotechnology Information; 2008.