Penyakit & Kelainan

Kolera: Penyebab – Gejala dan Cara Mengobati

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Tinjauan Medis : dr. Maria Arlene, Sp.Ak
Kolera merupakan penyakit infeksi yang menyebabkan diare cair yang berat, yang dapat menimbulkan dehidrasi dan bahkan kematian jika tidak ditangani. Penyakit ini disebabkan oleh mengonsumsi makanan atau

Kolera (cholera) adalah penyakit menular yang menyebabkan diare berair yang parah. Diare tersebut bisa membuat tubuh mengalami dehidrasi parah dan bila tidak diobati, kolera bisa mengakibatkan kematian. Kolera disebabkan oleh makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan bakteri yang disebut vibrio cholerae. [1, 2, 3, 4, 5]

Apa itu Kolera?

Kolera merupakan penyakit infeksi usus yang menyebabkan penderitanya mengalami diare yang parah. [1,3]

Penyakit ini bisa menyebabkan dehidrasi yang sangat cepat dan parah meskipun penderita penyakit ini sebelumnya memiliki kondisi yang baik-baik saja. Gejalanya akan timbul sekitar 12 jam hingga 5 hari setelah seseorang mengonsumsi bahan makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri Vibrio cholerae. [3, 5]

Bakteri penyebab kolera (gambar: Janice Carr, CDC)

Kolera adalah penyakit menular dan dapat menyerang baik orang dewasa maupun anak-anak. Bila tidak diobati, penyakit ini dapat membunuh penderitanya hanya dalam beberapa jam. [5]

Kolera seringkali dapat didiagnosa dan disembuhkan. Lingkungan yang bersih, makanan dan minuman yang sehat, serta mempraktikkan gaya hidup yang sehat dan bersih, adalah cara yang tepat untuk memutuskan mata rantai penularan kolera. [5]

Fakta Tentang Kolera

Berikut ini beberapa fakta tentang penyakit kolera; [1,3,4,5,6]

  • Kolera Merupakan Penyakit Diare Akut yang Mematikan

Kolera adalah salah satu penyakit infeksi ususakut yang diakibatkan dari konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri vibrio cholerae.

Infeksi mengakibatkan penderita mengalami diare berair yang parah dan juga dehidrasi berat. Apabila tidak segara ditangani, berisiko menyebabkan kematian pada penderitanya.

  • Wabah Kolera dapat Menyebar

Penyakit kolera bisa berubah menjadi penyakit endemik di daerah atau tempat yang sudah terkontaminasi kolera dalam kurun waktu 3 tahun. Artinya, apabila daerah atau wilayah yang telah terkontaminasi penyakit kolera tersebut tidak segera ditangani dengan baik, maka penyakit ini bisa saja menyebar ke seluruh lapisan masyarakat dan peluang masyarakat setempat untuk terinfeksi penyakit ini lebih besar. WHO mencatat ada antara 21.000 hingga 43.000 kematian akibat kolera setiap tahunnya.

  • Kolera Tidak Menimbulkan Gejala pada Awal Infeksinya

Kebanyakan orang yang terpapar bakteri kolera (Vibrio cholerae) tidak menunjukkan gejala sakit atau bahkan tidak sadar kalau mereka telah terinfeksi.

Sebagian besar kasus kolera yang menimbulkan gejala menyebabkan diare ringan atau sedang yang seringkali sulit dibedakan dari diare yang disebabkan oleh masalah lain.

Dalam beberapa kasus, penderita mengalami tanda dan gejala yang lebih serius, namun biasanya dalam beberapa hari setelah infeksi.

  • Semua Orang dengan Segala Usia bisa Terpapar Kolera

Kolera dapat menyerang siapa saja tanpa mengenal usia. Namun ada pengecualian untuk bayi yang sudah mendapatkan suntikan kekebalan dari ibunya pada saat menyusui di mana ibu bayi tersebut sebelumnya mengalami kolera.

  • Orang yang Memiliki Golongan Darah O Berisiko Lebih Tinggi terkena Kolera

Walaupun kolera dapat menyerang semua orang, namun ada beberapa studi menunjukkan bahwa kelompok orang yang bergolongan darah O lebih mudah terjangkit bakteri vibrio cholerae dibandingkan dengan kelompok lain. Hal ini karena tingginya kadar racun bakteri vibrio cholerae diketahui sangat reaktif ketika menginfeksi orang bergolongan darah O.

  • Kolera dapat Dicegah atau Diobati

Kolera adalah penyakit ganas yang dapat diobati. Vaksin kolera sudah tersedia (walaupun tidak 100 persen menyembuhkan). Namun yang penting dilakukan adalah menjaga kebersihan lingkungan. Menjaga kesehatan makanan dan minuman adalah faktor penting dalam pencegahan kolera.

Penyebab Kolera

Penyebab utama penyakit kolera adalah bakteri vibrio cholerae. Bakteri vibrio cholerae adalah anggota famili Vibrionaceae, yang mencakup tiga genera penting dari bakteri penghuni air. Bakteri ini memiliki kemampuan untuk menghasilkan toksin kolera yakni sejenis enterotoksin yang mempengaruhi sel-sel usus. [1,2]

Vibrio cholerae biasanya ditemukan dalam makanan atau air yang terkontaminasi oleh tinja/feses orang yang terinfeksi. Ketika seseorang mengonsumsi makanan atau air yang terkontaminasi, bakteri tersebut melepaskan racun di usus yang menyebabkan diare parah. [1,3,4]

Dan bakteri ini bersumber dari beberapa hal berikut ini; [1,2,3,4]

  • Sumber air publik yang kurang bersih.
  • Es yang terbuat dari air minuman suplai yang kurang bersih.
  • Makanan dan minuman yang tidak bersih.
  • Sayuran yang tumbuh dengan air yang mengandung feses manusia.
  • Ikan dan makanan laut mentah atau setengah matang yang ditangkap di perairan yang tercemar limbah.

Faktor Risiko Penyakit Kolera

Semua orang bisa terhindar dari infeksi kolera asal menjaga kebersihan makanan dan minuman serta menerapkan hidup yang sehat dan bersih.

Beberapa faktor meningkatnya risiko Kolera adalah sebagai berikut; [3,4,5]

  • Tinggal di lingkungan yang tidak bersih.
  • Memiliki asam lambung rendah. Kolera diketahui tidak bertahan di lingkungan yang sangat asam.
  • Memiliki anggota keluarga yang terinfeksi kolera.
  • Golongan darah O.
  • Kolera juga bisa menular melalui seafood dikonsumsi secara mentah, misalnya ikan dan kerang-kerangan. Apalagi hewan-hewan laut tersebut ditangkap di daerah di mana bakteri itu secara persisten sudah berada di sana atau karena air terkontaminasi oleh tinja manusia.

Gejala Kolera

Gejela kolera dapat muncul dalam beberapa jam atau lima hari setelah terinfeksi. Umumnya gejala awalnya sangat ringan, sehingga penderitanya tidak menyadari apakah diare yang dialami itu disebabkan oleh kolera atau karena hal lain. [1,2,3]

Namun setelah beberapa hari, penderita akan mengalami diare encer yang parah disertai muntah yang dapat dengan sangat cepat menyebabkan dehidrasi. Apabila tidak segera ditangani, kemungkinan penderitanya akan mengalami infeksi yang lebih parah dan dapat juga menularkan kolera tersebut ke orang lain. [1,3,4]

Gejala infeksi kolera meliputi: [2,3,4]

  • Diare

Diare karena kolera membuat penderitanya sangat kewelahan hal ini karena datangnya tiba-tiba dan sangat cepat–diperkirakan cairan yang dikeluarkan bisa sebanyak 1 liter per jam. Diare akibat kolera sering kali tampak menyerupai air cucian beras (rice water).

  • Mual dan Muntah

Muntah terjadi terutama pada tahap awal kolera dan dapat berlangsung selama berjam-jam.

  • Dehidrasi

Dehidrasi dapat berkembang dalam beberapa jam setelah mulainya dan berkisar hal itu bisa saja ringan hingga parah. Penurunan 10% atau lebih berat badan penderita bisa menandai penderita mengalami dehidrasi parah.

Tanda dan gejala dehidrasi kolera meliputi: [3,4]

  • Mudah tersinggung.
  • Merasa lemas atau lemah.
  • Terlihat cekung pada mata atau perut.
  • Mulut kering.
  • Rasa haus yang luar biasa.
  • Turgor menurun, yakni kulit ketika dicubit tak kunjung kembali (kelihatan seperti kering dan keriput).
  • Jarang buang air kecil.
  • Tekanan darah rendah.
  • Detak jantung tidak teratur.
  • Ketidakseimbangan elektrolit

Jagalah kebersihan lingkungan, kebersihan makanan dan minuman dengan baik dan teratur. Bakteri kolera jarang muncul di tempat-tempat yang kebersihannya terjaga. Pasokan air minum yang bersih adalah usaha awal pencegahan kolera. [2,4,5]

Kapan Harus ke Dokter?

Segeralah menemui atau berkonsultasikan dengan dokter apabila Anda mengalami diare yang parah disertai muntah dan merasa sangat haus (dehidrasi) karena kehilangan banyak cairan. [1,3,4]

Selain gejala diare tersebut, sebaiknya segera temui dokter apabila Anda baru saja kembali dari kunjungan ke tempat atau wilayah yang terinfeksi penyakit kolera. Hal ini karena, kolera adalah penyakit menular endemik yang mudah mewabah ke mana-mana melalui makanan atau air minum yang terkontaminasi dan lain-lain. [1,3]

Komplikasi Kolera

Kolera dapat terjadi pada manusia karena adanya infeksi bakteri Vibrio cholerae. Penyakit ini ditandai oleh diare yang hebat dengan tinja menyerupai air cucian beras yang dengan cepat dapat menimbulkan dehidrasi. [3]

Dan dalam situasi yang tak terduga, penderita kolera bisa kehilangan nyawa akibat dehidrasi yang sangat parah disertai dengan syok hingga berjam-jam bahkan berhari-hari. Itulah komplikasi terburuk dari gejala penyakit kolera. [1,3]

Meskipun syok dan dehidrasi parah adalah komplikasi terburuk dari kolera, dicurigai masih ada lagi masalah lain yang dapat ditimbulkan oleh penyakit ganas ini, yakni; [1,3,4]

Kadar gula darah (glukosa) adalah sumber energi utama bagi tubuh. Kadar gula yang normal membuat tubuh akan tampak sehat dan kita akan beraktivitas seperti biasa dengan baik. Namun apabila kadar gula dalam tubuh sangat rendah (kadar gula darah normal adalah 80-120 mg/dL atau 4.4-6), maka tubuh akan terasa lemas. kehilangan kekuatan.

Diare disertai muntah yang berlebihan akibat kolera, besar kemungkinan menyebabkan hopoglikemia karena hilangnya banyak cairan diikuti dengan kurangnya asupan makanan karena penderita umumnya tidak mau untuk makan. Komplikasi ini seringkali berisiko pada anak-anak kecil yang dapat menyebabkan kejang, pingsan, dan bahkan kematian.

  • Kadar Kalium Rendah

Penderita kolera akan mengalami kehilangan banyak mineral, termasuk kalium, dalam kotoran mereka. Kadar kalium yang rendah dapat mengganggu fungsi jantung, saraf-saraf tubuh yang lain dan dapat mengancam jiwa.

Ketika ginjal tidak dapat menyaring karena komplikasi kolera, tubuh akan kelebihan jumlah cairan, beberapa elektrolit dan kotoran menumpuk di dalam tubuh, kondisi yang berpotensi mengancam nyawa. Pada penderita kolera, gagal ginjal seringkali menyertai syok.

Diagnosis Kolera

Apabila Anda merasakan adanya gejala-gejala yang merujuk pada penyakit kolera, segeralah menemui dokter. Untuk mendiagnosis penyakit kolera, dokter umumnya akan mengadakan wawancara singkat misalnya: [3,4]

  • Menanyakan gejala yang dialami penderita dan riwayat penyakit sebelumnya.
  • Dokter juga akan menanyakan kondisi lingkungan hidup penderita, makanan dan minuman yang dikonsumsi serta sedikit tentang riwayat kesehatan setiap anggota keluarga.
  • Dokter juga tidak segan-segan menanyakan apakah pasien pernah berkunjung atau baru saja melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang terkenal dengan wabah kolera.

Dan setelah merasa cukup dengan wawancara, dokter akan menganalisis hasil wawancara tersebut untuk keperluan tes selanjutnya. Apabila ditemukan adanya indikasi penyakit kolera, maka dokter akan melanjutkan diagonosis dan umumnya yang dilakukan adalah pemeriksaan fisik dan tes laboratorium, yakni dengan meneliti dari tinja penderita. [3,4]

Pengobatan Kolera

Kolera merupakan penyakit ganas yang mematikan. Diare dan muntah-muntah serta dehidrasi yang ditimbulkan bisa sangat cepat sehingga bisa menciptakan kematian dalam beberapa jam. [1]

Oleh karena itu, pengobatan dan pencegahan terhadap kolera perlu ditangani cepat pula. Beberapa hal yang dilakukan dokter merujuk pada pengobatan kolera adalah sebagai berikut; [1,2,3]

  • Redehidrasi

Tindakan ini penting dilakukan untuk mengganti cairan dan elektrolit yang keluar selama gejala kolera. Biasanya dokter memberikan larutan rehidrasi sederhana seperti garam rehidrasi oral (oral rehydration salts/ORS). Larutan ORS umumnya tersedia dalam bentuk bubuk yang dapat dilarutkan ke dalam air matang atau air kemasan.

  • Suntikan Cairan Intravena

Kebanyakan penderita kolera umumnya dapat diberikan rehidrasi oral saja, tetapi dalam kasus bila penderita mengalami dehidrasi parah maka cairan infus intravena dibutuhkan.

Meskipun bukan bagian penting dari pengobatan kolera, beberapa antibiotik dapat mengurangi diare terkait kolera dan memperlambat gejala diare pada penderita yang cukup parah.

  • Suplemen Seng (Zn)

Penelitian telah menunjukkan bahwa seng atau zinc dapat mengurangi diare dan memperlambat durasi gejala diare pada anak-anak

Pencegahan Kolera

Hingga hari ini, kolera masih tetap menjadi masalah dan bayang-bayang bagi banyak negara di dunia, khususnya di negara-negara berkembang seperti Afrika, Asia dan Amerika Selatan. [2,3,4]

Salah satu cara yang diperlukan untuk menghentikan penyakit menular ganas ini, kemudian diciptakanlah vaksin untuk kolera. Namun vaksin ini diyakini tidak terlalu efektif bekerja untuk pencegahan dalam jumlah besar atau selama pandemi kolera berlangsung. Vaksin umumnya diberikan hanya kepada para wisatawan atau turis yang melakukan kunjungan ke tempat-tempat rawan kolera. [2]

Cara tepat yang disarankan bahkan oleh WHO adalah memperhatikan kebersihan makanan dan minuman. Sebaiknya rebuslah air mentah sebelum dikonsumsi atau air yang telah didesinfeksi secara kimiawi, dan air dalam bentuk kemasan. pastikan untuk menggunakan air kemasan, rebus, atau yang sudahdidisinfeksi secara kimiawi untuk tujuan berikut ini: [1,2,3,4,5,6]

  • Konsumsi.
  • Menyiapkan makanan atau minuman.
  • Mandi dan menggosok gigi.
  • Mencuci muka dan tangan.
  • Mencuci piring dan peralatan dapur lainnya.
  • Mencuci baju.
  • Mencuci buah dan sayur.

Dalam beberapa kasus misalnya di daerah yang terindkasi adanya bakteri kolera sebaiknya gunakan air hangat untuk beberapa hal berikut ini; [1,2,3,4,6]

  • Minum.
  • Membuat es.
  • Mencuci buah dan sayuran yang belum dikupas.
  • Susu dan produk susu yang tidak dipasteurisasi.
  • Daging atau kerang mentah atau setengah matang.
  • Ikan yang ditangkap di terumbu tropis karena mungkin saja tercemar.

Intervensi paling penting lainnya adalah pembuangan feses/tinja manusia harus secara higienis. Dalam artian, buanglah kotoran atau BAB di tempat yang aman, misalnya penggunaan jamban dengan pembuangan tertutup dan tersimpan, bukan di air atau di alam lingkungan sekitar. [2,4]

Dan selama epidemi kolera, penting bahwa semua makanan — termasuk sisa makanan — benar-benar dimasak (dengan suhu berkisar 70 °C) dan dimakan harus dalam keadaan hangat atau sebelum dingin. Makanan harus disimpan dalam keadaan terutup rapat, mencuci tangan sebelum makan. [2]

Hindari pula mengonsumsi makanan yang dijual bebas oleh pedagang pinggiran jalan karena telah berulang kali dianggap sebagai sumber penularan kolera, apalagi ditempat-tempat yang rawan terhadap penyakit ini. [1,2]

Akhirnya, menjalani hidup sehat dan selalu ikuti protokol kesehatan yang sudah ditetapkan oleh badan kesehatan nasional atau internasional terkait penularan kolera,-penyakit yang berbahaya itu bisa dihindari dan diatasi.

1. Anonim. Cholera. Mayo Clinic. 2020.
2. Anonim. Cholera pathology. Britannica. 2020.
3. Reviewed by Nayana Ambardekar, MD. Cholera. WebMD. 2019.
4. Bree Normandin. Medically reviewed by Steve Kim, MD. Cholera. Healthline. 2017.
5. Anonim. Cholera. World Health Organization (WHO). 2020.
6. Anonim. 10 facts on cholera. World Health Organization (WHO). 2016.

Share