Daftar isi
Panu atau tinea versicolor merupakan sebuah kondisi ketika pigmen kulit yang diserang infeksi jamur lalu timbul bercak berwarna lebih terang maupun lebih gelap [1,4,5,6,7].
Jenis infeksi kulit ini umumnya menimbulkan bercak warna lebih terang pada kulit dan kemunculannya terjadi sangat perlahan.
Ketika bercak kulit lama-kelamaan menyatu, maka otomatis ukuran bercak akan nampak lebih besar dari semula.
Tinjauan Panu atau tinea versicolor merupakan kondisi infeksi jamur yang menyerang pigmen kulit dan menimbulkan bercak pada permukaan kulit (bercak dapat berwarna terang atau gelap).
Panu umumnya disebabkan oleh jamur Malassezia di mana jamur jenis ini kebanyakan memang terdapat di kulit orang dewasa [1,2,3].
Jika perkembangbiakkannya berlebihan, maka saat itulah orang dewasa dapat mengalami panu.
Pada kulit akan mulai timbul bercak-bercak yang warnanya lebih terang, namun tidak disertai dengan rasa sakit.
Hanya saja, hingga kini belum diketahui pasti apa penyebab pasti dari perkembangbiakkan jamur yang berlebihan tersebut.
Walau demikian, penting untuk tetap memahami apa saja yang mampu memicu jamur Malassezia berkembang biak dan berikut ini adalah sederet faktor risikonya [1,4,5].
Tinjauan Jamur Malassezia adalah penyebab utama panu, namun sejumlah faktor risiko turut berperan. Faktor riwayat keluarga, jenis kulit berminyak, tingkat kelembaban tinggi pada suatu wilayah, hiperhidrosis, faktor usia (remaja-remaja yang usia kurang lebih 20 tahun), malnutrisi, kekebalan tubuh lemah, perubahan hormon, serta pakaian ketat dan menutupi kulit adalah faktor-faktor pemicu panu.
Panu dapat menimbulkan beberapa gejala selain bercak dengan warna terang pada kulit.
Berikut ini adalah sejumlah gejala panu yang perlu diketahui dan diwaspadai [1,2,4,6] :
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Segera periksakan ke dokter apabila kondisi gejala pada kulit tidak kunjung membaik dan justru bercak semakin menyebar.
Jangan ragu untuk menemui dokter, khususnya dokter spesialis kulit terutama saat infeksi jamur kembali menyerang.
Tinjauan Bercak terang pada kulit adalah gejala utama panu. Namun selain itu, bercak berpotensi terasa gatal, kulit pun bersisik karena kering.
Jika keluhan gejala telah disampaikan pada dokter, maka beberapa hal yang dokter dapat lakukan untuk memeriksa antara lain :
Yang pertama-tama dokter lakukan adalah melakukan pemeriksaan fisik.
Dokter akan melihat kondisi kulit pasien dan juga bercak yang timbul di permukaannya.
Jika perlu, dokter akan menerapkan sejumlah tes penunjang untuk memastikan kondisi kulit pasien.
Sebagai tes penunjang, dokter perlu menggunakan metode skin scraping untuk mengetahui kondisi kulit pasien secara lebih detail.
Hal ini akan segera dilakukan dokter apabila dari melihat kulit saja dokter belum bisa mendiagnosanya.
Skin scraping adalah sebuah prosedur ketika dokter mengangkat sel-sel kulit untuk kemudian sel-sel ini dibawa ke laboratorium untuk dianalisa.
Jika pasien mengalami panu, dokter akan menemukan adanya kandungan jamur pada sel-sel kulit pasien yang dianalisia di bawah mikroskop.
Kalium Hidroksida (KOH) merupakan metode pemeriksaan lainnya yang kemungkinan perlu ditempuh oleh pasien.
Jika dokter merekomendasikannya, maka ini tanda bahwa dokter harus mengambil sampel kulit pasien yang kemudian dicampur dengan 20% kalium hidroksida saat dianalisa di laboratorium.
Keberadaan jamur pada kulit pasien juga akan terdeteksi melalui pemeriksaan di bawah mikroskop seperti ini.
Metode pemeriksaan lainnya yang juga cukup sering dilakukan sebagai tes penunjang adalah biopsi kulit.
Dokter perlu mengambil sampel jaringan kulit pasien untuk mendeteksi keberadaan jamur pada permukaan kulit.
Metode pemeriksaan penunjang lain yang juga kemungkinan dapat diterapkan oleh dokter bila diperlukan adalah Wood’s lamp.
Mesin khusus ini akan membantu dokter dalam melihat keberadaan jamur pada kulit pasien menggunakan cahaya ultraviolet dengan jarak 4-5 inci dari kulit.
Bila keberadaan jamur terdeteksi, kulit akan muncul dengan warna hijau atau kuning tepat di bawah cahaya.
Tinjauan Pemeriksaan fisik disertai beberapa tes penunjang mampu memastikan kondisi panu. Tes-tes penunjang yang umumnya digunakan dokter untuk memeriksa kondisi pasien antara lain adalah skin scraping, Kalium Hidroksida (KOH), biopsi, dan metode Wood's lamp.
Bercak dengan warna lebih terang pada kulit tidak hanya merupakan kondisi dari panu.
Terdapat kondisi lain yang menyerupai panu, yaitu vitiligo.
Walau keduanya memiliki kemiripan, tetap saja vitiligo merupakan kondisi yang berbeda dari panu.
Vitiligo merupakan jenis penyakit kulit kronis di mana warna kulit memudar di mana penyakit ini dapat menyerang bagian kulit tubuh mana saja.
Tak hanya di bagian kulit tubuh yang nampak, vitiligo dapat terjadi bahkan di bagian rambut, mata hingga bagian dalam mulut.
Vitiligo dapat terjadi pada siapa saja, namun orang-orang dengan usia belum genap 20 tahun memiliki risiko lebih tinggi.
Hipopigmentasi merupakan sebutan untuk kondisi gejala vitiligo (bercak pada tubuh).
Bercak tersebut berwarna lebih muda atau terang, namun kemudian akan semakin putih secara bertahap, terutama bila terkena paparan sinar matahari cukup sering.
Gejala lain yang perlu diketahui sebagai pembanding perbedaannya dari kondisi panu yaitu sebagai berikut :
Berbeda dari panu yang tidak menimbulkan rasa nyeri, vitiligo dapat menimbulkan rasa nyeri dan pigmen warna kulit dapat semakin luas.
Jika panu hanya terjadi pada permukaan kulit dan mengubah warnanya, maka vitiligo dapat terjadi di area-area vital tubuh.
Dalam mengobati panu, biasanya perlu dipertimbangkan lebih dulu tingkat keparahan panu yang dialami pasien.
Bila gejala tidak terlalu parah, penanganan mandiri di rumah dapat dilakukan tanpa harus mendapatkan obat resep dokter.
Beberapa jenis obat yang dapat dibeli di luar tanpa resep dokter dan efektif dalam mengobati panu secara mandiri antara lain adalah [1,4] :
Jika memang pasien membutuhkan obat oles (topikal) dan berkonsultasi dengan dokter mengenai hal ini, maka kemungkinan besar beberapa obat krim akan diberikan.
Umumnya, dokter akan meresepkan obat topikal seperti ketoconazole dan ciclopirox.
Selain obat topikal, dokter juga dapat memberikan resep dalam bentuk pil, yaitu ketoconazole, itraconazole, dan fluconazole [4,8].
Tips Menangani Panu secara Mandiri
Pada kasus panu yang ringan, beberapa cara menanganinya di rumah adalah dengan melakukan beberapa hal seperti berikut [1,6] :
Tinjauan Terbinafine, Selenium sulfide, Miconazole, dan Clotrimazole adalah jenis obat yang dapat digunakan tanpa resep dokter. Sementara itu, obat topikal ketoconazole dan ciclopirox, lalu obat pil ketoconazole, itraconazole, dan fluconazole akan diresepkan oleh dokter bila memeriksakan diri.
Panu tidak menimbulkan komplikasi yang terlalu berarti apalagi bersifat permanen [9].
Asalkan kekebalan tubuh penderita cukup kuat untuk melawan infeksi, maka gejala panu akan lebih cepat hilang ketika diobati.
Jika pun komplikasi terjadi, risiko paling besar adalah perubahan warna kulitnya yang bisa sampai berminggu-minggu walau sudah memperoleh perawatan.
Hal ini tidak berbahaya karena sel penghasil warna kulit atau melanosit memang membutuhkan waktu lebih lama dalam pemulihannya.
Mencegah kekambuhan panu sebenarnya sulit dilakukan karena penderita kerap tak menyadari bahwa kulit lagi-lagi diserang jamur penyebab panu.
Namun jika sebelumnya pasien telah terdiagnosa panu dan panu berhasil ditangani, maka untuk mencegah infeksi berikutnya beberapa hal berikut dapat dilakukan [1,4,7] :
Tinjauan Selain menjaga kebersihan diri dengan baik dan rutin, menghindari tanning dan menghindari segala faktor yang mampu memicu panu sangat penting. Menghindari suhu panas dan keringat berlebih adalah cara untuk menghindari infeksi jamur berikutnya.
1. Mehdi Karray & William P. McKinney. Tinea (Pityriasis) Versicolor. National Center for Biotechnology Information; 2020.
2. Ahmad Mustofa, Asih Budiastuti, & Helmia Farida. Prevalensi dan Faktor Resiko Terjadinya Pityriasis Versicolor pada Polisi Lalu Lintas Kota Semarang. Jurnal Media Medika Muda; 2014.
3. Inayah Hayati & Zivenzi Putri Handayani. Identifikasi Jamur Malassezia Furfur Pada Nelayan Penderita Penyakit Kulit di RT 09 Kelurahan Malabro Kota Bengkulu. Jurnal Gradien; 2014.
4. Aditya K. Gupta & Kelly A. Foley. Antifungal Treatment for Pityriasis Versicolor. Journal of Fungi; 2015.
5. Sowmya Varada, Tushar Dabade, & Daniel S. Loo. Uncommon presentations of tinea versicolor. Dermatology Practical & Conceptual; 2014.
6. Anonim. Tinea versicolor: Overview. National Center for Biotechnology Information; 2014.
7. Juliano Oliveira Santana, Fernanda Luiza Andrade de Azevedo, & Pedro Costa Campos, Filho. Pityriasis versicolor: clinical-epidemiological characterization of patients in the urban area of Buerarema-BA, Brazil. Anais Brasileiros de Dermatologia; 2013.
8. Van Tran Cam, Thuong Nguyen Van, Khang Tran Hau, Doanh Le Huu, Phuong Pham Thi Minh, Sau Nguyen Huu, Thu Nguyen Minh, Marco Gandolfi, Francesca Satolli, Claudio Feliciani, Michael Tirant, Aleksandra Vojvodic, & Torello Lotti. Efficacy of Azole Antifungal in Treatment of Pityriasis Versicolor. Open Access Macedonian Journal of Medical Sciences; 2019.
9. Anonim. Tinea Versicolor. Harvard Health Publishing - Harvard Medical School; 2019.