Pemeriksaan feses (stool sample test) adalah serangkaian prosedur pemeriksaan yang dilakukan pada sampel feses (tinja) untuk membantu dokter dalam mendeteksi secara lengkap adanya mikroorganisme patogen seperti parasit, jamur dan bakteri yang mempengaruhi saluran sistem pencernaan atau penyebab timbulnya penyakit kronis dan disfungsi neurologis. [1,4]
Daftar isi
Pemeriksaan feses dilakukan untuk beberapa tujuan keperluan medis seperti untuk menemukan penyebab gejala yang mempengaruhi saluran pencernaan dan beberapa kondisi lain seperti; [6]
Pemeriksaan feses diperlukan ketika seseorang memiliki tanda-tanda infeksi pada saluran pencernaan, seperti diare yang mengandung darah atau lendir, nyeri atau kram di perut, mual, muntah, demam dan lain-lain yang umumnya berlangsung lebih dari satu atau dalam beberapa hari. [4]
Namun demikian, untuk diare seperti itu, dokter biasanya akan terlebih dahulu memberi obat antibiotik dan perawatan seperlunya. Dan bila tidak ada perubahan kondisi, barulah dilakukan pemeriksaan feses. [2,4]
Sementara kondisi yang paling diutamakan dokter untuk mempertimbangkan perlunya pemeriksaan feses seperti; [4]
Jika dari hasil yang diketahui, ternyata pasien mengidap bakteri atau patogen yang disebabkan oleh makanan atau lingkungan yang terkontaminasi, dokter tidak segan-segan meminta kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan feses yang kedua.
Tujuan pemeriksaan kedua adalah untuk memastikan bahwa bakteri atau patogen tersebut tidak lagi terdeteksi pada feses pasien karena dalam beberapa kasus, dilaporkan bahwa pasien yang terinfeksi umumnya menularkan bakteri yang sama kepada orang lain. [1,4]
Umumnya tidak ada persiapan khusus sebelum melakukan prosedur pemeriksaan feses. Namun sebaiknya, seorang pasien perlu memperhatikan beberapa tahap berikut sebelum memutuskan untuk melakukan prosedur pemeriksaan feses; [1,2,6]
Sebetulnya ada berbagai macam teknik yang dapat Anda gunakan dalam pengambilan feses. Berikut ini adalah salah satu dari sekian banyak cara yang dapat Anda gunakan untuk pengambilan feses; [5]
Setelah itu serahkanlah sampel feses yang sudah diambil kepada petugas medis atau dokter untuk diperiksa dan dianalisis di laboratorium. Dokter biasanya akan menggunakan beberapa metode pemeriksaan, seperti pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, pemeriksaan darah samar dan kultur feses. [2,5]
Sebenarnya tidak ada risiko yang timbul pada saat pengambilan feses dan pemeriksaan feses. Umumnya dokter akan menyarankan kepada Anda agar pengambilan feses mengikuti proses metabolisme tubuh sehingga Anda tidak merasa terbebani karena berpikir akan mengeluarkan feses dengan terpaksa. [3]
Dokter akan memberitahukan hasil pemeriksaan feses bisa saja persis pada hari itu juga atau biasanya paling lama 1 sampai 3 hari. [1,4]
Berikut hasil analisis laboratorium sampel feses yang umumnya dilaporkan; [1]
Normal | Abnormal |
Feses berwarna coklat, bertekstur lembut, dan bentuk keseluruhan yang konsisten. | Feses berwarna hitam, merah, putih, kuning, atau hijau. |
Pada feses tidak ditemukan bakteri berbahaya, jamur, parasit, virus, darah, lendir, nanah atau serat daging yang tidak tercerna dengan baik. | Pada fese ditemukan darah, lendir, nanah, bakteri berbahaya, virus, jamur, parasit dan terdapat serat daging yang tidak tercerna dengan baik |
PH feses adalah 7,0–7,5. | PH feses kurang dari 7,0 atau lebih besar dari 7,5. |
Feses mengandung kurang dari 0,25 gram per desiliter (g / dL) atau kurang dari 13,9 milimol per liter (mmol / L) gula yang disebut faktor pereduksi | Tinja mengandung 0,25 g / dL (13,9 mmol / L) atau lebih gula yang disebut faktor pereduksi. |
Tinja mengandung 2-7 gram lemak per hari atau per 24 jam (g / 24j). | Feses mengandung lebih dari 7 gram lemak per hari atau per 24 jam dengan indikasi asupan lemak Anda sekitar 100 g setiap hari |
Jika hasil tes Anda negatif (normal) berarti tidak ditemukan kuman, bakteri, virus, parasit yang menyerang kesehatan Anda. [4] Namun, bila hasil tes positif (abnormal), berarti, Anda terinfeksi kuman, virus, atau jenis bakteri lain. Dan laboratorium akan melaporkan kepada dokter jenis obat atau perawatan yang apa yang tepat untuk mencegah atau mengobati penyakit Anda. [2,3,4]
1. Medical Reviewed by Adam Husney, MD, Martin J. Gabica, MD. 2019. Michigan Medicine: University of Michigan. Stool Analysis.
2. Christine Case-Lo. Medical Reviewed by Modern Weng, D.O.C. 2017. Healthline. Stool Culture.
3. Anonim. 2020. MedlinePlus: Trusted Health Information for You. Fecal culture.
4. Medical Reviewed by Carol DerSarkissian. 2019. Webmd. What is a Stool Culture?
5. Anonim. 2020. Allina Health Laboratory. How to Collect a Stool Sample for Your Lab Test.
6. Tamara Duker Freuman. 2019. USnews health. What Can a Stool Test Diagnose?