Tindakan Medis

Pemeriksaan Feses: Fungsi, Prosedur dan Risiko

√ Scientific Base Pass quality & scientific checked by advisor, read our quality control guidelance for more info

Pemeriksaan feses (stool sample test) adalah serangkaian prosedur pemeriksaan yang dilakukan pada sampel feses (tinja) untuk membantu dokter dalam mendeteksi secara lengkap adanya mikroorganisme patogen seperti parasit, jamur dan bakteri yang mempengaruhi saluran sistem pencernaan atau penyebab timbulnya penyakit kronis dan disfungsi neurologis. [1,4]

Fungsi Pemeriksaan Feses

Pemeriksaan feses dilakukan untuk beberapa tujuan keperluan medis seperti untuk menemukan penyebab gejala yang mempengaruhi saluran pencernaan dan beberapa kondisi lain seperti; [6]

  • Mengetahui penyebab insufisiensi pankreas. Dokter akan meneliti apakah pankreas masih mampu menghasilkan enzim yang cukup untuk pencernaan yang baik atau tidak. Dari tingkat elastase yang sangat rendah dalam feses, dokter mengetahui bahwa pasien yang bersangkutan mengalami insufisiensi pankreas.
  • Selain itu, untuk membantu dokter mendeteksi sejumlah lemak tinggi yang terkandung dalam tinja yang merupakan tanda gangguan pencernaan dan penyerapan lemak. Fungsi dari tes ini untuk mengetahui apakah pasien sedang mengalami sindrom malabsorbsi atau jenis penyakit lainnya.
  • Pemeriksaan feses juga dilakukan untuk membantu dokter dalam mendeteksi darah di saluran pencernaan yang mungkin menjadi penyebab rendahnya kadar zat besi atau tanda timbulnya kanker usus besar.
  • Untuk membantu dokter mengetahui penyebab pasien menderita penyakit diare yang parah. Prosedur pemeriksaan pada poin ini agak berbeda dengan poin yang lain. Pertama-tama akan dilakukan pemeriksaan feses (tinja) guna untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya infeksi bakteri atau tidak, dan hasil yang diperoleh akan digunakan untuk melakukan tes skrining yang lebih spesifik untuk memeriksa racun bakteri yang telah tersebar. Tes ini untuk mendeteksi kemungkinan adanya infeksi helicobacter pylori, yakni penyakit infeksi kronis saluran cerna yang merupakan penyebab umum terjadinya ulkus peptikum (bakteri penyebab maag/tukak lambung).
  • Akhirnya, pemeriksaan feses dilakukan juga untuk tujuan uji fecal calprotectin, yakni pemeriksaan biokimia untuk mendeteksi kadar protein calprotectin pada fese. Tes ini dapat membantu dokter untuk memahami apakah pasien kemungkinan sedang menderita (atau mengalami peningkatan) penyakit Crohn atau gangguan kolitis ulserativa.

Kondisi-Kondisi Yang Membutuhkan Pemeriksaan Feses

Pemeriksaan feses diperlukan ketika seseorang memiliki tanda-tanda infeksi pada saluran pencernaan, seperti diare yang mengandung darah atau lendir, nyeri atau kram di perut, mual, muntah, demam dan lain-lain yang umumnya berlangsung lebih dari satu atau dalam beberapa hari. [4]

Namun demikian, untuk diare seperti itu, dokter biasanya akan terlebih dahulu memberi obat antibiotik dan perawatan seperlunya. Dan bila tidak ada perubahan kondisi, barulah dilakukan pemeriksaan feses. [2,4]

Sementara kondisi yang paling diutamakan dokter untuk mempertimbangkan perlunya pemeriksaan feses seperti; [4]

  • Pasien yang berusia sangat muda, lanjut usia (lansia) atau yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah.
  • Pasien yang memiliki tanda-tanda infeksi pada pencernaan yang berkepanjangan.
  • Pasien yang memiliki gejala kronis seperti dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, dan komplikasi lainnya.
  • Pasien dengan infeksi gastrointestinal yang disebabkan oleh makanan atau lingkungan yang terkontaminasi.

Jika dari hasil yang diketahui, ternyata pasien mengidap bakteri atau patogen yang disebabkan oleh makanan atau lingkungan yang terkontaminasi, dokter tidak segan-segan meminta kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan feses yang kedua.

Tujuan pemeriksaan kedua adalah untuk memastikan bahwa bakteri atau patogen tersebut tidak lagi terdeteksi pada feses pasien karena dalam beberapa kasus, dilaporkan bahwa pasien yang terinfeksi umumnya menularkan bakteri yang sama kepada orang lain. [1,4]

Persiapan Pemeriksaan Feses

Umumnya tidak ada persiapan khusus sebelum melakukan prosedur pemeriksaan feses. Namun sebaiknya, seorang pasien perlu memperhatikan beberapa tahap berikut sebelum memutuskan untuk melakukan prosedur pemeriksaan feses; [1,2,6]

  • Berhenti mengonsumsi obat apa pun yang mungkin akan memengaruhi sampel feses Anda. Obat-obat yang dimaksudkan seperti obat maag, obat-obat antibiotik serta obat gangguan pencernaan lainnya.
  • Oleh karena itu, laporkan kepada dokter bila Anda memiliki gangguan seperti seperti diare atau memiliki gangguan pencernaan lain.
  • Informasikan pula tentang makanan-makanan tertentu yang Anda konsumsi, baik atas saran dokter atau tenaga medis lainnya–karena mungkin Anda sedang menjalani terapi medis tertentu.
  • Informasikan pula apabila Anda sedang mengalami menstruasi. Karena kemungkinan dokter akan menunda pengambilan sampel feses sampai Anda benar-benar tiba pada siklus pemberhentian menstruasi. Selain itu, katakanlah juga kalau Anda mengalami gangguan wasir atau mengalami perdarahan aktif akibat wasir.
  • Beri tahu dokter jika dalam beberapa hari ke sebelumnya tengah menjalani foto rontgen yang menggunakan zat kontras barium. Hal ini perlu dipertimbangkan karena zat ini dapat mempengaruhi hasil tes.
  • Selanjutnya, ceritakanlah pula bila Anda baru saja melakukan perjalanan ke luar negeri untuk beberapa hari bahkan bulan.
  • Dan akhirnya, perhatikanlah seluruh persyaratan yang perlu Anda lakukan sebagai persiapan pengambilan feses yang mungkin diberikan dokter kepada Anda.

Prosedur Pengambilan dan Pemeriksaan Feses

Sebetulnya ada berbagai macam teknik yang dapat Anda gunakan dalam pengambilan feses. Berikut ini adalah salah satu dari sekian banyak cara yang dapat Anda gunakan untuk pengambilan feses; [5]

  1. Anda perlu mendapatkan wadah khusus penyimpanan feses. Wadah itu biasanya tersedia di rumah sakit atau klinik terdekat.
  2. Anda diperkenankan untuk mengambil feses di toilet rumah dan diharapkan untuk tidak mengambil feses di toilet umum untuk meminimalisir kemungkinan feses dapat terkontaminasi.
  3. Kumpulkan sampel feses. Diusahakan supaya sampel feses tidak tercampur dengan air seni, tisu toilet, kertas atau air.
  4. Diusahakan supaya feses yang diambil tidak padat atau keras tetapi yang berair atau yang lunak. Feses diambil menggunakan sendok plastik yang terpasang pada penutup wadah.
  5. Setelah pengambilan sampel, silahkan dikencangkan kembali penutup wadah. Pastikan sudah tertutup rapat dan bila perlu kocoklah wadah itu agar feses bisa bercampur.
  6. Tulis informasi berisi nama Anda pada wadah dengan pulpen atau spidol agar feses tidak tertukar dengan pasien lain.

Setelah itu serahkanlah sampel feses yang sudah diambil kepada petugas medis atau dokter untuk diperiksa dan dianalisis di laboratorium. Dokter biasanya akan menggunakan beberapa metode pemeriksaan, seperti pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, pemeriksaan darah samar dan kultur feses. [2,5]

Risiko Pemeriksaan Feses

Sebenarnya tidak ada risiko yang timbul pada saat pengambilan feses dan pemeriksaan feses. Umumnya dokter akan menyarankan kepada Anda agar pengambilan feses mengikuti proses metabolisme tubuh sehingga Anda tidak merasa terbebani karena berpikir akan mengeluarkan feses dengan terpaksa. [3]

Hasil Pemeriksaan Feses

Dokter akan memberitahukan hasil pemeriksaan feses bisa saja persis pada hari itu juga atau biasanya paling lama 1 sampai 3 hari. [1,4]

Berikut hasil analisis laboratorium sampel feses yang umumnya dilaporkan; [1]

NormalAbnormal
Feses berwarna coklat, bertekstur lembut, dan bentuk keseluruhan yang konsisten.Feses berwarna hitam, merah, putih, kuning, atau hijau.
Pada feses tidak ditemukan bakteri berbahaya, jamur, parasit, virus, darah, lendir, nanah atau serat daging yang tidak tercerna dengan baik.Pada fese ditemukan darah, lendir, nanah, bakteri berbahaya, virus, jamur, parasit dan terdapat serat daging yang tidak tercerna dengan baik
PH feses adalah 7,0–7,5. PH feses kurang dari 7,0 atau lebih besar dari 7,5.
Feses mengandung kurang dari 0,25 gram per desiliter (g / dL) atau kurang dari 13,9 milimol per liter (mmol / L) gula yang disebut faktor pereduksiTinja mengandung 0,25 g / dL (13,9 mmol / L) atau lebih gula yang disebut faktor pereduksi.
Tinja mengandung 2-7 gram lemak per hari atau per 24 jam (g / 24j).Feses mengandung lebih dari 7 gram lemak per hari atau per 24 jam dengan indikasi asupan lemak Anda sekitar 100 g setiap hari

Jika hasil tes Anda negatif (normal) berarti tidak ditemukan kuman, bakteri, virus, parasit yang menyerang kesehatan Anda. [4] Namun, bila hasil tes positif (abnormal), berarti, Anda terinfeksi kuman, virus, atau jenis bakteri lain. Dan laboratorium akan melaporkan kepada dokter jenis obat atau perawatan yang apa yang tepat untuk mencegah atau mengobati penyakit Anda. [2,3,4]

1. Medical Reviewed by Adam Husney, MD, Martin J. Gabica, MD. 2019. Michigan Medicine: University of Michigan. Stool Analysis.
2. Christine Case-Lo. Medical Reviewed by Modern Weng, D.O.C. 2017. Healthline. Stool Culture.
3. Anonim. 2020. MedlinePlus: Trusted Health Information for You. Fecal culture.
4. Medical Reviewed by Carol DerSarkissian. 2019. Webmd. What is a Stool Culture?
5. Anonim. 2020. Allina Health Laboratory. How to Collect a Stool Sample for Your Lab Test.
6. Tamara Duker Freuman. 2019. USnews health. What Can a Stool Test Diagnose?

Share