Daftar isi
Penyakit Paget merupakan keadaan abnormal yang membuat proses regenerasi tulang terganggu sehingga berakibat pada bentuk tulang yang mengalami kelainan [1,2,3,4,5].
Tak hanya mengalami kelainan, penyakit Paget juga menjadikan tulang lebih rapuh.
Tulang tungkai, tulang belakang, tulang tengkorak, dan tulang panggul merupakan bagian-bagian tulang pada tubuh manusia yang paling umum terserang penyakit Paget.
Tinjauan Penyakit Paget tergolong penyakit umum kedua yang menyerang tulang setelah osteoporosis, yaitu sebuah kondisi regenerasi tulang yang tak sempunra sehingga mengakibatkan kelainan bentuk, kelemahan, dan kerapuhan tulang.
Penyakit Paget tidaklah diketahui penyebabnya hingga kini, namun terdapat dugaan kuat dari para ilmuwan bahwa faktor genetik dan lingkungan menjadi faktor yang meningkatkan risiko penyakit ini.
Terdapat pula beberapa teori kontroversi mengenai infeksi virus yang berhubungan dengan timbulnya penyakit Paget.
Meski penyebab pasti penyakit Paget belum diketahui jelas hingga kini, beberapa faktor yang mampu meningkatkan risiko penyakit ini antara lain adalah [1,2,3] :
Tinjauan Faktor lingkungan dan genetik diduga kuat oleh para ilmuwan sebagai penyebab penyakit Paget karena hingga kini belum diketahui apa penyebab pasti penyakit ini. Selain itu, faktor riwayat keluarga, usia, jenis kelamin, ras/kebangsaan dan lingkungan turut menjadi peningkat risiko seseorang dapat mengalami penyakit Paget.
Penyakit Paget pada umumnya tidak menimbulkan gejala sama sekali, namun nyeri pada tulang akan dirasakan sekalinya gejala muncul [1,2,3].
Penyakit ini mampu membuat tubuh menghasilkan tulang baru dengan lebih cepat dan bahkan lebih cepat dari normalnya.
Tulang yang dihasilkan secara cepat inilah yang lebih rapuh, lemah dan mudah mengalami kelainan bentuk (mudah bengkok) bila dibandingkan dengan tulang normal.
Karena hal tersebut, tak hanya bentuk tulang saja yang tidak normal, tapi gejala lainnya meliputi nyeri tulang dan patah tulang.
Sebelum penyakit ini menyebar, umumnya, hanya satu atau dua area tubuh saja yang mengalami gejala [4,5].
Ketika tulang tungkai atau kaki yang mengalami penyakit Paget, tulang akan dapat menekuk atau bengkok karena tingkat kelemahannya yang tinggi.
Karena tekukan atau bengkokan tulang ini, sendi-sendi yang berada di sekitarnya pun mengalami tekanan.
Hal ini dapat berakibat pada timbulnya osteoarthritis pada pinggul atau lutut.
Tulang tengkorak dapat mengalami pertumbuhan yang berlebihan dan tidak normal.
Hal ini berdampak pada pendengaran yang kehilangan fungsinya.
Penderita juga akan mengalami sakit kepala karena pertumbuhan abnormal tengkorak.
Bila tulang panggul adalah bagian yang terkena penyakit Paget, maka biasanya gejala utama yang dapat dtimbul adalah rasa nyeri langsung dari bagian panggul.
Jika tulang belakang adalah yang terpengaruh, maka sebagai gejala utama yang akan dirasakan adalah kesemutan dan nyeri pada area lengan dan tungkai.
Gejala-gejala tersebut timbul karena adanya tekanan pada akar saraf sehingga tak hanya nyeri dan kesemutan, terkadang lengan dan tungkai pun dapat mengalami mati rasa atau kebas.
Kapan sebaiknya memeriksakan diri ke dokter?
Segera ke dokter saat menjumpai bahwa terdapat kelainan pada bentuk tulang yang disertai dengan nyeri dan kelemahan di bagian sendi maupun tulang serta rasa kesemutan berulang atau berkepanjangan.
Kehilangan pendengaran hanya pada satu telinga juga dapat menjadi pertimbangan untuk segera ke dokter dan menempuh pemeriksaan.
Tinjauan Gejala utama yang ditimbulkan penyakit Paget adalah tulang yang bengkok disertai tulang yang mudah rapuh, lemah, dan terasa nyeri. Namun gejala lainnya dapat terjadi, tergantung dari lokasi terjadinya penyakit Paget.
Ketika penderita gejala penyakit Paget memeriksakan diri ke dokter, beberapa metode diagnosa berikut adalah yang paling umum diterapkan :
Pada metode pemeriksaan fisik, dokter akan memeriksa seluruh bagian tubuh yang merasakan nyeri [1,3].
Pasien perlu menyebutkan bagian tubuh mana yang mengalami nyeri dan gejala abnormal lainnya agar dokter segera memeriksanya.
Sebagai tes penunjang, dokter kemungkinan akan merekomendasikan metode sinar-X atau rontgen [1,2,3].
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk menemukan indikasi penyakit Paget tulang.
Melalui metode diagnosa ini jugalah dokter dapat mendeteksi bentuk gangguan atau kelainan pada tulang penderita, terutama tulang yang bengkok.
Tes laboratorium yang juga meliputi tes darah perlu ditempuh oleh pasien dalam membantu dokter menegakkan diagnosa [2,5].
Karena penyakit Paget membuat penderitanya mengalami kenaikan kadar fosfatase alkali, maka untuk mengeceknya diperlukan pemeriksaan laboratorium.
Pada metode pemeriksaan ini, dokter akan menyuntikkan bahan radioaktif ke dalam tubuh pasien [1,2,3].
Bahan ini di dalam tubuh pasien akan menuju ke bagian tulang yang terpengaruh oleh penyakit Paget.
Karena bahan inilah hasil gambar scan pada area tulang yang diperiksa menjadi lebih terang dan jelas sehingga dapat dianalisa.
Tinjauan Pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, sinar-X, dan scan tulang adalah metode yang digunakan untuk mendiagnosa penyakit Paget.
Ketika gejala tidak timbul dan tidak dialami sama sekali, maka penanganan tidaklah diperlukan [1,2].
Namun bila dari hasil pemeriksaan diketahui kadar fosfatase meningkat, hal ini menjadi indikasi kuat bahwa penyakit Paget dalam kondisi aktif.
Beberapa metode pengobatan untuk penyakit Paget umumnya terdiri dari pemberian obat-obatan, operasi, dan perubahan gaya hidup.
Obat-obatan yang umumnya diberikan untuk menangani osteoporosis dapat digunakan sebagai perawatan penyakit Paget.
Beberapa jenis obat yang diberikan dokter sebagai berikut dapat melalui injeksi atau oral (diminum) [1,2,3,5].
Walau umumnya obat ini tak berbahaya dan dapat ditoleransi oleh tubuh, tetap waspadai adanya kemungkinan efek samping berupa gangguan pencernaan.
Namun bila obat jenis bisphophonate tersebut tidak dapat dikonsumsi oleh pasien, alternatif obat yang akan diresepkan adalah calcitonin.
Obat ini berpengaruh pada metabolisme tulang dan regulasi kalsium di dalam tubuh pasien.
Walau tergolong aman, obat yang diberikan dalam bentuk semprotan hidung atau injeksi ini dapat menimbulkan sejumlah efek samping berupa iritasi (pada bagian yang disuntik) dan mual-mual.
Penanganan penyakit Paget melalui perubahan gaya hidup dan cara mandiri adalah dengan beberapa upaya seperti berikut [1,2,3,5,6] :
Pada kasus yang sangat jarang, dokter kemungkinan harus merekomendasikan prosedur operasi untuk membantu agar patah tulang pasien dapat pulih kembali [1,2,3,4,5].
Selain itu, langkah operasi membantu mengurangi tekanan pada saraf, menggantikan sendi yang rusak karena arthritis yang sudah serius, serta meluruskan kembali kelainan bentuk tulang.
Tinjauan Penanganan penyakit Paget meliputi tiga metode, yaitu pemberian obat, perubahan gaya hidup, serta operasi (opsi terakhir bila memang kondisi pasien sangat buruk dan metode perawatan lainnya tidak efektif).
Pada dasarnya perkembangan penyakit Paget tergolong lambat karena bisa sampai puluhan tahun tanpa gejala sama sekali.
Namun, terdapat sejumlah komplikasi yang tetap perlu diketahui dan diwaspadai oleh penderita [1] :
Komplikasi lainnya yang berpotensi terjadi pada penderita adalah :
Karena penyebab penyakit Paget belum diketahui secara pasti, maka langkah pencegahan pun tidak diketahui secara pasti.
Namun bila ingin meminimalisir berbagai gangguan kesehatan tulang, termasuk penyakit Paget, maka pemenuhan asupan kalsium dan vitamin D perlu dilakukan [1].
Selain pemenuhan nutrisi yang baik bagi kesehatan tulang, olahraga secara rutin adalah cara terbaik untuk menjaga kesehatan tulang.
Namun sebagai cara untuk meminimalisir risiko komplikasi bagi yang telah terkena penyakit Paget, beberapa upaya berikut ini dapat dilakukan :
Tinjauan Pencegahan agar penyakit Paget tidak terjadi sama sekali belum diketahui hingga kini karena penyebabnya masih belum jelas. Namun untuk meminimalisir risiko komplikasi bagi penderita penyakit Paget, penggunaan brace, alat bantu jalan, dan keset antiselip di rumah dapat dilakukan, termasuk tes kadar fosfatase alkaline 2 tahun sekali.
1. Philip Bouchette & Sameh W. Boktor. Paget Disease. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020.
2. Robin Sabharwal, Shivangi Gupta, Shipra Sepolia, Rajat Panigrahi, Saumyakanta Mohanty, Santosh Kumar Subudhi, & Manish Kumar. An Insight in to Paget's Disease of Bone. Nigerian Journal of Surgery; 2014.
3. Frederick R. Singer, MD. Paget’s Disease of Bone. National Center for Biotechnology Information; 2020.
4. S. Dubar, M. Boukrid, Jean Bouquet de Joliniere, L. Guillou, Quoc Duy Vo, A. Major, N. Ben Ali, F. Khomsi, & A. Feki. Paget’s Breast Disease: A Case Report and Review of the Literature. Frontiers in Surgery; 2017.
5. Felipe Augusto Kazan de Oliveira, Fábio Fernando Eloi Pinto, Trajano Sardenberg, Gilberto José Cação Pereira, Emílio Carlos Curcelli, & Valter Penna. Diagnosis and Management of Paget's Disease of Bone - Series of 8 Cases. Acta Ortopedica Brasileira; 2019.
6. Virginia Kimonis, Margaret P Adam, Holly H Ardinger, Roberta A Pagon, Stephanie E Wallace, Lora JH Bean, Karen Stephens, & Anne Amemiya. Inclusion Body Myopathy with Paget Disease of Bone and/or Frontotemporal Dementia. PubMed.gov; 2007.